"Kai" panggilku.
"Hmm?" Sautnya dengan masih fokus menyetir.
"Eonnieku ada dirumah?" Tanyaku.
Kai menggeleng "Kurasa tidak, wae? Kau merindukannya?"
Aku terdiam.
Andai kau tau jika hubunganku dengan eonnieku sungguh buruk Kai.
"Ntahlah...aku hanya takut" ucapku.
Kai sekilas melihatku lalu pandangannya fokus ke jalanan lagi.
"Kau takut kenapa?" Tanya Kai.
"Lupakan...pikiranku masih kacau" jawabku sambil menatap keluar jendela mobil.
"Kau mau cerita padaku?" Tanya Kai.
Aku menggeleng "Aku hanya terbawa suasana masalah teman-temanku...kurasa"
"Sudah kukatakan jangan terlalu dipikirkan" saut Kai.
Aku tersenyum kecut "Bagaimana pun, mereka sahabatku. Mereka keluarga bagiku, ku harap kau mengerti Kai..."
"Aku mengerti" saut Kai.
Tentu saja.
Karena kau yang mengajarkanku untuk peduli pada sahabat, Kai...
💑💑💑
Tubuhku menggigil kala angin malam bertiup menerpa kulitku.
Kakiku lemas melihat sosok appa (ayah) yang selama ini membenciku,
Ia datang padaku dengan wajah penuh amarah.
"PLAK!"
Pipiku terasa panas kala ia menamparku.
Mataku kembali berkaca-kaca saat appaku menyeretku kedalam rumah dan menghempaskan tubuhku dengan kasar ke lantai.
"Appa..." lirihku.
Namun sosok itu tak menggubris panggilanku dan terus menyiksaku dengan menendang, menampar, menarik rambutku hingga kuyakin beberapa helaian rambutku terlepas.
"Perusahaanku mengalami kerugian! Kesialan ini pasti datangnya dari kau!" Appaku menarik rambutku kasar.
Tangannya terlepas dari rambutku. Dan seseorang menggendongku untuk menjauh.
"Kau gila?! Itu anakmu!" Bela an yang menggema di indera pendengaranku.
Itu eommaku, dia yang selalu melindungiku.
Eomma, tubuh Mika sakit...
"Kau bilang dia anakku? Jangan sebut anak menjijikan itu anakku!" Appa menunjukku dan memasang wajah jijiknya padaku.
"Tapi dia memang anakmu! Sadarlah! Kita bahkan sudah melakukan tes DNA!" Saut eommaku.
Cukup, jangan bertengkar...
