Chapter 7 - The First Kiss

45.4K 1.1K 6
                                    

~~~
" Rasa yang berbeda saat bibirmu menempel di bibirku untuk yang pertama kali "

~~~

Altov's POV

Malam ini aku memiliki sebuah janji dengan sebuah perusahaan. Bukan perusahaan illegal namanya jika tidak bekerja sama denganku. Ya, tujuanku ke New York hanyalah untuk mendapatkan mangsa untuk bisnisku. Semua perusahaan yang bekerjasama denganku pasti kebanyakan adalah perusahaan illegal. Rata - rata perusahaan legal takut menjalankan kerjasama ini. Tapi memang inilah pekerjaan seorang mafia. Segara cara kami lakukan, tapi aku sendiri tidak ingin membahayakan nyawa orang lain.

" Apa barangnya sudah ada? " Tanya seorang lelaki di depanku.

" Kau tenang saja, Mr. Dirlard. " Ucapku santai.

John Dirlard adalah seorang mafia juga. Ia memimpin perusahaan illegal yang tersembunyi di kota New York. Mungkin orang - orang tidak bisa melihatnya, tapi kami seorang mafia, bisa melihat dari jenis perusahaan itu.

" Mungkin barangnya akan sampai besuk mengingat anak buahku hanya sedikit di sini. " Tambahku lagi, ia mengangguk mengerti.

" Yang terpenting kita aman. " Ucapnya lagi seraya memperingatkan dengan jari telunjuknya.

" Kau tenang saja. " Balasku santai namun meyakinkan.

Hening dan hanya ada suara ombak. Seiringan dengan itu aku mendengar sesuatu yang masih sangat jauh, tapi aku masih bisa mendengarnya. Bukankan itu suara sirene mobil polisi? Sial! Siapa yang memanggil polisi sialan itu.

" Tadi kau bilang aman.... Sial!! " Umpat Mr. Dirlard lari menaiki mobil dan meninggalkanku.

Aku juga tidak bisa tinggal diam di sini. Aku segera lari menuju mobilku. Tak ku sangka mereka langsung melihat keberadaanku. Secepat mungkin aku mengendarai mobilku dan pergi dari sana. Tidak sampai itu, polisi sialan itu mengejarku. Aku semakin menaikkan kecepatanku menjadi 120 kilometer per jam. Jalanan yang sedikit ramai membuatku untuk berhati - hati, namun sekarang sepertinya tidak bisa.

Cittttt......

Sialan! Nenek tua itu menyebrang tanpa melihat kanan kirinya. Aku bersumpah serpah jika aku sampai tertangkap.

" Hey nek! Lihatlah kanan kirimu. Jika aku tidak berhenti kau bisa mati tadi. " Serpahku.

" Dasar pria tidak sopan. " Balas nenek itu.

Jika aku terus berdebat dengan nenek tua itu mungkin aku akan tertangkap. Kakiku langsung menginjak pedal gas ketika nenek tua itu sudah ke pinggir jalan. Polisi sialan itu tak kunjung lepas dari penglihatanku, mereka tidak berada jauh dariku dengan sirine yang terus berbunyi. Aku tidak tahu siapa yang melakukan semua ini, jika aku sudah tahu pelakunya aku tidak segan - segan untuk membunuhnya. Untung saja wajahku tadi tertutup hodie sehingga mereka tidak mengetahui wajahku.

Aku memasuki gang kecil setelah aku melihat sebuah gang tumpukan sampah. Entah sudah berapa kali aku melindas sampah - sampah itu. Aku juga mendengar suara kucing yang terkaget dengan lajunya mobilku. Aku melihat ke belakang lewat spion mobil dan yap, akhirnya aku bisa lepas juga dari kejaran mereka.

Aku bernafas lega dan menyenderkan tubuhku sejenak di kursi kemudi. Sungguh ini hanya membuang - buang nafasku dan tenagaku. Ini membuat kerongkonganku membutuhkan air penyegar. Untunglah aku melewati jalanan ini, jalan ini sangat dekat dengan klub Vetra. Mungkin tinggal beberapa meter lagi aku sampai.

Aku sudah di sambut dengan kemeriahan orang - orang yang sedang bercumbu di luar klub. Bahkan orang - orang di sini tidak peduli dengan orang - orang yang melihatnya. Aku bahkan jijik melihat orang dengan rakusnya melahap mangsanya. Dan jangan berpikir jika aku seorang penyuka sesama jenis, itu akan membuat telingaku panas mendengarnya. Aku hanya tidak percaya saja pada wanita. Wanita seolah membuatku gila akan semua hal. Sudah beberapa kali aku bercumbu dengan wanita dan bukan hanya dengan kekasihku saja. Lagi - lagi mereka akan meminta lebih dan aku tidak bisa. Wanita hanyalah sebuah boneka yang tidak akan disukai oleh pria.

Aku melangkahkan kakiku kedalam klub ini. Seketika aku ingat kejadian malam itu. Aku memukuli seorang pria hanya untuk membantu seorang gadis menyebalkan yang baru saja menjatuhkan ponselku siang tadi. Kenapa hari ini penuh kesialan? Arghh rasanya aku ingin menonjok seseorang.

Baru beberapa langkah saja aku masuk mataku langsung tertuju ke arah tengah - tengah lantai dansa. Di sana terdapat seorang gadis, gadis yang sangat familiar di mataku. Rambut panjangnya yang coklat dan kaki jenjangnya yang menggunakan high hils beberapa centimeter.

Gadis itu!

Ia meliuk - liukkan tubuhnya mengikuti irama. Seketika mataku terfokus pada lekukan tubuhnya. Tubuhku panas, otakku tak berjalan normal, dan batinku meronta - ronta untuk menyentuhnya. Ia membuatku frustasi, aku tidak peduli dengan sumpah serpahnya saat aku menyentuhnya. Sial! Aku sudah mengkhianati diriku sendiri untuk tidak tergoda pada wanita. Tapi ada saatnya juga seorang pria kaku tergoda oleh wanita.

Aku berjalan membelah lautan penikmat hasrat dan kini aku berada di belakangnya. Tubuhnya masih saja meliuk - liuk dengan tangannya di kepala. Sungguh aku tidak tahan untuk menyentuh tubuh mungilnya. Aku ingin merasakannya di ranjang bergulat denganku. Dan merasakan hangatnya dirinya dalam diriku. Bagaimanapun caranya aku harus mendapatkannya di ranjang.

" Damn! I want you. " Ucapku seraya meraba perut ratanya di balik dress yang ia kenakan.

***

Ashly's POV.

Suara itu aku sungguh mengenalinya. Harum maskulin tubuhnya dan tangan bertatonya. Hidungnya yang mencium tengkukku dari balik rambutku membuatku geli seketika. Tapi entah kenapa ini rasa geli ini terasa sangat nikmat.

Aku membalikkan tuhuhku dengan setengah sadar karena pengaruh alkohol tadi. Mata sayuku langsung bertemu dengan mata hijaunya. Ia benar - benar datang kemari? Itu membuat bibirku mengulas sebuah senyuman. Mataku turun ke bibir merahnya yang membuat tubuhku panas seketika.

Jari - jariku turun menyentuh bibirnya, sungguh ini pertama kali bagiku menyentuh bibir seorang pria. Aku mendekatkan wajahku kearahnya begitupun dengannya. Sungguh aku belum pernah merasakan apa yang namanya berciuman.

Dengan sedikit kesadaranku, aku masih teringat dengan ponselnya yang tadi siang tidak sengaja ku jatuhkan.

" Aku membawa ponsel barumu. " Ucapku tersenyum di depan wajahnya.

" Aku tidak peduli. "

Tanpa aba - aba lagi dan memang tiada jarak di antara wajah kami, ia langsung menempelkan bibirnya ke bibirku. Bukan hanya sekedar menempel, ia melumat bibirku. Melumatnya dengan lembut.

Ini adalah pertama kalinya aku merasakan sebuah ciuman. Dan ini ciuman pertamaku. Kenapa harus pria ini yang mengambil ciuman pertamaku? Kami dipertemukan secara tidak sengaja dan kini kami berciuman.

Aku yang awalnya kaku, kini mulai mengimbangi ciumannya. Tentu saja ini bukan keahlianku. Diriku yang di bawah pengaruh alkohol juga tidak bisa melawan dirinya yang semakin memperdalam ciuman kami.

Musik yang awalnya mengalun, kini tidak terdengar lagi oleh telingaku. Aku terbawa oleh suasana. Suasana yang awalnya dingin kini menjadi panas seketika.

Jadi inikah rasanya berciuman? Serasa di bawa melayang entah kemana. Mata yang terpejam dan tak tahu arah. Hanya mengikuti bisikan naluri. Dan membiarkan suasana panas ini mengiringi kami.

TBC.

The Perfect MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang