"Salahkan aku jika mengagumi laki-laki?"
Hembusan nafas. Cucuran keringat membanjiri seluruh tubuh. Hitam legam. Wajah usang. Menjadi pemandangan yang menarik untuk aku kagumi. Tubuh kekar. Tangan yang kokoh serta kulit sedikit menegriput. Ada yang tidak pernah hilang. Sikap sombong. Terpancar dari caramu berpakaian. Dialah ayahku. Laki-laki yang telah menghadirkan aku kedunia ini. Laki-laki yang telah menciptakan luka. Meninggalkan bekas yang teramat sakit. Terbesit di hati untuk tidak mengakuinya. Aku takut akan bertambah besar dosa aku perbuat terhadap ayahku.
Rasa sakit yang begitu besar, tidak mudah membuat orang dengan gampang percaya padanya. Rasa sakit itu bukan hanya aku yang mersakan. Perempuan yang telah mengandungku. Sembilan bulan lamanya. Menahan lelah,sakit. Bertambah rasa sakit dengan perlakuan laki-laki sombong itu. "Aku mengngguminya" benakku dalam hati. Berpikir dua kali. Aku bisa mengucapkan kata-kata itu.
"Haruskah aku mebencinya"
Perempuan di sampingku menyunggingkan senyumnya. Memandang lekat kearah laki-laki yang aku maskud.
"Jangan, biar bagimanapun dia orang yang kamu kagumi"
"Aku selalu mengaguminya, namun semakin aku mengaguminya semakin perih rasanya di ulu hati ini. Apa yanga akan aku lakukan?"
"Mulailah mengikhlaskannya. Ikhlas menerima sakit yang pernah kamu rasakan"
Sesulit itukah aku bisa ikhlas. Sejauh aku tersenyum dengan kebahagiaan. Semakin aku merasa terbebani oleh rasa ini. Ikhlas satu-satunya cara untuk mendaptkan ketenangan. Rasa kagum akan datang dengan sendirinya. Tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan perlahan berbuah. Aku masih terpaku dengan rasa kekagumanku. Laki-laki itu semakin mendekat. Wajah lusuhnya seakan memberikan maksud tersembunyi. Ku pandangai lekat-lekat. Dialah ayahku. Aku harus benar-benar berbakti padanya.
Aku mengaguminya. Aku menyayanginya. Tidak akan pernah berubah rasa itu meski luka di hati terasa perih. Sebab dialah laki-laki yang aku kagumi. Laki-laki yang mengajarkan aku tentang hidup. Tentang menikmati sakit, tentang keikhlasan airmata. Lengkap sudah. Laki-laki itu memelukku. Mendekap lengan tubuhku yang haus akan kasih sayang laki-laki seperti itu.
"Maafkan ayah. Ayah sudah membuatmu kecewa"
Ini yang sebenarnya aku inginkan. Rasa bersalah, pengorbanan dan perjanjian tidak akan melakukan. Menjadikan titik temu bersatunya laki-laki yang saling mengagumi.
Muhamad Mujiq
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Teen FictionKUMPULAN CERPEN "Pesan Dari Surga" "Hiduplah seperti air yang bisa mengisi ruang, menghilangkan haus dan membuat orang bisa bertahan".Sebuah pesan chat yang datang begitu saja. Apa maksud dari pesan chat tersebut?. Pertanyaan itu terus memburu di ke...