Antara Kita

15 4 0
                                    

Seperti pasir yang kau taruh di atas batu, pasir itu akan hilang tersapu angin dan hujan. Itulah kepercayaan.
«_____«_____«_____«_____«_____«_____»

Hujan masih setia jatuh ke bumi. Membuat suara bising nan sendu. Pada saat itu Dimas melangkah pergi meninggalkan Mira yang masih setia menangis.

Rara sudah tidak tahan dengan apa yang dilakukan Dimas. Rasanya ingin sekali menendang kepala dimas dan menyuruhnya untuk meminta maaf kepada Mira, atas apa yang telah di ucapkan kepada Mira.

Tapi niatnya terurung ketika melihat Dimas diam terpaku di ambang pintu.

Rara terkejut melihat Isnaini berada di balik pintu, dengan air mata membasahi wajah cantiknya. Sejak kapan Isnaini ada di sana? Apakah dia mendengar percakapan mereka selama ini ?

Baru saja Rara ingin bersuara, Isnaini sudah terlebih dahulu bersuara.

"Apakah selama ini kalian menyembunyikannya?" Tanya Isnaini dengan suara bergetar

Rara diam membisu, keringat dingin menjalar keseluruh tubuh. Begitu pula dengan Dimas. Rahangnya mengeras, Urat lehernya membiru menandakan menahan amarah yang berusaha ia tahan.

Bukan kepada Isnaini atau Mira. Melainkan dia marah kepada dirinya sendiri.

"Jadi hanya aku satu-satunya yang tidak tahu apa apa ?" Tanya Isnaini yang berusaha menahan air mata yang ingin turun dari pelupuk mata indahnya.

Satu fakta yang baru saja dia ketahui. Sungguh ini bener benar menyakitnya. Seperti ada yang menusuknya dengan belati.

Hening

Hanya suara hujan yang terdengar sampai tiba tiba suara Dimas memecah keheningan.

"Isnaini maafkan aku." Satu kalimat maaf lolos dari Dimas.

Isnaini tersenyum,, tapi bukan senyum manis seperti biasa.

Rara dan Dimas diam terpaku. Mereka cukup tahu apa yang baru dirasakan Isnaini.

Dimas berusaha memberi penjelasan, tapi sebelum mulutnya terbuka. Isnaini sudah lebih dulu pergi dari hadapan mereka.

Dimas mengejar Isnaini. Menyisakan Mira dan Rara yang menatap kepergian mereka.

"Ini semua kesalahanku." Mira bersuara kembali

Rara melirik Mira,, ada rasa marah terhadap gadis itu,, tapi mengapa hatinya terus berkata bukan Mira dalang di balik rusaknya persahabatan mereka.

"Aku tidak tahu Mira, ingin sekali aku percaya padamu. Tapi..." belum sempat Rara menyelesaikan ucapannya Mira lebih dulu memotongnya.

"Tidak apa apa Rara. Aku mengerti."
Mira menjeda suaranya

"Tapi aku jujur, jangan salah artikan kedekatanku dengan Natan. Kami hanya Teman. Sama halnya Kau dan Dimas, kau dan Hasan bahkan Kau dan Natan." Sambung Mira

"Aku tahu Mira, tapi semua ini mengarah padamu." Tutur Rara

Mina diam beberapa saat

"Kami tidak mungkin bergerak lebih dari itu. Walaupun Alya sudah tidak disini. Tetapi garis pemisah diantara kami terlalu tinggi dan tidak mudah di tembus". Mira kembali mengutarakan isi hatinya

Rara secara tidak langsung menangkap sinyal sinyal pengakuan perasaan Mira.

"Sudahlah Mira, Aku pun tidak tahu yang sebenarnya. Biarkan semua berjalan bagai air. Lebih baik kita keluar saja,, biarkan Natan beristirahat." Rara mengajak Mira keluar dari UKS untuk membiarkan Natan beristirahat.

Mira mengangguk. Mereka berdua pergi meninggalkan Natan yang masih setia berbaring di ranjang UKS.

Mereka tidak tahu bahwa selama ini Natan tidak tidur, bahkan dia mendengar semua percakapan mereka antara Dimas, Rara dan Mira sampai Isnaini datang.

Natan bangun dari tidurnya. Dia memegang dadanya yang sesak. Air matanya turun. Dia menatap ke atas berusaha membendung air mata yang sedari tadi jatuh.

Penyesalannya begitu mendalam. Mengapa dia tidak dapat menjelaskan semua kepada Alya?

"Jika kalian tahu aku ada dalam dilema besar" suara Natan terdengar lirih

"Sahabat atau Cinta." Tiga kata itu yang terakhir diucapkan Natan dan senyuman itu yang terpatri dari wajah tampannya.

♡♡♡

"Ada perlu apa?" Tatapan mata Isnaini berubah tidak bersahabat saat seorang pemuda menghalangi jalannya.

"Kumohon Isnaini aku minta maaf. Aku tidak bisa memberitahumu. Aku takut kau akan membenci Mira dan menyalahkan perasaannya. Aku tidak bisa membayangkan persahabatan kita yang hancur karena Cinta yang datang pada waktu yang tidak tepat." Jelas Dimas yang sedang menghalangi jalan Isnaini.

Isnaini Diam,, dia menatap Dimas dengat sengit. Apa kata Dimas tadi Cinta yang datang pada waktu yang tidak tepat ?

Kenapa Dimas menyalahkan waktu, sedangkan Cinta Miralah yang salah !

"Seperti Api ada kalanya kita butuhkan dan ada kalanya juga api menjadi boomerang" Dimas kembali menjelaskan dan meraih tangan Isnaini, tapi baru saja menyentuh tangan Isnaini sudah menepis tangan Dimas.

Isnaini tersenyum sinis

"Kau berbicara seolah-olah mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi kau sendiri tidak mengerti Dimas ! Isnaini marah karena penjelasan Dimas yang seolah olah mengerti apa yang sedang terjadi tetapi jelas sekali dia sedang membela seseorang.

"Kumohon Isnaini mengertilah." Dimas memohon kepada Isnaini.

Tapi Isnaini hanya diam. Hening menyelimuti mereka berdua. Sampai seseorang entah datang dari mana dan menggagalkan semuanya.

"Sampai kapan kalian akan diam " Hasan tiba tiba memecah keheningan dan menarik Isnaini sampai Isnaini berada di belakang Hasan.

Dimas hendak meperotes tapi Hasan sudah lebih dulu bersuara.

"Kau terlalu bodoh Dimas, jangan pernah tertipu oleh ular berwajah kelinci." Hasan bersuara dengan wajah datarnya.

Dimas marah. Dia tidak terima jika Hasan mengumpamakan Mira sebagai kelinci berwajah ular.

Baru saja Dimas ingin menghajar Hasan tetapi gadis di belakangnya masih menatapnya sendu.

"Hasan ayo pergi,, aku tidak mau disini." Isnaini berbicara

Hasan menarik Isnaini pergi meninggalkan Dimas dengan senyum yang sulit diartikan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Friends Are Rainbow

♡♡♡

Friends Are RainbowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang