RINDU TAK BERTUAH

1 0 0
                                    


Sumringah terpancar dari bibir perempuan tersebut. Matanya seolah berkata, jangan pernah berlalu. Bahagianya seakan menjadi awal dari semua yang akan terjadi saat bertemu nanti. Iya. Dia akan pergi. Pergi untuk kembali. kembali untuk meniti bahagia yang telah mereka persiapkan bertahun-tahun lamanya.

Berat rasanya dia melepaskan pemuda yang tengah menatapnya penuh sayang itu. Pemuda yang telah dia kenal lima tahun ini. Dialah yang telah mengisi hari-harinya. Dia yang telah menggores cerita penuh warna dari setiap hebusan nafasnya. Dia yang selalu terunati dalam Doa di setiap waktu. Lalu apakah ini akan menjadi akhir dari penantian yang telah dia persiapkan?.

Tidak. Dia akan kembali. Dia sudah berjanji untuk hidup bersama dan mati setelah mereka bersama.

"Apa aku sanggup menjalaninya lagi?" Perempuan itu menatap dengan penuh sayu. Ada ketidak relaan dari sorot tahjam mata indah itu.

"Jangan begitu. Kamu pasti bisa."Pemuda itu menengakan dengan nada bicara yang begitu lembaut sembari mengusap kepala perempuan itu.

"Aku takut....," ucapanya terhenti, kepalanya tertunduk lesu.

"Apa yang kamu takutan?"

"Ini adalah kali terakhir aku melihat sorot mata beranimu,"tegas sang perempuan.

"Kebalik. harusnya aku yang bilang begitu."Pemuda itu mencubit manja lengan perempuan berbaju biru.

Ada senyum penyesalan yang tercipta dari bibir manis perempuan. Penyesalan karena telah menutarakan rintihan hati yang benar-benar dia takutkan. Sebenarnya ada yang aneh dengan perempuan tersbut. Bukan kali pertama dia harus menjalani hal seperti ini. Bertahun-tahun lamanya dia bisa mejalani. Tapi kali ini ada yang berbeda dengan sikap perempuan itu.

"Sudalah Ran, Aku pasti kembali,"pemuda jangkung itu menenangkan kembali pujaan hatinya yang berubah murung di hadapannya.

"Jika jarak ini menjadi raguku, aku tidak mau senyumku hilang dari pikiranmu,"balas Rani.

"Pasti sayang. Selamanya."

pemuda itu pergi. meninggalkan Rani yang tengah terbuai dengan kepergiaan pemuda yang akan menjadi pendampingnya menini hari-hari bahagia esok. Terpatung melihat punggung yang sesekali berbalik melpsakan senyum penuh makan ke arahnya.

"Apa aku Rindu?" rintih Rani dalam hati.

Rinduku hanya untuk dia yang kelak menjadi bagian dari hidupku. Meyakinkan hati dengan perasaan aneh dalam diirnya dalah hal utama yang akan dia lakukan. Persaaan yang terbilang aneh, sebab bukan sekali ini Ranu harus menjalani hubungan seperti ini. Semuanya dia lalui. Entah kenapa, kali ini ada yang aneh dengan perasaan yang dirasakannnya. Rindu itu seperti melekat dan tak penah bisa terlepas dari angan-angan tenatangnya.

Ranu Alamsayah. pemuda yang telah terpatrik namanya di hati perempuan anggun seperti Rania Wulandari. Perempuan anggun yang selalu menghabiskan hubungan asamaranya terjarak ribuank kilometer. Ranu pemuda yang sudah lama Ia kenal. Jarak yang jauh bukan penghalan untuk Rania berbalik dari rasa yang telah terpatrik untuk namanya.

"Urungkan niat, mantapkan langkah. tidak akan berhsail jika dianataranya terbesit berbeda di hati kita. Akan semakin mantap jika keduanya saling bersama, searah, sejalan meniti apa yang telah kita cita-citakan. Aku ingin kuatkan niat dan mantapkan langkah menjadi tumbuh kembang dalam hati, agar semuanya terlaksana."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang