Chapter 15

285 14 0
                                    

Ghaffar meninggalkan wanita itu dan langsung menuju ke arah ku. Halim dan Hasib juga ikut menghampiriku. Kemudian kami pergi bersamaan ke Al Azhar, sesampainya disana kami langsung masuk ke dalam kelas agar tidak terlambat, hari ini juga kami akan mengumpulkan hapalan-hapalan kepada syeikh. Setelah beberapa jam kemudia syeikh tidak datang ke kelas, tetapi asisten nya yang menggantikan nya hari ini. Mengapa syeikh tidak masuk? biasanya dia akan bicara padaku bila ia tidak masuk.
Setelah jam pulang, Ghaffar mendekatiku untuk menceritakan tentang gadis tadi pagi. Ntah apa yang membuat Halim mendatangin kami dengan wajah yang penuh amarah. Apa Ghaffar membuat salah padanya? kemudian aku bertanya pada Halim.

"Ada apa ini Halim. kenapa engkau terlihat seperti marah?"

"Menurut kalian? Apa yang kurasakan sekarang?"

Kami hanya terdiam. Hasib yang sedari tadi dekat dan bersamanya saja tidak tau apa yang sedang dirasakan Halim, Hasib pun sampai heran dengan apa yang dilakukan oleh Halim pada aku dan Ghaffar.

"Ada apa ini Halim?" tanya Hasib

"Kau.. diam saja. ini urusanku dengan mereka!! kau terlalu pendiam Hasib, selalu menerima keadaan, sampai-sampai kamu juga tidak tau apa yang mereka rahasiakan pada kita!" Tegas Halim pada Hasib sambil menunjukan jari nya.

"Rahasia apa yang kamu maksud Halim? Kami tidak memiliki rahasia apapun. tidak ada yg perlu dirahasiakan di antara aku, Gadel, Hasib dan kau. Kita sauda..." Belum sempat melanjutkan perkataannya tersebut, Halim langsung memotong penjelasan dari Ghaffar.

"Saudara kau bilang? Kalau kamu menganggap aku dan Hasib saudara, kalian tidak akan merahasiakan sesuatu pada kami tentang wanita yang tadi pagi. Dari awal aku sudah curgi, memang ada yang kalian sembunyikan dari ku dan Hasib.!! Hanya demi seorang gadis yang berpenampilan seperti pelacur.."

Langsung ku pukul wajah Halim saat dia mengucapkan kata pelacur.

"Apa ini yang kamu dapatkan dari belajar di Al Azhar Halim? Bukan ini yang diajarkan oleh syeikh pada kita semua. Ingat Halim ucapan mu bisa menyakiti hati seseorang, Ingat!! Dia bukan pelacur. Penampilan tidak pernah bisa menunjukan siapa diri seseorang. Kamu yang berpempilan baik saja bisa berbicara buruk tentang seseorang. Sekalipun dia seorang pelacur, hargai dia. Kita tidak tau mungkin saja Allah menitipkan hikmah dari nya! Dan.."

Hasib memotong pembicaraan ku untuk meredamkan suasana saat itu.

"Sudah-sudah cukup. kenapa kalian jadi berdebat? ini bulan puasa, apa yang kalian dapat dari berdebat seperti itu. Halim.. Aku yang paling dekat denganmu, aku mengerti apa yang kamu rasakan. Mungkin saja ini belum waktu nya untuk menceritakan rahasia itu. Kita saudara bukan? Dan Gadel.. Kamu lah yang bisa berpikir dewasa, saat Halim bertingkah seperti anak kecil, bukan berdebat jalan keluar nya. Apa ini akan jadi kisah permusuhan antara kita semua?" Penjelasan dari seorang Hasib yang tenang.

"Kau..!!" Tunjuk Halim pada Gahffar, kemudia dia pergi meninggalkan kami.

Kami semua hanya bisa memandang Halim yang pergi meninggalkan kami. Aku merasa bersalah padanya. Memang Halim orang nya sedikit keras, dan mudah terbawa emosi. Kami mengerti betul akan watak nya, tapi yang kami lebih tau lagi bahwa dia orang yang selalu menghargai setiap saudara dan keluarganya. Ntah mengapa hari ini dia begitu emosi.

Rayuan disepertiga malamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang