7. Malu wajarkan?

95 32 16
                                    

Manusia dilahirkan Sepaket dengan Rasa Malu. Kalau Nggak Punya Malu, berarti bukan Manusia.

~Disha~

•••••••

Hari ini bisa jadi hari tersial di hidup seorang Disha. Semalaman ia tak bisa tidur memikirkan perbuatannya yang bisa disebut memalukan diri sendiri.
Semalaman pula gadis itu hanya gulang guling di kasur nya, tak bisa menutup matanya. Saat beberapa menit menutup mata, pasti hal memalukan tadi akan terlintas dipikiran nya tanpa di komando. Alhasil semalaman mengutuk dirinya mengutuk diri sendiri.

Dan kesengsaraan itu tak cukup sampai disitu. Besoknya ia terlambat bangun. Padahal hari ini hari Senin, seharusnya ia berangkat lebih awal. Tapi semuanya terlambat sudah, saat ia harus dihukum membersihkan taman sekolah dengan beberapa murid yang sepertinya terlambat juga sepertinya.

Tapi Disha cukup bersyukur karena guru yang mengajar jadwal pelajaran pertama tidak bisa masuk ke kelas, karena alasan tertentu. Bisa dibayangkan bukan saat ia juga harus terkena hukuman akibat terlambat mengikuti pelajaran Bu Zahra yang terkenal disiplin itu, bisa jadi sekarang dirinya tak diperbolehkan mengikuti mata pelajarannya.


Ngomong-ngomong masuk kelas, Disha baru menyadari cara nya ia masuk kedalam kelas. Mau ditaroh dimana mukanya saat melihat Dirga.


Disha memasukkan ponselnya kedalam tas, setelah membalas pesan dari Zena yang mengabarinya tadi atas keabsenan guru mapel pagi ini.

Kaki jenjangnya melangkah dengan pasti, berbanding dengan pikirannya yang mulai gelisah. "Oke cuek ajah Disha. Lo kan biasa malu-maluin diri sendiri, jadi it's okay, masalah kemarin lupain ajah, oke." Disha berusaha mensugesti dirinya sendiri, tapi sepertinya tak berhasil.

Disha masuk kedalam kelas dengan wajah yang ditutupinya dengan buku paket yang cukup tebal. Mencoba bersikap biasa saja, tapi sepertinya sikapnya hari ini cukup berbeda.

Disha menghela napas pelan setelah berhasil duduk di kursi nya dengan selamat. Zena yang disampingnya hanya menaikkan alisnya bingung, tak berbeda dari teman sekelasnya yang memandang aneh Disha hari ini. Tak terkecuali Dirga yang nyaris menunjukkan senyum lebarnya saat melihat kelakuan Disha, tapi untungnya ia bisa mengendalikan dirinya sendiri.

"Lo sehat Sha?"

"Alhamdulillah Na. Cuma tadi lagi latihan ajah jadi Jennie Blackpink. Takut ada paparazi yang motret wajah gue yang cuantikk ini." Senyuman lebar terukir disana.

Zena yang tak puas dengan alasan tak masuk akal dari Disha hanya ngedumel. "Bodo amat Sha. Gue ngak denger."

Disha hanya cekikikan sendiri sebagai balasannya. Baru saja hendak mengaktifkan layar ponselnya, tapi suara sang ketua kelas tepat dihadapannya membuat ia mengurungkan niatnya.

"Lo belum piket kan? Sonoh gih piket. Nih kelas masih kotor, keburu jam kedua pelajaran dimulai."

Disha memutar matanya. "Zaidan yang ganteng nya kayak Lee min ho. Gue kan dah pernah bilang, gue paling males kalau piket hari senin. Understand?" Protesnya kesal.

"Ya siapa suruh inisial nama lo D. Kan kita udah sepakat jadwal piket menurut absensi."

"Nyi nyi nyi. Ciri-ciri fuck boy. Ngak mau ngalah sama betina!" batin nya.

 Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang