Citra berjalan terburu-buru bersama Hana yang mengikutinya dari belakang. Mereka sudah berada di dalam ruangan IGD, mencari-cari Esa dengan harapan semoga Esa masih dalam keadaan baik-baik saja.
"Han, Esa kok gak ada ya?" Tanya Citra heran karena ia sudah beberapa kali mondar-mandir memeriksa ruangan yang hanya bersekat tirai dan ia tidak melihat wajah Esa di sana.
"Sudah di pindah ke bangsal mungkin, Cit?" pikir Hana. "Aku Tanya ke bagian informasi ya." Lanjut Hana.Hana pergi keluar dari IGD, perasaannya khawatir tidak karuan, ia takut akan terjadi hal yang tidak enak pada Esa.
"Suster, ada pasien atas nama-"
"Na?" Hana mendengar suara berat memanggilnya yang membuat badannya berbalik kea rah sumber suara berat itu.
"Esaaa?" Tubuh Hana tiba-tiba terasa ringan seketika melihat Esa yang sudah ada di hadapannya."Kamu ngapain di sini?"
"Citra bilang kamu kecelakaan? Mana yang luka? Ada yang lecet nggak?" Tanya Hana khawatir.
"Na.. Aku gakpapa. Aku tadi-""Esaa!!!" Citra memanggil Esa dari kejauhan sambil berlari menuju tempat Esa dan Hana berdiri.
"Saa, mana yang sakit? Lecet-lecet nggak? Ada yang patahhh?" Tanya Citra.
"Cit, kamu ngomongnya yang ada-ada aja deh. Aku itu nggak kecelakaan."
"Loh, tadi pas aku telfon kamu katanya lagi di rumah sakit gara-gara keserempet mobil?"
"Iyaa. Tapi bukan aku yang keserempet, ada bapak-bapak penjual bakso dekat aku parker mobil tadi keserempet, karena yang nyerempet mau ada urusan penting, nah makanya aku bantuin bapak itu ke rumah sakit pakai mobilku." Kata Esa.Hana lega mendengarnya, Hana lega Esa tidak kenapa-kenapa. Semula yang badannya terasa berat karena khawatir, berubah menjadi ringan karena Esa baik-baik saja.
"Makanya lain kali kalo aku ngomong itu di dengar baik-baik.." kata Esa sambil mengusap rambut adik sepupunya itu.
"Aku terlanjur khawatir, Sa. Maaf ya, Han. Aku ternyata salah informasi." Kata Citra.
"Gakpapa, Cit. Yang penting Esa baik-baik aja sekarang." Jawab Hana."Terus pak penjual baksonya gimana?" lanjut Hana.
"Sudah di rawat kok, yang nyerempet bapak itu juga sudah di sini untuk tanggung jawab. jadi habis ini aku mau makan siang. Bareng yuk?" Jawab Esa.
"Sa, aku gak bisa ikut nih, ada kelas penting satu jam lagi. Pasti jalanan macet kalo jam segini," kata Citra setelah melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul hampir dua belas siang."Hana balik ke kampus gak?" lanjut Citra.
"Aku gak ada mata kuliah lagi, Cit. Kamu sendirian gakpapa?"
"Oke deh. Nanti biar di anter sama Esa aja yaa. Maaf ya, Han. Jadi bikin kamu tadi bolos kuliah. Eh ternyata beritanya hoax." Kata Citra sambil memutar bola matanya."Bukan hoax, tapi kamunya aja yang gak teliti dengernya!" omel Esa.
"Hehe.. Iya juga ya.." jawab Citra, Hana hanya tertawa kecil. "Ya udah, aku duluan yaaa.. byeee." Lanjut Citra sambil melambaikan tangannya lalu ia berlari kecil menuju pintu keluar.
"Hati - hati!" teriak Esa.-ooo-
"Aku baru kali ini liat kamu sekhawatir tadi sama aku." Kata Esa sambil menyetir mobilnya.
"Bukan khawatir. Aku takut kamu kenapa-kenapa."
"Itu namanya khawatir, Na."
"Biasa aja tuh." Jawab Hana cuek sambil melihat jalanan macet di luar jendela mobil Esa. Esa tertawa kecil melihat ekspresi Hana."Kalo kamu sok-sokan cuek gitu jadi ngegemesin, Na."
"Gombal!"
"Aku serius, Na.."
"Kapan kamu serius, Sa. Gak pernah." Kata Hana"Ya ada kalanya aku serius. Kalo terlalu serius malah gak bisa buat kamu ketawa tiap hari dong, Na?"
"Idihh. Gak ada kamu juga aku bisa ketawa kok."
"Yaudah mulai besok aku ngilang aja ah."
"Sa!"
"Tuh kan, takut aku ngilang ya?" goda Esa sambil terkekeh.
"Kamu mau jadi Dipta versi kedua?" kata Hana yang mulai jengkel dengan kata-kata Esa.
"Iya, iya, non Hanaa.. Aku gak akan hilang. Aku di sini saja, sama kamu ya, Na?"
Hana menoleh ke arah Esa. "Janji padaku ya, Sa?"
Esa menoleh pada Hana. "Janji, Na."
Hana tersenyum lalu ia menoleh ke arah jendela. "Dipta...Seandainya Esa ini kamu.."
YOU ARE READING
Jeda Rasa.
Teen FictionDipta berjanji akan pulang, namun Esa berjanji tidak akan hilang. Gerhana harus memilih, tetap menunggu jeda yang katanya hanya sementara atau beralih melunturkan rasa yang selama ini membuatnya lara.