[04] The Beauty and the Lunatic

43 7 0
                                    

[04]

"The ego hurts you like this: you become obsessed with the one person who does not love you. blind to the rest who do."

Warsan Shire

-//-

Bagi kalian yang pernah belajar Fisika, mungkin kalian familiar dengan yang namanya Hukum Murphy, atau Murphy's Law.

Meskipun hukum ini sudah diinterpretasikan dengan berbagai cara yang berbeda, pada intinya mereka masih tetap mengandung makna yang sama. If something can go wrong, it will.

Jika sesuatu dapat menjadi salah, dia akan salah. Sebenarnya pelajaran fisika bukanlah kali pertama Anna mendengar mengenai hukum tersebut, melainkan melalui sebuah taiwanese drama yang bernama Murphy's law of love.

Di dalam drama tersebut pemeran utamanya- Guan Xiao tong- dikisahkan sebagai seorang wanita yang menjadi korban dari hukum Murphy. Saat Anna pertama menonton drama tersebut, dia merasa bahwa drama itu terlalu melebih-lebihkan situasi Guan Xiao tong, yang menurut Anna sebenernya juga tidak separah itu.

Menurut Anna, justru sepertinya dialah yang lebih cocok untuk menjadi tokoh utama drama tersebut. Bayangkan saja, heroine yang berkat ego nya menjadi pacar saudara dari laki-laki yang disukainya. Brilliant.

Seumur-umur tidak pernah Anna menyangka bahwa suatu hari dia akan menjadi pacar seorang Ivan William. Hell, bahkan sebelum seminggu yang lalu dia tidak akan pernah terbayang bahwa Ivan akan kembali ke dalam hidupnya, dan lucunya dia justru memilih untuk muncul di saat yang tidak tepat.

Saat di mana Anna akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi pengecut dalam love life nya. Well, if something can go wrong, it will, right?

"Sorry. Bantuin bentar ya." Empat kata itulah awal dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh Anna.

Usai sekolah hari itu, Anna langsung berdiri dari kursinya. Dengan tergesa-gesa ia mengemasi barangnya dan mengayunkan tas ransel berwarna biru kesukaannya ke pundaknya.

"Aku pergi sek ya" Setelah memastikan dia tidak meninggalkan apapun di bangkunya, dia bergegas meninggalkan ruang kelas dan juga Cindy yang masih belum selesai menyalin catatan penting yang masih tertera di papan.

Temannya itu melambai menggunakan tangan kirinya tanpa mengalihkan perhatian dari catatannya, tanda bahwa dia mendengar pamitan Anna.

Menyusuri lorong-lorong sekolahnya, Anna mencoba menemukan satu sosok yang sedang dicarinya. Sosok seseorang yang dengan kurang ajarnya telah membuat semua orang berpikir bahwa Anna adalah pacarnya.

Anna tahu bahwa dia kemungkinan besar adalah satu-satunya cewek yang Ivan kenal di kelas mereka, tapi yang Ivan lakukan itu bagi Anna sangatlah unnecessary. Mau senempel apapun cewek-cewek itu pada Ivan jika mereka tahu bahwa dia tidak punya pacar, tidak seharusnya dia melibatkan Anna dengan seenaknya.

"Looking for someone?" Terkesiap, Anna menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. Tepat di sisi luar pintu sekolah, berdirilah sosok yang sedang dicarinya itu. Ivan terlihat sedang menyandarkan sebagian badannya di dinding dengan kedua tangan di dalam saku celananya. Sok keren banget nih orang.

"What was that?!" pekik Anna.

"Sorr-"

"Seumur hidup ya, nggak pernah nyangka aku kalo aku bakal diginiin!"

"Seperti yang aku bil-"

"Kamu kira kamu bisa seenaknya aja bilang kayak gitu di depan orang? Kamu kira kamu siapa?! Jangan seenaknya send-"

Membekap mulut Anna dengan tangan kanannya, Ivan mendoyongkan badannya sedikit hingga jarak di antara mereka tidak lebih dari 20 cm.

Mata mereka bertaut, dan pada detik itu juga Anna yang belum pernah sedekat itu dengan laki-laki manapun secara tidak sadar mulai menahan nafas.

"Dengerin baik-baik ya. Oke, sorry tadi aku udah gunain kamu kayak gitu. Aku tadi nggak pikir panjang. Aku cuma sekedar nyari jalan yang paling cepet soalnya aku nggak suka diribetin orang-orang kayak tadi. Aku tahu kamu sebel. Tapi for the record, aku beneran mau kamu jadi pacar aku."

Terbelalak, Anna yang sejak tadi menahan nafas mulai batuk-batuk hingga Ivan terpaksa melepaskan tangannya yang masih membekap mulut gadis itu.

"Kamu bilang apa? Kamu bercanda kan?" tanya Anna dengan suara rada serak.

"Aku serius tau. Aku mau kamu jadi cewek aku. Susah banget emang dingertiin?"

Ivan melihat Anna dengan wajah penuh determinasi. Melihat wajah Ivan yang seperti itu membuat Anna susah meragukan kata-katanya, meskipun Anna masih tetap tidak mengerti mengapa Ivan tiba-tiba ingin dia menjadi pacarnya.

"Aku tau kamu mungkin- pasti- kaget, dan aku tau kamu kemungkinan besar bakal nolak aku. But give this guy a chance. 3 Months. I'll make you fall for me in 3 months' time."

"Kamu udah gila ya Van? "

"Aku serius Na. Kamu boleh anggep aku gila, tapi berikan aku kesempatan."

"Kalo aku bilang aku udah suka cowok lain gimana?"

Ivan terdiam. Sepertinya dia tidak memperhitungkan kemungkinan itu. Anna yakin Ivan kira kemungkinan paling buruk adalah bahwa Anna tidak mengembalikan perasaannya bukan bahwa Anna telah menaruh hati pada lelaki lain.

"Cowok itu suka kamu juga?

Kali ini Anna yang terdiam. Ivan, yang melihat reaksi Anna yang terdiam tiba-tiba, tersenyum dengan lebar. Damn, he got me.

"I'll take that as a 'no', or a 'you don't know'. Kalo gitu, aku bakal bikin kamu lupain dia. 3 Months Anna. What do you have to lose?"

Jujur saja Anna tidak tertarik. Dia tidak memiliki perasaan romantis apapun terhadap Ivan dan dia yakin dia tidak akan pernah menyukai laki-laki itu. Yang diinginkan oleh Anna adalah Andrew, bukan Ivan.

Anna memperhatikan laki-laki yang sedang berdiri di depannya dengan seragam yang sudah tidak rapi itu. Alis tebal, rambut hitam pekat acak-acakan, all that accompanied by an adorable boyish smile.

Ivan William is a recipe for disaster. Tapi bukan buat Anna, dia tahu apapun yang terjadi, dia tidak akan pernah menyukai Ivan, apalagi karena dia sudah menyukai Andrew.

Masalahnya dengan Anna adalah, meskipun dia pemalu dan terkadang pengecut , dia memiliki ego yang lumayan tinggi. Jika dia merasa tertantang, maka apapun tantangannya, dia akan mempertimbangkan meladeni tantangan itu.

Pernyataan Ivan bahwa dia dapat membuat Anna melupakan Andrew dalam waktu 3 bulan terdengar seperti tantangan buat Anna, dan mungkin karena itulah Anna tidak langsung menolak tawaran dari laki-laki itu.

"Fine. 3 Months. Tapi kalo sebelum itu aku dan cowok yang aku suka ada progress berarti deal kita selesai. okay?"

Senyum Irvan merekah mendengar jawaban Anna dan sekilas- hanya sekilas- Anna merasa ragu dengan keputusan yang telah dibuatnya.

"Just you wait. In 3 months, I'll drive you and your pretty little heart crazy."

-//-

Have a nice weekend semua!:)

Lee

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang