PROLOG ✓

18K 876 104
                                    

"Aku tahu rasaku padamu terlalu dalam, sampai aku hanya mampu memendam. Karena aku paham, kehilangan tak seindah mendapatkan."

- Paizal Anwar

Bagi sebagian orang, jatuh cinta saat remaja adalah hal yang sudah biasa terjadi, atau bahkan berpacaran di usia remaja adalah hal yang wajar bagi keseharian anak muda di zaman sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi sebagian orang, jatuh cinta saat remaja adalah hal yang sudah biasa terjadi, atau bahkan berpacaran di usia remaja adalah hal yang wajar bagi keseharian anak muda di zaman sekarang. Namun, berbeda dengan cowok bernama Aldy, dia pertama kali jatuh cinta pada usia 10 tahun-tepatnya kelas empat SD.

Aldy Azka Putra, cowok berambut hitam dengan tubuh tinggi kulit sawo matang. Tidak istimewa memang, ia tumbuh selayaknya anak laki-laki. Kini usianya 17 tahun, tepatnya duduk di bangku kelas XI SMA.

Mungkin cinta pertamanya tidak bisa dikatakan benar-benar jatuh cinta, karena dulu usianya masih sangat muda untuk memulai itu semua. Bisa jadi itu hanya perasaan suka, tapi yang Aldy rasakan lebih dari itu. Rasa yang sampai saat ini belum terbalaskan, rasa yang dia simpan selama delapan tahun lamanya kepada seorang gadis bernama Dira.

Jika kalian bertanya kenapa dan karena apa Aldy bisa jatuh cinta pada Dira? Jawabannya sederhana, karena niat baik dan ketulusan Dira menolong Aldy di saat semua orang mencemoohnya.

Dulu ... pada tahun 2009 ada seorang anak Sekolah Dasar yang sangat unik. Dia laki-laki, tapi tidak jago bermain bola, dia memang cerdas, tapi seringkali mendapat perlakuan kurang mengenakan dari teman laki-laki lainnya. Dia selalu dimanfaatkan dan dicemooh sewaktu-waktu. Sampai suatu hari, saat jam olahraga di SD Gugus Depan, sebuah peristiwa kurang mengenakan terjadi.

"Ayo! Ayo! Ayo!"

Sorak sorai siswa di pinggir lapangan yang berjejer rapi ribut meneriaki kedua tim bola yang sedang bertanding. Disalah-satu tim ada Aldy yang ikut bermain karena perintah dari pak Ferdi-seorang guru olahraga di SD Gugus Depan- yang sedang melakukan penilaian praktek untuk pengisian nilai mata pelajarannya. Mau tidak mau Aldy harus ikut walau kemampuannya tidak menyakinkan dalam sepak bola.

"Damar! Damar! Damar!"

Pekik semua penonton karena saat itu Damar temgah menggiring bola menuju gawang lawan. Dia seorang Ketua Murid yang sangat jago dalam olahraga, apalagi permainan bola seperti ini biasa untuknya.

Bola yang digiring Damar hampir sampai di gawang lawan, tetapi niatnya memasukan bola sepertinya akan gagal karena ada dua orang yang menghalangi di depan. Satu-satunya cara agar bola dapat masuk gawang adalah dengan membagi bolanya kepada Aldy-kebetulan posisinya yang paling depan-walau sebenarnya harapan untuk masuk sangatlah kecil.

"Tangkap, Dy!" seru Damar dengan cepat menendang bola.

Bola berhasil Aldy dapatkan, untuk saat ini harapan agar timnya juara ada padanya. Dan benar saja, sebuah kejadian kurang mengenakan terjadi. Saat itu Aldy begitu gugup untuk menendang, ditambah sorak sorai penonton yang menyeruak membuatnya insecure sampai pada akhirnya dua orang dari tim lawan mendekat dan berhasil merebut bola dari Aldy, yang lebih parahnya salah satu dari mereka menabrak tubuh Aldy dengan sengaja sampai ia terjatuh. Pak Ferdi tidak menganggap pelanggaran karena menurutnya itu tidak sengaja dan hanya refleks saja.

Departure Feeling [DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang