40

1.5K 80 17
                                    

"Mau pesan apa agasshi? (Nona)" tanya pelayan cafe sembari memberikan Mika buku menu.

"Matcha lattenya saja" ucap Mika sembari tersenyum.



"Baik, ditunggu sebentar" ucap pelayan tersebut sembari mengambil kembali buku menu.



Mika menatap ke arah luar jendela kaca kafe.


Matanya menatap takjub butiran salju yang perlahan turun.


"Musim dingin, aku sampai tidak sadar sekarang mulai memasuki musim dingin" gumam Mika.


Sejak dulu ia selalu melihat salju pertama dengan Kai, dan berharap hal yang sama akan terjadi ditahun-tahun berikutnya.



Mika terkekeh ketika memori-memori lama tentangnya dan Kai terputar di kepalanya.


Dimulai Kai dan Mika yang berlomba-lomba siapa yang memakan butiran salju dari langit paling banyak hingga mereka yang sengaja membekukan air di taman rumah agar bisa bermain ice skating.


Mika mengerjapkan matanya cepat dengan tatapan masih ke arah luar jendela Cafe.


"Anak ya?" Gumamnya sambil tersenyum miris.



'Setelah kecelakaan yang kau alami, maka akan sulit bagimu untuk punya keturunan'

'Kau tidak usah pusing memikirkan anak, kalian bisa mengadopsi bukan?'

'Kau tau Mik? Jika kau ingin suamimu bahagia maka beri dia anak. Ah eonnie lupa jika itu sulit bagimu'



Mika menggenggam tangannya kuat mengingat ucapan tentang dirinya soal anak. Percayalah, sebenarnya Mika sangat sensitif soal itu...


"Ini dia pesanannya agasshi (nona)" ucap seseorang yang membuyarkan lamunan Mika.


"Ah, Gomao (Terimakasih)" ucap Mika sembari menerima matcha latte pesanannya.



Pelayan itu tersenyum "Wah salju pertama"



Mika spontan menatap pelayan itu lalu tersenyum.



"Ah maaf...siliahkan dinikmati agasshi (nona)" ucap gugup pelayan tersebut dan menunduk sebelum berjalan menjauhi Mika.






Mika menghela nafasnya "Kenapa Kai lama sekali? Bahkan jalan dari rumah sakit ke kafe cukup banyak memakan waktu"





"Ah mungkin akunya saja yang terlalu cepat jalannya" gumam Mika.





Ya, dia harap begitu.



_______

"Sudah kukatakan bukan untuk berhati -hati?" Ucap Kai sembari mengobati kaki Krystal.



Krystal menatap Kai lemah "Aku terlalu pusing hingga tak melihat anak tangga dengan jelas"



"Baiklah, ini sudah tidak apa-apa. Hanya lebam, tidak perlu khawatir" jelas Kai sembari merapihkan kembali obat-obat ke kotak P3K.






"Tapi ini sakit" ucap Krystal kesal.



"Iya aku tau, akukan tidak bilang itu tidak sakit" saut Kai.



My Beloved Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang