Terkadang Kita Harus Menengok Ke Masa Lalu, Demi Keberlangsungan Masa Depan Yang Lebih Baik.
~Disha~
•••••••Cahaya matahari dari luar menembus tirai putih yang tipis, membuat Disha mengerang dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Tubuhnya masih pada posisi saat ia tidur, namun kedua matanya sudah menatap langit-langit kamar yang bergambar langit malam berbintang dengan bulan purnama. Waktu menunjukkan pukul lima pagi.
Perlahan, Disha mengangkat tubuhnya. Matanya menyapu sekeliling kamar yang berdominan warna putih dan hitam.
Cewek itu beranjak dari kasur dan berjalan gontai. Ia menggeser pintu kamar mandi, kemudian berdiri didepan wastafel dan menatap bayangannya sendiri.
"Hoamm, ngantuk banget, astaga." gumamnya sebelum memutuskan untuk mandi.
Setelah beberapa menit berkutat dengan kamar mandi, Disha mengambil mukenah dan sajadah di lemari pakaian dan melakukan shalat shubuh.
Cewek itu telah memakai seragam sekolah lengkap. Tiba-tiba saja dia merasa kehilangan semangat untuk berangkat sekolah. Ia tidak mau bergerak alias mager bahasa kerennya. Rasanya ingin kembali meringkuk di tempat tidur, dibalut selimut tebal sambil memakai earphone.
Dengan malas Disha berjalan menuju kelantai bawah. Bersandar dikulkas dua pintu yang lebih besar dan tinggi dari tubuhnya.
Matanya beberapa kali terpejam dan menguap.
"Sayang kok masih ngantuk sih??Ayo sini duduk," ujar wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan balutan daster rumahan. Disha hanya mengangguk tak semangat dan menarik kursi dimeja makan.
"Bunda kok udah di rumah?? Dan hmm.. Mana Ayah sama Bang Darren?" tanya Disha. Bunda nya tidak mungkin pulang tanpa diiringi Ayahnya.
"Kok ngomong nya gitu? Kayak ngak suka Bunda pulang?"
Disha menggeleng kuat. "Bukan gitu Bun. Cuma diriku cukup terkejut sajah."
Kedua tangan Maria reflek mencubit kedua pipi anaknya.
"Jam 11 malam sampe rumah, tapi kata Darren kamu udah tidur." Disha mengangguk lagi. Dirinya memang tidur cepat semalam, tubuhnya terlalu lelah selepas bermain dengan Raka dan Zena.
"Ouh iyah, Bunda sampe lupa." Wanita yang bernama Maria itu nampak penepuk jidat nya. Sepertinya wanita kelahiran Turki itu melupakan sesuatu.
"Kamu mau masakin apa buat sarapan?""Roti isi ajah yang ada," jawabnya tak mau merepotkan Bunda nya yang kelihatan capek akibat jet lag.
Maria langsung mengambil dua buah roti yang diolesi dengan selai coklat kesukaan Disha.
Disha melahap dua potong roti membuat dirinya kekenyangan, ditambah lagi susu sapi putih yang dibuatkan Bundanya membuatnya ia merasa sangat kenyang.
Disha mengelap sudut bibirnya menggunakan tisu.
"Kamu berangkat diantar Ayah ajah yah. Darren udah berangkat dari jam 6 tadi, katanya ada janji sama temen di sekolah."
Disha mengangguk, mengangkat kedua jempolnya.
Disha berjalan menaiki tangga sambil memainkan tali tasnya. Tujuannya saat ini adalah pergi kekamar yang dijadikan sebagai tempat kerja Ayahnya di rumah.
Disha membuka pintu pelan-pelan. Kepalanya menyembul dibalik pintu. "Ayah??"
"Udah siap?" tanya lelaki paruh baya bernama Malik. Walaupun umur nya akan menginjak kepala lima, tapi wajahnya terlihat awet muda, belum lagi pembawaannya yang tegas membuat nya terlihat lebih berwibawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
Teen FictionJika aku tak pernah kau tulis dalam takdir hidupmu, lalu untuk apa aku mendapat peran untuk mencintaimu?? -Disha Alayna Zalindra-