1. Rain

99 21 21
                                    

Hujan..

Bunyi rintik deras di luar rumah, terdengar sampai kamar seorang gadis. Gadis itu menyambutnya dengan senyuman hangat. Seperti menghangatkan bumi dari dinginnya hujan yang turun.

Ia duduk di tepi kasurnya, lalu berjalan ke arah jendela. Dilihatnya hujan dengan senyuman, namun ada air mata yang mengalir di wajah manisnya.

Gadis itu segera mengusap air mata yang ada di pipinya, lalu berjalan ke arah cermin. Ia membenarkan sedikit seragam sekolahnya yang tampak tidak rapi.

Terdengar suara klakson mobil dari luar, ia melihatnya sekilas dari jendelanya. Wajahnya kini berubah, terlihat sangat datar. Ia mengambil tasnya, lalu keluar dari kamar. Tak lupa ia berpamitan dengan Ayah-nya.

"Yah, Jepay berangkat ya." ucapnya seraya mengecup punggung tangan Ayah.

Zevaya Fahira Gradisia, biasa dipanggil Jepay. Gadis dengan tinggi 160cm, dengan poni yang tertata rapi di dahinya. Yang tadi tersenyum saat menyambut hujan turun, namun beberapa saat kemudian mengeluarkan air mata. Entahlah, ia suka hujan atau tidak. Kalian tidak perlu memikirkan itu.

Setelah berpamitan, ia berjalan menuju pintu, dan membukanya. Wajah datarnya kembali ia tunjukkan kepada lelaki yang kini ada di depan rumahnya.

"Kenapa?" tanya lelaki itu dengan tatapan bingung.

"Kak Re kenapa jemput Jepay pakai mobil?" tanya Jepay sambil menatap nanar.

Lelaki itu mengernyit, lalu mengacak rambut Jepay. "Lo bisa liat kan? Hujan deres. Ya kali gue jemput pakai motor." jelasnya.

Jepay berdecak, ia menahan tangan lelaki itu lalu menjatuhkannya ke udara. "Kak Re jahat, jangan acakin rambut Jepay! Ngerapihinnya susah tau."

Lelaki itu terkekeh, ia bernama Renando Alex Dirgantara. Biasa dipanggil Renan. Salah satu most wanted di sekolahnya. Terkenal dengan sifatnya yang dingin dan irit berbicara. Berbicara panjang saat benar-benar penting saja. Ia juga memiliki jabatan disekolahnya, sebagai ketua osis. Jadi tidak mungkin kalau ada yang tidak tahu sosok dari seorang Renan.

"Udah ayo berangkat, nanti telat." ujar Renan dengan tangan kiri menggenggam tangan mungil Jepay, dan tangan kanannya digunakan untuk memegang payung.

Jepay berusaha menghindar dari payung, kepalanya berusaha supaya terkena air hujan. Lalu usahanya sia-sia saat Renan merangkulnya dan sedikit seperti memeluknya.

"Lo tau hujan nggak sih? Jangan pecicilan, nanti baju lo basah." ujar Renan dengan sedikit penekanan. Ia membukakan pintu mobilnya, dan sedikit mendorong pelan badan gadis itu. "Masuk!"

Jepay menurut, ia pun langsung masuk ke dalam mobil. Renan menutup payungnya, lalu ikut masuk ke dalam mobil.

"Pagi-pagi, sarapan omelan dari Kak Re. Mantap." ucap Jepay dengan mengacungkan jempolnya ke depan wajah Renan.

"Gue nggak ngomel."

Jepay tertawa pelan, "Nggak ngomel gimana? Tadi cerewet banget kaya ibu kost tau."

Renan tak menggubrisnya, ia mulai menghidupkan mobilnya. Dan fokus mengemudi. Hampir setengah perjalanan, mereka saling diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan sejak tadi. Renan melirik ke arah Jepay, gadis sedang tersenyum melihat hujan, kemudian ia terlihat seperti sedang menghapus air matanya.

Renan berdehem, "Nangis? Lagi?"

Jepay terkejut, lalu memalingkan wajahnya. "Jangan ngerusak suasana."

"Gue cuma nanya, Jep. Lagian, lo ngapa harus nangis pas liat hujan?" tanya Renan, dan kembali fokus mengemudi.

"Besok-besok kalo hujan, kak Re jemput pakai motor aja. Biar pas Jepay nangis, kak Re nggak tau dan nggak kepo." ujarnya dengan memeletkan lidah ke arah Renan.

"Nggak, gue tetep pakai mobil, Ok?"

Jepay menghela nafas, "Bodo, terserah."

**

Mereka sampai di sekolah, kini hujan sudah mereda. Mereka berjalan menyusuri koridor. Banyak pasang mata memperhatikan mereka dengan seksama. Ada yang terlihat sinis, ada juga yang sampai melongo. Entah karena melihat Renan, atau karena melihat gadis yang ada di sampingnya.

Namun, Renan dan Jepay tidak peduli dengan itu. Setiap kali mereka jalan bersama, mereka selalu mendapat tatapan seperti itu.

"Kak Re, emang hari ini Jepay jelek?" tanyanya spontan.

Renan berhenti seketika, dan menatap Jepay dari atas rambut hingga ujung kaki. "Nggak."

"Tapi, kenapa banyak yang ngeliatin Jepay kaya gitu?"

"Karena, Jepay terlalu cantik." bisiknya lalu menggandeng tangan mungil Jepay, kemudian berjalan menuju arah kelasnya.

Setelah itu, banyak sorakan yang ditujukan untuk Renan dan Jepay. Bahkan ada yang sampai berteriak histeris. Dan Jepay hanya menutup wajahnya dengan tangan kirinya.

***

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

OH, akhirnya.. setelah sekian lama hiatus(: Buat kemarin yang baca Baricha.. Sekarang berubah jadi Renaya ok ok :v Doakan mood selalu baik ia. Biar cerita ini beneran kelar(:

Vote ✔️
Comment ✔️

Salam.
kayka_

RENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang