Chapter 6: Attidenr

36 7 2
                                    

"Aku sudah muak ini semua!!"

Rizal benar-benar kesal dengan investigasinya. Hingga ia menggebrak sebuah meja dengan kuatnya. Ia sudah tidak tahan dengan investigasi yang penub teka teki ini.

"Tenanglah Rizal. Kita akan menyelesaikannya." Ujar Lim yang berusaha menenangkan Rizal yang emosinya sedang meluap.

"Bagaimana bisa huh? Investigasi pertama kita tentang hilangnya Rico masih menemui titik terang. Tidak ada saksi disana. Tidak ada kasus penculikan pula karena keamanan sekolah sangat menjamin. Tapi mengapa Rico bisa hilang huh? Orang tuanya mengatakan bahwa ia tidak pernah kelayapan dengan alasan tidak jelas. Sudah pasti dia akan kembali ke rumah. Tapi, dia menghilang di sekolah. Yang kedua yaitu kematian Ade. Dia keracunan makanan. Tapi gorengan yang ia makan tidak beracun sedikitpun. Aku sudah muak dengan kasus yang tidak memiliki jalan ini." Jelas Rizal yang benar benar muak.

"Hmmm, apakah kematian Ade dan hilangnya Rico saling berhubungan?" Tanya Rahmat.

"Jika itu berhubungan, siapa pelakunya huh? Siapa yang membuat Rico menghilang? Siapa yang membuat Ade tewas? Apakah akan ada kasus lain yang lebih rumit lagi huh?" Bentak Rizal.

"Hei aku bilang sabar bodoh. Jika kau marah-marah seperti ini. Apakah akan selesai masalah kita huh? TIDAK." Tegas Lim.

"Hmm aku tetap curiga kepada satu orang." Ujar Rahmat.

"Siapa?"

"Bryan. Mungkin saja rumor cermin itu ada benarnya." Jawab Rahmat.

"Hmmm aku tidak bisa menjamin. Tapi mungkin bisa saja." Ujar Rizal.

"Hmm mungkin saja Bryan juga turut dalam kasus kematian Ade." Tukas Lim.

"Kita harus membuktikannya. Kita terpaksa harus introgasi Bryan." Ujar Rizal.

"Tunggu, aku dengar bahwa anggota eskul Edukasi sedang Dispensasi untuk latihan pertunjukan Opera nanti." Tahan Lim.

"Hmmm baiklah aku akan Dispensasi juga." Ujar Rizal.

"Tapi, kita tidak bisa Dispen begitu saja." Tegas Rahmat.

"Tenang saja, tim kita memiliki wewenang langsung untuk Dispensasi. Jadi, kalian buat saja surat Dispensasiku untuk investigasi. Aku akan membuat surat tanggung jawab nanti." Ujar Rizal.

"Huff baiklah, aku akan membuatnya. Semoga kau berhasil Rizal."

Rizal pun segera menuju lapangan parkir. Ia segera nempersiapkan semuanta dan menaiki motor miliknya lalu pergi dari sekolah dengan alasan Dispensasi kepada satpam yang menjaga gerbang sekolah

***

Di sebuah Opera yang terkenal di kota Bekasi, eskul Edukasi sedang berlatih dengan sangat serius. Bryan turut serta dalam latihan sebagai seorang pianis.

"Baiklah kalian semua tetap serius latihannya. Tampilkan yang terbaik demi nama baik sekolah." Ujar seorang pelatih yang memberikan semangat kepada anggota Edukasi.

"Siap kak."

Pada saat itu, Bryan angkat tangan dan seraya bediri.

"Maaf kak, aku ingin beristirahat sebentar di luar." Ujar Bryan dengan sopan.

"Baiklah, lekas kembali Bryan. Pertunjukan ini harus sempurna dan kau adalah pemain inti dari pertunjukan ini."

"Baik kak."

Bryan melangkah maju dan membuka pintu keluar Opera. Ia pun segera mengenakan jaket bertudung warna orange yang dia lingkari di pinggangnya dan ia berjalan santai di pinggir trotoar sambil mendengarkan musik di headsetnya.

***

Tak berselang lama, Rizal pun sampai ke sebuah Opera dimana eskul Edukasi berlatih. Ia pun segera memakirkan motornya dan kembali turun. Ia segera berlari dan membuka pintu masuk dengan perlahan.

Sontak saja semua anggota yang sedang berlatih pun berhenti memainkan alat musik dan menegok kearah Rizal.

"Maaf kau siapa ya? Ada apa kau datang kemari?" Tanya pelatih anggota Edukasi yang menghampirinya.

"Maaf kak, apakah Bryan berada di sini?" Tanya Rizal dengan kaku.

"Oh Bryan, ya dia sempat latihan disini. Dia sedang istirahat di luar. Tapi aku tidak tahu ia sedang apa."

"Emm baiklah terima kasih kak. Maaf mengganggu."

"Sama-sama."

Rizal pun segera keluar dan melihat sekitar.

"Jika dia sedang istirahat, mungkin saja dia berjalan tak jauh dari opera ini." Batin Rizal.

Rizal segera berlari dengan kencang untuk mencari Bryan. Ia yakin bahwa Bryan masih tak jauh dari sini.

***

Bryan masih berjalan santai di trotoar jalan. Namun, pikirannya benar-benar kosong. Hidungnya memanas dan air matanya mulai berlinang. Selalu saja hatinya sedih pada saat ia sendirian. Ia pun membuka cermin yang ia pegang selama ini. Ia dapat melihat bayangan Rico yang masih saja mencari jalan keluar dari dunia cermin itu. Dan juga bayangan tumpukan mayat yang pastinya membuat Rico merinding ketakutan disana.

"Bryan!!! Keluarkan aku."

Bryan dapat mendengar jeritan Rico yang putus asa karena ia terjebak begitu lama. Namun, Bryan tidak bisa apa-apa. Ia merasa sangat lemah. Sangatlah lemah hingga menyelamatkan Rico pun juga tidak bisa. Ia bersedih bahwa ia selalu di bully, tangisannya semakin memilukan pada saat ia mengingat orangtuanya selalu bertengkar tanpa henti tiap harinya.

"Kenapa?"

"Kenapa harus seperti ini hidupku?"

"Hancur."

"Berantakan."

"Semuanya."

Bryan berjalan hingga berhenti di zebra cross yang cukup ramai oleh kendaraan mobil dan truk. Kesadaran Bryan pun hilang seketika. Ia senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

"Hehehe, bagaimana jika aku bunuh diri saja."

"HAHAHAHA ITU BENAR. AKU AKAN BEBAS DARI MASALAH DUNIA INI."

Tanpa basa-basi, Bryan segera melangkah maju. Ia tidak peduli ramainya kendaraan yang lewat. Yang ia pikiran hanya bagaimana caranya agar ia di tabrak oleh mobil ataupun motor. Ia ingin sekali mendapatkan sebuah kematian.

Kematian yang membuatnya dapat lepas dari semua masalahnya.

Ia hanya bediri di tengah jalan sambil senyum sendiri. Banyak pengendara motor yang membunyikan klakson dan mengatakan hal kotor kepadanya.

"Aku memang tidak berguna."

"Biarkan saja aku mati."

"Tidak ada peduli."

"Hanya hinaan dan cacian yang aku dapat."

Hingga sebuah truck yang cukup besar pun melesat dengan cepat dan tidak bisa di hentikan.

"Hahaha ini adalah saatnya aku pergi dari masalahku ini."

Ia hanya diam begitu saja menunggu truk tersebut menabrak dirinya. Namun, tiba-tiba.....

BRAKKK.

Seseorang mendorong dirinya sesaat sebelum ia di tabrak oleh truk tersebut. Ia pun terlempar hingga pinggir trotoar dengan kondisi kepalanya terlebih dahulu yang mengenai badan trotoar.

Ia pun merasa pusing sekali. Pandangannya kabur dan ia hanya dapat melihat seorang pria yang memanggil namanya.

"Bryan?"

"Hei sadarlah Bryan!!"

Bryan juga melihat kerumunan orang yang mengelilinginya. Namun, pandangannya pun gelap dan ia tidak sadar. Sebelum ia tidak sadar, ia mengatakan nama seseorang.

"Rizal."

Bersambung
Waduh ternyata kecelakaan. Semoga baik baik saja wkwkwk
Di tunggu kelanjutannya ya
Harap vote dan komen

Terima Kasih...

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang