1. Hilang

605 24 10
                                    


"Kak kalo lagi bawa mobil jangan sambil nelfon,fokus dulu nyetirnya"

"Stttt..diem dulu dek" perintahnya yang kemudian melanjutkan pembicaraan dengan lawan bicara di telfon genggamnya.

"Pinggirin dulu mobilnya kak" pinta Ulya

"Ulya..diem dulu. Ini penting"

"Kakkkk..ini bahaya" Ulya kini mengguncang-guncang lengan kiri Nabila yang sedang memegangi benda persegi yang menempel di telinganya.

"Kamu bisa diem ga sih?!!!" Nabila membentak Ulya dan tak sadar bahwa mobil yang tengah dikemudinya sudah tidak dapat ia kendalikan lagi.

Cittttttt.....Brukkkkkk

Kejadian itu kembali terulang di memorinya. Bunyi keras akibat mobil yang ia kendarai itu menghantam kuat pembatas jalan mengingatkannya tentang kecelakaan yang menimpanya di sore itu. Kecelakaan karena kecerobohannya telah merenggut nyawa adik semata wayangnya,Ulya. Ulya mengalami peradangan otak akibat benturan keras di kepalanya. Dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi,namun sayangnya sesaat sebelum operasi berlangsung Ulya sudah lebih dulu menghembuskan nafas terakhirnya.

Mengingat kejadian itu Nabila merasa sesak dan sangat terpukul. Kalau saja waktu itu dia menuruti kata-kata Ulya mungkin semua ini tidak akan terjadi. Seharusnya dia tidak mengangkat telfon saat sedang dalam keadaan menyetir.  Dia sangat merasa bersalah.

Dunianya hancur sekarang. Tak ada lagi keceriaan,tak ada lagi senyum manis yang tercipta dari bibirnya. Untuk pertama kalinya Nabila kehilangan orang yang paling dia sayang. Selain kedua orang tuanya,Ulya adalah sosok yang paling berarti dalam hidupnya.

Ulya adalah saudara sekaligus teman baginya. Tiada hari tanpa bercerita,tiada hari tanpa tertawa,tiada hari tanpa bertengkar. Walaupun terkadang kejahilan satu sama lain selalu saja membuat mereka berdua bertengkar hingga tak jarang keduanya saling berkejar-kejaran di area kamar bahkan sekeliling ruangan rumah.

Tapi saudara tetaplah saudara,limpahan kasih sayang diantara keduanya tak usah diragukan lagi. Tak butuh waktu lama untuk mereka bertengkar,setelah itu keduanya sudah saling bercengkrama membahas hal-hal dan kejadian menarik apa saja yang mereka alami selama menjalani hari. Dan kini Nabila telah kehilangan sosok itu.

Sudah tiga hari setelah kepergian Ulya menghadap Sang Ilahi. Hari ini Nabila sudah diperbolehkan kembali pulang kerumah. Setelah kecelakaan yang menimpanya itu dia harus mendapatkan serangkaian perawatan medis karena ada beberapa luka yang cukup berat di daerah dahi dan pelipisnya.

"Langsung istirahat ya sayang. Biar Bunda anter kamu ke kamar" perintah Bunda sambil memapah pelan tubuh Nabila diikuti dengan Ayah yang membawa sejumlah perlengkapannya selama berada di rumah sakit.

Sesampainya di kamar,Bunda mendudukkan Nabila di atas ranjang dan beranjak meninggalkan kamar menuju dapur untuk menyiapkan bubur. Kini hanya ada Nabila dan Ayahnya. Ayahnya duduk bersampingan dengannya dan mengusap lembut kepala Nabila serta membawanya bersandar di punggung kanannya.

"Yah.."

"Iya nak"

"Nabila minta maaf. Ini semua salah Nabila"

"Kamu nggak perlu minta maaf sayang,ini bukan salah kamu" jawab Ayah dengan lembut

"Seandainya waktu itu aku nggak angkat telfon sambil nyetir pasti semuanya nggak akan terjadi. Nggak akan terjadi kecelakaan dan Ulya pasti masih ada disini sama kita Yah"

"Nak,nggak perlu kamu sesali. Apa yang telah terjadi adalah takdir dari Allah. Kehidupan yang kita jalani ini merupakan skenario Allah. Ini bukan salah kamu,Allah ngasih kita musibah seperti ini artinya Allah sayang sama kita. Allah mau menguji seberapa besar tingkat keimanan dan kesabaran kita dengan cara seperti ini. Sesungguhnya apa yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan akan kembali pula kepada Allah. Termasuk Ulya,dia sudah tenang disana. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana kamu bisa melanjutkan hidup kamu seperti biasanya" tutur ayah mencoba menenangkan

Nabila menghela nafasnya dengan berat

"Sekarang tinggal kita bertiga. Cuma ada aku,Ayah dan Bunda." Tanpa dia sadari setetes air mata berhasil lolos membasahi pipinya

"Walaupun raga Ulya udah nggak didekat kita,tapi Ayah yakin jiwa Ulya akan selalu dekat dengan kita. Makanya kita nggak boleh sedih,ikhlaskan Ulya dan terus kirim doa buat dia. Insyaallah Ulya akan tenang disana" jelas Ayah sambil mengusap air mata Nabila

Nabila langsung memeluk sosok tangguh yang ada didepannya dan dibalas dengan pelukan hangat.

"Yaudah kalo gitu kamu istirahat. Ayah kebawah dulu mau ikut bantuin Mang Dadang beres-beres ruang tamu untuk persiapan buat acara kirim doa untuk Almarhumah adek kamu nanti malam" pinta Ayah dan dibalas dengan anggukan pelan dari Nabila.

Serangkaian acara untuk mengirim doa telah terlaksana. Nabila diminta untuk segera beristirahat karena kondisinya yang masih membutuhkan cukup banyak istirahat.

Seperti biasanya,Nabila bangun di sepertiga malam untuk melaksanakan shalat tahajjud. Doa ia panjatkan untuk adik kesayangannya agar semua amal ibadahnya diterima di sisi Allah dan memohon agar Ulya ditempatkan bersama orang-orang yang dimuliakan oleh Allah SWT. Tak lepas dari ingatan dimana saat-saat dia bersama dengan Ulya membuat air mata terus jatuh berderaian tak henti-hentinya.

Selesai melaksanakan shalat tahajjud Nabila duduk di tepi ranjang Ulya yang berada di sebelah ranjangnya. Ya,sehari-harinya mereka memang tidur di dalam kamar yang sama dengan ranjang yang bersebelahan. Diambilnya foto berbingkai kecil yang berdiri tegak diatas nakas. Siapa lagi kalau bukan foto adik kesayangannya.

Di foto itu tampak senyuman manis yang terulas dari bibir Ulya. Melihat foto itu Nabila kembali meneteskan air mata dan memeluk erat foto itu bersamanya. Sesaat kemudian memori kembali mengingatkannya pada sosok adiknya saat Nabila jatuh dari sepeda dan menangis kesakitan di waktu kecil sementara Ulya malah mengejeknya dengan sebutan 'cengeng'

"Aduh sakit....Huaaaaaaa" Nabila menangis kesakitan

"Yahhh cengeng,masa gitu aja nangis sih" Ulya tertawa terbahak-bahak

"Ini sakit tau...huaaaaaaaaa hiks hiks hiks" Nabila semakin menambah volume tangisannya

"Kakak cengeng...kakak cengeng"

Mengingat kejadian itu Nabila tersenyum getir dan semakin erat memeluk foto adiknya. Perlahan melepaskan foto itu dan kembali meletakkannya di atas nakas,lalu Nabila memandangi foto itu sejenak.

"Dek,kamu adalah sosok yang paling berharga buat kakak. Kamu adalah penyemangat kakak,kamu itu selalu ngingetin kakak buat belajar. Kamu selalu negur dan nasehati kakak kalo kakak buat kesalahan. Kamu itu segalanya buat kakak. Ya walaupun kadang nyebelin" Nabila terkekeh kecil di penghujung katanya

"Kamu yang tenang disana ya sayang. Kakak bakal inget semua nasehat kamu,kakak bakal rajin belajar. Bakal rajin kuliahnya dan nggak akan ceroboh lagi. Kakak sayang bangett sama kamu" lanjut Nabila

Hai hai hallo readers🖐
Gimana part pertamanya?bagus? Semoga kalian suka ya gaess
Mau cerita dikit boleh nggak sih?boleh la ya😅
Jadi gini gaess,sebenernya ini adalah karya kedua aku. Nah karya yang pertama itu sempet aku publish beberapa bulan yang lalu,tapi...karena ceritanya itu nggak nyambung,ngalur ngidul,dan masih pletat pletot makanya aku unpublish😂ku mohon doa kalian ya gaess biar karyaku yang kali ini bisa langgeng. Jiahh langgeng,kayak hubungan😂Udah itu aja dah
Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya,itu sangat memotivasiku gaess😢

Follow instagram aku @dinda_mlda kalo mau di follback sama author maniss ini DM aja yes😂
See u next part😉
















Takdir Cinta NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang