Aku nampak rapih dengan
kemeja baru ini
Dengan kuda besi
aku melaju tak tertahti,
Ku lihat kau sudah menunggu dibibir jalan
Aku merasa berdosa membiarkan kau sendirian.Bersama itu pula hujan turun mengiringi kita, aku pun berhenti sejenak hanya sekedar menunggu hujan reda.
Atau lebih tepatnya aku tidak mau hujan membasahi tubuh sang kekasih.Hujan pun redah dengan sederhana
Aku tau disaat itu pondasi kita sedang goyah, aku bingung harus berbuat apa
Dari awal kita jumpa sampai hujan reda kita masih saja bungkam tanpa kata.Sampai kata keluar sebelum pulang makan, ditempat kebab pinggir jalan.
Bersama itu pula kau ucap kata pisah, seiring air mata keluar dari langit semesta.Aku tidak bisa berkata agar kau tetap singgah, dan untuk pertama kalinya aku lihat kau menangis entah itu air mata langit atau air mata mu sebenarnya.
Tangan ku tiba tiba berani mengusap-usap kepalanmu untuk pertama dan terakhir kali.
Wahai dewa-dewi mengapa cinta harus usai disaat bunga ini sedang mekar.
Wahai semesta mengapa engkau begitu tega mengirimkan nestapa seluas samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Jejak Sajak
PuisiDisini bersemayam; jejak jejak sajak. Yang selalu melakukan perjalanan panjang dan kelam. Memperkosa setiap kata kata yang berkelana hingga ia mampu menghilangkan semua nestapa diumat manusia.