Esa sedang duduk di kantin kampus sambil memainkan jemarinya di atas keyboard laptop-nya. Ia melihat ponsel yang ada di samping laptop-nya itu berdering, lalu Esa mengangkat telefon itu.
"Ya, Cit?"
"Sa, kamu dimana? Pesenanku udah kamu bawa kan?"
"Udah nih, aku lagi di kantin. Mau aku anterin apa kamu nyamperin aku di kantin?"
"Anterin lah! Aku ada di depan toilet cewek deket lab Bahasa."
"Oke, aku ke sana."Esa menutup telefon dari adik sepupunya yang baru saja menjadi mahasiswa baru jurusan teknik informatika di universitas yang sama dengannya. Esa mematikan laptop lalu memasukkannya ke dalam tas ransel milik Esa, kemudian ia pergi menuju tempat Citra menunggunya.
-ooo-
Citra bersandar pada dinding sebelah toilet perempuan sambil melipat kedua tangannya, ia memainkan jemarinya, mengikuti ketukan irama lagu yang semalam ia dengar berulang kali hingga lagu itu terngiang-ngiang dalam pikirannya sampai sekarang.
"Cit!" Citra menoleh ke samping kanannya, Esa datang sambil mengeluarkan barang dari dalam tas ranselnya.
"Mana?" kata Citra menagih barang yang ingin ia pinjam dari Esa.
"Besok siang harddisk-nya udah harus balik ke aku lho ya." Kata Esa.
"Iya, bawel nih. Kalo harddisk-ku masih ada yang free space, aku juga gak bakal minjem punyamu." Jawab Citra sambil menjulurkan lidahnya.Esa terkekeh kecil melihat tingkah adik sepupunya yang masih kekanak-kanakan itu.
"Sudah, Cit?" Esa langsung menoleh ke arah suara perempuan yang baru saja keluar dari toilet itu.
Senyum Esa mengembang saat melihat perempuan yang ia temui beberapa hari yang lalu sekarang ada di hadapannya lagi.
"Oh iya, Han. Ini kakak sepupuku, Esa, anak Sastra semester tiga. Nah, Sa ini temenku nam—"
"Gerhana kan?" Tanya Esa.Hana terkejut, laki-laki yang menemukan kotak kacamatanya itu sudah mengetahui namanya. Padahal kemarin Hana tidak memberi tahu apa-apa padanya. Hana hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, mulutnya masih bungkam dengan laki-laki itu. Tanpa banyak basa-basi, Esa langsung menjulurkan tangannya ke depan Hana.
"Aku Esa. Masih ingat kan?" kata Esa.
Hana membalas jabatan tangan Esa sambil mengangguk lagi, Hana benar-benar bungkam di hadapan Esa. Citra yang sedari tadi heran melihat tingkah laku kakak sepupunya itu akhirnya membuka percakapan."Kalian udah pernah ketemu?" Tanya Citra.
"Waktu ospek hari pertama, Cit. Aku gak sengaja nemuin kotak kacamatanya dia yang jatuh." Jawab Esa.
"Yaampunnn. Ternyata dunia sesempit ini yaa. Bagus lah kalau kalian sudah pernah ketemu, Han, ku beri tahu ya. Abangku suka genit, jadi hati-hati sama dia.""Yee, ini anak sembarangan ya kalau ngomong." Omel Esa. Citra yang melihat ekspresi Esa langsung terkekeh.
"Yaudah ah, aku sama Hana mau ke perpus. Makasi ya harddisk-nya." Kata Citra. "Yuk, Han." Lanjut Citra mengajak Hana. Hana pun mengikuti Citra.
"Cit, Cit! Tunggu sebentar!" Esa menghentikan langkah mereka berdua.
"Apaan?" jawab Citra.
"Pinjem Citra bentar ya, Na." Hana menganggukkan kepalanya.
"Bentar ya, Han." Kata Citra.
"Okey." Jawab Hana.Esa menarik tangan Citra lalu membawanya menjauh dari tempat Hana berdiri.
Hana melihat mereka berdua berbicara sedikit jauh dari tempat mereka berdiri dan sesekali Citra melihat ke arah Hana dengan senyuman jahil.
Hana mengerutkan dahinya sambil menolehkan pandangannya kea rah lain. Hana tidak mendengar apa yang mereka berdua bicarakan dan tidak mau mendengarnya juga, karena Hana tidak mau mencampuri urusan orang lain. Tidak lama kemudian, Citra datang menghampiri Hana.
![](https://img.wattpad.com/cover/159870635-288-k492395.jpg)
YOU ARE READING
Jeda Rasa.
أدب المراهقينDipta berjanji akan pulang, namun Esa berjanji tidak akan hilang. Gerhana harus memilih, tetap menunggu jeda yang katanya hanya sementara atau beralih melunturkan rasa yang selama ini membuatnya lara.