[01]
"When you are in a fix, often the fix is in you."Ashok Kallarakkal
-//-
Sering Anna menemani teman-temannya berbincang-bincang mengenai permasalahan cinta. Meskipun pada umur 16 tahun mereka masih tergolong muda,kebanyakan temannya sudah pernah menjalin hubungan paling tidak dua kali.
Anna sendiri belum pernah pacaran sama sekali. Bukannya dia tidak mau pacaran, tetapi dia tidak diperbolehkan oleh orang tuanya karena masih muda. Masalah ada yang suka atau tidak pun tidak jadi masalah, sudah beberapa kali Anna ditembak namun harus menolak.
Untungnya dia memang tidak memiliki perasaan sedikitpun terhadap orang-orang yang pernah ditolaknya itu.
"Kemarin si Putra ngechat aku lho" ucap Cindy.
"Seriusan? terus terus?" tanya Angel dengan penuh semangat.
Anna hanya dapat tersenyum melihat kedua temannya itu.
Cindy dan Angel adalah teman Anna yang paling dekat. Keduanya memiliki rambut hitam dan panjang serta wajah yang tergolong di atas rata-rata. Terkadang Anna merasa inferior apabila sedang jalan dengan kedua temannya itu meskipun dia tahu bahwa dia juga tidak tergolong jelek.
Cindy tersenyum. "Yaaa, ya udah sih. Ngobrol ngobrol aja"
Angel melirik Anna dengan penuh putus asah. Lagi-lagi teman mereka yang satu itu menemukan target baru.
Cindy pernah tiga kali diselingkuhi oleh mantan pacarnya. Sejak saat itu dia tidak mau pacaran lagi dengan siapapun, dia cukup senang dekat sana sini tanpa harus terikat dengan siapapun.
Angel dan Anna tentunya tidak mendukung keputusannya, namun apa daya, itu hak Cindy untuk memutuskan. Mereka hanya bisa berharap bahwa suatu hari akan datang seseorang yang bisa menyadarkan teman mereka itu.
"Hati-hati kualat aja deh kamu Cind" ujar Anna pasrah.
Cindy hanya menyeringai. Anna sudah beberapa kali mengingatkan Cindy, namun tidak ada gunanya. Orang-orang selalu berkata bahwa Anna itu keras kepala, jelas-jelas mereka belum pernah bertemu dengan yang namanya Cindy. Gadis berkulit putih itu bahkan dapat menjadi definisi kata-kata tersebut.
Keras Kepala = Cindy.
Anna hanya dapat menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. Terkadang dia ingin bisa seperti temannya yang sangatlah terbuka dan gampang dekat dengan orang-orang itu. Anna dapat dibilang orangnya sedikit 'kaku' atau dalam kata lain sedikit 'kolot'. Oleh sebab itu terkadang Anna memiliki kesusahan untuk berbaur dengan orang-orang yang pergaulannya lebih 'kekinian'.
"Males lama-lama dengerin cerita kamu Cind. Gonta-ganti mulu sih. Mendingan dengerin cerita Anna, gimana tuh ama si Andrew?" Tanya Angel dengan senyum penuh arti.
Wajah Anna langsung memerah. Kurang ajar.
Cindy yang mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya itu pun memilih untuk tidak membalas olokan tersebut.
Sepertinya membuat Anna malu lebih menarik daripada olok-olokan tidak ada habisnya dengan Angel.
"Wah iya, enggak ada perkembangan sama sekali nih??" tambah Cindy.
Ya Tuhan tolonglah aku batin Anna.
Andrew William. Cowok ganteng yang umurnya dua tahun di atas Anna, aka Cinta pertama Anna.
Anna telah mengenal Andrew sejak berumur 10 Tahun saat papa Anna memperkenalkan mereka di Lapangan bulu tangkis dekat tempat tinggal Anna.
Pada saat itu papa Anna sangat ingin Anna menggeluti olahraga tersebut dan kebetulan saja Andrew juga diarahkan ke bidang tersebut oleh orang tuanya. Papa Anna adalah teman papa Andrew, oleh karena itu mau tak mau mereka pun akhirnya berkenalan.
Menurut Anna, pertemuan mereka pada saat itu tidaklah spesial. Dia masih ingat bau lapangan pada saat itu yang sungguh tidaklah sedap dikarenakan keringat orang-orang yang sedang berlatih di sana, masih ingat suara decitan sepatu dari orang yang sedang asik berlari sana-sini menghampiri kok yang menurut Anna sudah waktunya diganti. Anna pun masih ingat betapa lelah dirinya pada saat itu setelah latihan berjam-jam dan betapa lega dirinya saat seseorang memanggil papanya yang hampir membuatnya berlatih lebih lanjut.
Seorang pria berambut hitam dan bertubuh besar terlihat menghampiri mereka. Di belakangnya adalah dua anak laki-laki yang umurnya terlihat tak beda jauh dari Anna.
Bahkan di umur yang masih muda kedua anak laki-laki itu terlihat memiliki wajah yang pada nantinya dapat dengan gampang menarik perhatian wanita.
Andrew William adalah anak yang lebih tua. Dia memiliki wajah yang sangat tampan dengan alis yang tebal dan mata yang indah. Terlihat di saat dia tersenyum terdapat lesung pipi di sebelah kanan mulutnya. Ivan William adalah adiknya yang ternyata seumuran dengan Anna. Seperti kakaknya dia memiliki alis yang tebal dan mata yang dapat membuat orang tenggelam dalam tatapannya. Yang berbeda hanyalah dia memiiki bukan satu melainkan dua lesung pipi. serakah.
Anna tidak jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu adalah salah satu dari sekian banyak hal yang dia ingat mengenai hari itu.
Bagi Anna mereka berdua tidak lebih dari 'anak temen papa'. Namun sejak saat itu mereka jadi sering ketemu, entah saat latihan maupun saat pertandingan. Anna tahu bahwa yang dia rasakan terhadap Andrew pada awalnya tidak lebih dari perasaan hormat, karena Andrew adalah salah satu pemain bulu tangkis yang terbaik pada umurnya dan Anna mengagumi itu. Tapi lama-lama perasaan itu berubah dan sebelum dia menyadarinya dia telah jatuh hati kepada cowok dengan senyum manis satu itu.
Sayangnya Anna menyadari bahwa sikapnya ternyata berubah 180 derajat bila berhadapan dengan cowok yang dia sukai alias dia tidak bisa berbicara sama sekali. Sikap pemalu yang dia tidak tahu pernah ada pun keluar dan hasilnya adalah jumlah perbincangan yang sangking sedikitnya dapat dihitung dengan kedua jari.
"Kalian kan sudah tahu jawabannya." Ucap Anna pelan.
Dan kenyataannya adalah Cindy dan Angel memang sudah tahu jawaban Anna. Tidak ada perkembangan sama sekali. Semua karena Anna lebih memilih untuk menghindari Andrew daripada mencoba untuk berbicara dengannya apalagi mendekatinya.
Anna dapat melihat kedua temannya itu menatapnya dengan tatapan penuh rasa kasihan membuat Anna tidak tahan melihatnya.
"Jangan ngeliatin aku kayak gitu dong. Santai aja lah. Toh aku masih belum boleh pacaran sama orang tua aku. So it's all good."
"Kamu yakin na? Dia udah kelas 3 lho sekarang. Bentar lagi kalau sudah lulus kan kita nggak bakal tau apa dia bakal tetep di Surabaya atau nggak. Kita bahkan nggak tau dia bakal tetep di Indonesia atau nggak. Kalau sampai dia pindah kamu harus mau nggak mau ngelepasin dia na, apa kamu rela?" Tanya Angel dengan raut wajah serius.
Cindy juga memilih untuk diam dan menatap Anna, menunggu jawaban temannya itu.
Namun Anna tidak tahu harus menjawab apa. Dia juga tahu bahwa sebenernya waktunya sekarang sudah terbatas namun apa daya, dia juga belum boleh pacaran. Meski dia boleh pun belum tentu Andrew memiliki perasaan yang sama dengannya.
Satu hal yang Anna tahu hanyalah bahwa jika dia ditanya, apakah rela jika harus melepaskan kesempatan apapun yang mungkin dia miliki untuk bisa bersama dengan Andrew, maka jawabannya sangatlah muda.
Anna tidak rela.
-//-
Semoga kalian suka ya bab pertama dari cerita Anna:)).
Lee
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Teen FictionIneffable adj. |in•ef•fa•ble| Too great to be expressed in words. -------------------------- Jika Anna dapat memilih, maka dia akan memilih untuk mengikuti jalan yang sudah ditetapkan oleh orang tuanya. Belajar dengan benar Masuk universitas yang ba...