Salah satu hal yang paling menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu begitu takut kehilangan seseorang yang bahkan bukan milikmu.
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Matahari sudah berada di atas kepala, Panasnya mulai menembus kulit. Bunyi bel sudah berbunyi menandakan jam istirahat sudah tiba.
Semua siswa dan siswi berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka. Tapi ada seseorang yang masih setia duduk di kursi dengan asik memainkan handphone nya.
Orang itu adalah Dimas ia masih setia membalas beberapa pesan dari Isnaini. Dimas diam sejenak menutup aplikasi Chatting dan pikirannya kembali berkalut.
Namun belum sempat ia membayangkan apa yang sedang terjadi, keberadaan Mira membuat Dimas harus fokus terhadapnya. Walaupun ia tahu arah pembicaraan gadis itu.
"Apa Natan benar-benar masuk sekolah hari ini?" Gadis itu bersuara sangat pelan, berharap hanya Dimas yang mampu mendengarnya.
Pertanyaan Mira sesuai ekspetasi Dimas. Tanpa ragu pemuda itu mengangguk lirih.
"Isnaini memastikan setelah istirahat Natan akan datang. Dia sudah kembali membaik." Sambung Dimas setelahnya.
"Natan tidak datang bersama Isnaini. Dia sedang ke Bandung bersama kakaknya. Apa Isnaini tidak memberitahumu,,?" Mira mencoba bersuara lebih banyak saat Dimas nampak enggan berbicara dengannya.
"Aku tahu. Isnaini baru saja mengirimku pesan." Jawaban Dimas dengan mellody yang mampu menyayat hati Mina kembali.
"Kau bisa kembali ketempat dudukmu Mira,, sepertinya sebentar lagi waktu istirahat akan segera berakhir." Secara tidak langsung Dimas mengusir gadis di hadapannya.
Mira dengan mudah membaca kode dari Dimas untuk menatap sekeliling, tatapan setajam pisau tengah mengarah padanya.
Dimas sadar dia sudah keterlaluan. Kejam rasanya memperlakukan Mira gadis polos itu bagai seorang pendosa karena telah menyebabkan temannya terbunuh.
Itulah pemahaman yang menjalari seluruh syaraf di otak Dimas. Walaupun sekeras karang hatinya menolak fakta itu,,(¿).
Kematian Alya murni atas kemauannya sendiri. Sepertinya bukan Mira dan Natan penyebabnya. Namun otak Dimas kembali menepis suara hatinya.
Fakta dan Bukti seakan memaksa Dimas untuk meyakini bahwa tidak ada kematian Alya tanpa perselingkuhan dari Natan dan Mira yang membakar kesetian Alya.
Semuanya kini sudah berbeda. Ikatan persahabatn pelangi mereka hilang terbawa arus deras sehingga ikut berubah.
Terlebih Natan yang seperti bangkai berjalan. Bahkan Natan tidak dapat disebut hidup dan kadang lepas kendali seperti binatang. Pemuda itu akan berteriak histeris dan tidak terkontrol. Disandingkan dengan orang sakit jiwa pun, Natan jauh lebih tidak waras.
Ditinggalkan Alya setelah ia telah memporak-porandakan hati kekasihnya dengan bermain Api dengan sahabatnya sendiri. Rasanya tidak masuk akal jika alasannya seperti itu.
Memikirkan semuanya sendiri rasanya membuat kepala Dimas sakit. Terlebih keadaan Natan yang cukup buruk dan tak kunjung Natan menampakan setitik cahaya hidup dalam dirinya.
Membuat firasat buruk menghantui hati Dimas. Namun tanpa sengaja matanya memandang kebawah dan melihat nontifikasi dari handphonye. Sepertinya ada sebuah pesan yang masuk.
Dan benar setelah membuka handphone nya ada pesan dari Isnaini. Dimas membuka aplikasi WhatsApp dan membaca pesan tersebut.
"Dimas,, Kakak Natan hilang,,!!!"
Betapa terkejutnya Dimas membaca pesan itu hingga tanpa sadar dia menjatuhkan ponselnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Freinds Are Rainbows♡♡♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Are Rainbows
Mystery / ThrillerPersahabatan yang dipupuk sejak lama kini hancur karna PENGHIANATAN yang berujung pada kematian seseorang. Tidak ada lagi rasa Kasih Sayang, Cinta, Kesabaran dan Percaya terhadap yang lainnya. Akankah semua itu bisa disatukan kembali?