Berbahagialah Hari Ini Dengan Orang Yang Disayangi. Karena Esok Tak Menjamin Akan Terjadi Lagi.
~Disha~
••••••••
Sore ini seperti biasa Disha dan Zena menghabiskan waktu bersama di pelantaran belakang rumah Disha. Rumah besar yang hanya dihuni oleh beberapa orang, membuat rumahnya menjadi tempat strategis untuk sekedar berkumpul. Ditambah lagi, hari ini tepatnya tadi siang Raka baru saja pulang dari Bali. Cowok itu sudah berjanji akan memberikan banyak oleh-oleh, mulai dari pakaian, aksesoris hingga makanan ringan khas Bali, hal ini membuat kedua gadis itu tampak tak sabar menunggu.
"Hallo, Eperibadeh semuanya," seru Raka setengah berlari menuju tempat mereka bertiga. Sebelum kedatangan Raka tadi, Darren lebih dulu sampai selepas pulang kuliahnya. Raka yang sudah tau tempat favorite mereka langsung saja menghampiri, tanpa sungkan berjalan bak didalam rumahnya sendiri.
Darren mengelus dadanya berulang-ulang. "Astajim, gue kira dedemit!! ternyata SETAN rupanya," ucap Darren dengan menekan kata 'setan'.
"Hus, gini-gini ini brother gue," bela Disha.
"Ayaflu my sister," balas Raka setengah memeluk Disha dari samping.
"Tumben akur," sindir Raka terang-terangan.
"Yaiyalah, ini kan saat-saat terakhir Raka di sini. Bentar lagi gue kan mau nerjunin nih bocah dari atas balkon kamar gue," perkataan Disha barusan sontak membuat tubuh Raka menegang. Membuat ia melepaskan pelukannya dari Disha.
"Kenapa di lepas??" tanya Disha heran. Ingin rasanya Disha terbahak saat ini juga. Wajah Raka yang begitu tegang sangat menambah kesan lucu. "Gue bercanda kali Rak, lagi pula kalo gue mau nerjunin lo juga gue pilih tempat yang elite dikit kali."
"Contohnya??" tanya Raka ragu.
"Menara Elif mungkin, atau ngak yang deketan, ya dipucuk monas," jawab Disha diakhiri dengan kekehan.
"Udah ah!! gue ngak bakal bunuh lo, santai ajah kali mukanya," setelah Disha mengucapkan kalimat tadi, barulah Raka bernapas lega.
Zena menengahi mereka berdua. Jika tidak begini, mungkin ia dan Darren akan menjadi nyamuk. Begitulah jika Disha disandingkan dengan Raka, apa saja bisa jadi pembahasan mereka berdua, itulah kunci utama hubungan pertemanan mereka semakin hari semakin erat.
"Rak...Mana oleh-oleh buat gue?" Tangannya menengadah. Tak sabar meminta sesuatu yang dibawa Raka.
"Sampe lupa gue, ini buat lo." Raka menyerahkan Paper bag berukuran besar kepada Zena. "Nah ini buat lo, ini buat Bang Darren," ujarnya lagi menyerahkan paper bag yang berukuran sama dengan motif berbeda tentunya.
"Gue dapet nih??"
"Iya dong..Khusus buat lo Bang, paper bag nya motif bolkadot."
"Lha apa hubungannya?"
Cowok dengan rambut panjang dibagian depannya itu melangkah duduk di samping Disha yang rupanya mulai asyik sendiri membongkar isi dari paper bag yang diberikannya tadi.
"Adalah. Gini nih Bang, lo kan sekarang lagi nyelesein skripsi tuh, nah bolkadot ini menggambarkan semangat elo yang bulat bulat gimana gitu. Ya ngak Na?" ujar nya menjelaskan seraya meminta persetujuan dari sohib nya itu.
Zena hanya mangut-mangut tanpa tau apa yang Raka barusan katakan.
Disha menepuk kencang bahu Raka. Gadis itu tak percaya akan sesuatu yang kini telah ada digenggaman tangan satu nya lagi. "Gila.. Lo dapet ini dari mana? Wuih.. Ini nyarinya lumayan susah lo Rak," Disha tak dapat menyembunyikan raut bahagianya saat sepasang sepatu dengan dasar warna putih yang dipadukan lukisan 2D perkebunan bunga matahari dengan paduan sunrise.
"Gue custom made lah. Mana ada sepatu modelan kaya gitu seukuran kaki bengkak lo ini, ukuran kecil pun gue rasa ngak ada yang motif kaya gini."
Disha melirik Raka jengkel. Kaki nya ini sama sekali tidak bengkak, melainkan sedikit bantet. Hanya sedikit loh yah, ini juga akibat liburan kemarin yang menyebabkan gadis itu tak bisa mengontrol makanan yang masuk kedalam mulutnya, semua makanan ia makan selagi halal tentunya. Hanya dalam kurun waktu 2 Minggu, berat badan Disha nyaris naik 3 kg.
"Lo diet deh Sha. Di tinggal gue kok tambah bengkak semua sih. Lo juga Na, makan trus kerjaan nya, giliran BB naik baru sad lo. Nangis ke----," belum selesai ucapan Raka, mulutnya telah sepenuhnya disumpel dengan beberapa potongan keripik berlumuran Chili powder.
"Kebanyakan bacot lu ah.... Mamam tuh keripik. Enak kan?"
Raka yang sejatinya tidak suka pedas merasa lidahnya terbakar, buliran-buliran keringat mulai membasahi pelipis nya. Lainnya halnya dengan si empu yang menjadi tersangka, tertawa ngakak melihat Raka berlari menuju arah dapur untuk mencari air dingin.
"Kasihan tau Na. Lo mah, udah tau Raka ngak doyan pedes."
"Lidahnya ngak suka pedes, tapi omongannya pedes kaya sambal terasi," timpal Darren. Lelaki berumur 22 tahun itu juga tak kalah senang melihat si bule Raka tersiksa.
Fyi. Raka adalah keturunan Malaysia-Indonesia. Ibunya berasal dari negeri Jiran. Wajah Raka seperti orang Melayu biasa, tak ada kesan apa pun dari nya, tapi cowok itu selalu mengaku-ngaku sebagai bule karna ibunya orang Malaysia asli. Padahal sama-sama ras Melayu juga.
Raka kembali dengan wajah merahnya, bahkan telinganya ikut memerah juga. Keringatnya mencucur lebih deras.
"Not have akhlak kalian semua."
"Ih Rak, gue kan ngak ikut-ikutan," sela Disha tak terima. Bibirnya merucut lucu, siapapun yang melihatnya akan gemas sendiri.
"Lo ngak berniat duduk Rak? Betah banget berdiri."
"Baru 2 menitan Bang. Bertahun-tahun ngejomblo ajah Raka betah. Yoi ngak My Brother?" Zena menimpali. Gadis itu benar-benar tak bisa diam sejenak, mulut nya seolah diprogram untuk nyerocos tiada henti.
"Sabar Rak kalau dapet hujatan. Ingat kata Emak setiap ada hujatan pasti ada dangdutan." Raka mengelus dada nya sendiri dengan sedramatis mungkin.
"Hajatan woi. Hajatan, bukan hujatan."
"Lha udah ganti nama yah ternyata. Diriku baru tau."
Mereka semua mendengus. Memilih membubarkan diri, meninggalkan Raka yang berdiri cengo.
"Hanya di rumah ini, tamu ditinggalin sama penghuninya. Nasib...Nasib."
•••••••
Ada Yang Nunggu Kah?
Chapter Ini Full Khusus Untuk Mas Raka Yang Baru Pulang Dari Bali😎Vote and Coment Guys
Salam Hangat
Anisa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
Teen FictionJika aku tak pernah kau tulis dalam takdir hidupmu, lalu untuk apa aku mendapat peran untuk mencintaimu?? -Disha Alayna Zalindra-