PROLOG

18 4 0
                                    

Hari itu awan kelabu menggantung mengisi setiap ruang kosong di langit sejak pagi. Benda selembut kapas itu menampung hujan rintik-rintik, di aluni lagu sayatan tangis seorang ibu dan anaknya yang terdengar pilu.

Sang ibu tak berhenti menghujam pukulan tak berguna kepada lantai tempat ia berpijak. Bibirnya yang pucat tak henti-hentinya merancau memanggil nama putri kesayangannya yang kini hanya menyunggingkan senyum tercantik di balik kain tipis.

Keadaan saudarinya yang menutup pintu tak kalah mengenaskan. Manik matanya dilingkari kegelapan tak berhenti menjatuhkan cucuran air mata.

Apalagi melihat beberapa orang berpakaian hitam yang berusaha menenangkannya karna histeris mencoba menyakiti dirinya sendiri.

Teriakan putus asa terus beradu di dinding, menghasilkan gema yang membuat siapa saja menjerit dalam hati karna simpati melihat salah satu keluarga itu yang sudah tenang di alam sana. Sebagai pembicaraan sendiri atas kematian seorang gadis muda dan calon anaknya yang dilakukan secara sengaja.

Gadis mana yang tidak malu mengandung bayi tanpa izin Tuhan tanpa ada ikatan janji suci penikahan, apalagi setelah melihat sang kekasih berselingkuh dengannya. Menghapus ikatan CINTA diantara mereka. Ingatan tentang itu membuat hatinya tersayat bagai sebuah pedang menusuknya dari belakang secara bertubi-tubi.

"Kakak"

Manusia mana yang di dunia ini yang tidak terpukul melihat saudari yang sangat ia sayangi mati dalam cara yang sangat tragis. Apalagi sang kakak sangat pintar menyembunyikan calon anaknya yang menginjak usia 5 bulan. Hancur hati sang adik melihat kenyataan ini.

Tidak percaya bahwa kakaknya gadis berhati selembut salju, perkataan sehalus sutra, sifat seperti malaikat, wajah separas bidadari berakhir mengenaskan karana pria brengsek yang merebut kesuciannya dan membuat kakaknya harus menanggung malu akibat perbuatannya.

Rayuan apa yang membuat kakaknya terjatuh dalam pelukan iblis berwajah pangeran.

Kini ia terduduk di samping makam kakak nya, masih membayangkan bagaimana hari-harinya bersama kakaknya. Seulas senyum terukir di wajah cantiknya. Entah bisikan setan mana yang datang kepadanya.

"Kakak tidak boleh menderita sendiri"

Bangkit dalam keterpurukan dengan sebuah senyuman yang mengerikan. Menghiasi wajah cantiknya. Akan kan waktu bisa menjawabnya?











Halooooooooooooooo
Aku buat cerita ni...... tapi gaktau kalo kalian suka atau gak :(
Kalo mau ceritanya lanjut komen ya......................
Dan beri aku dukungan debgan cara pencet tombol bintang dan komen ya............
Ini cerita belom selesai lohhhhhh
Kalo penasaran sama lanjutannya komen+pencet tombol bintang

Maaf ya kalo ceritaku jelek:(

Friends Are RainbowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang