Assalamualaikum pelengkap rusuk- 1 flashback

494 22 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Allah telah menuliskan nama pasanganmu, yang perlu kamu lakukan adalah memperbaiki hubunganmu dengannya.
-anonim

°°°

Shodakallahul'adzim....

Atas nama cinta. Pada segala kebutaannya mengenai dia. Perlahan indah, namun semakin lama semakin merajalela untuk menyakiti.

Perihal rasa, berpikirlah secara logika. Jangan mengandalkan hati dan harta. Menyesal pada akhirnya.

Allah, atas nama dzat yang maha membolak-balikkan hati, atas nama Tuhan yang menciptakan insan untuk bersatu. Ku ikrarkan namanya dalam sebuah doa. Semoga, tetesan air mata segera hilang pada hati.

Reihan dan Faris sama sama menutup Al-Quran nya. Rutinitas Ba'da Maghrib yang selalu mereka lakukan adalah mengaji. Mereka berpikir salah satu cara untuk menghilangkan gelisah adalah mengaji, bukan tidur.

Reihan dan Faris adalah anak kembar. Mereka lahir dari satu rahim yang sama. Dulu mereka pikir surga ada di kedua belah pihak orang tuanya. Tapi tidak, sang Abi hanya benalu yang sempat mampir meminta makan, meletakkan badan ke ranjang, dan memakan habis uang ummi.

"Rahma! Woy bukain gua pintunya!", Abi menggedor gedor pintunya berkali kali dengan rasa ketakutan. Sedangkan Warga masih berlari lari mencarinya.

"Mas Akbar...", Rahma berhasil kaku dihadapannya. Beruntung juga saat itu Faris yang tengah terduduk di sofa mengambil alih.

"Keluar! Lo mau gua usir pake cara apa huh ?" Faris menawarkan ancamannya pada Akbar, abinya.

"Minggir Lo! Dasar anak kurang ajar. Lupa apa gua dulu udah berjuang Sampek lu Segede ini", Akbar membela dirinya.

"Bhuk!", Hantaman Faris tak bisa ditahan lagi. Faris mengangkat kemeja putih yang lusuh dengan tanah.

"Anda lupa, saat kecil saya diikutkan Abi saya karate. Jadi jika anda ingin melihat pukulan, saya tak akan segan melihatkan pada anda. Dan satu lagi, saya sabuk hitam dan dua", Faris mengingatkan pada kejadian 15 tahun silam.

Akbar menepis tangan Faris dengan kasar. Sepertinya dia teringat akan kemampuan Faris tentang berkelahi. Logikanya masih berpikir, namun amarah Akbar sudah menjadi jadi.

Akbar berjalan sempoyongan mencari tempat sembunyi yang menurutnya cocok. Ia merebahkan badannya di sebuah gubuk kecil.

Istrinya yang kedua mungkin sudah pergi. Dia sungguh gila harta. Hampir setiap hari ia meminta uang kepada Akbar untuk shopping dengan temannya. Setiap hari juga Akbar dan istrinya, dina uring uringan tak karuan.

Hari harinya, Dina hanya makan, shopping, minta uang, lalu pergi Sedangkan dia tak pernah memberi hak pada suami.

Berbeda halnya dengan Rahma yang sangat rajin menabung. Setiap Raihan dan Faris berkata,"ummi, nabung kok setiap hari", Rahma menjawab dengan senyuman,"mau jadi apa anak anak ummi kalo ummi gak berusaha nyimpen uang buat masa depan kalian". Lalu mereka berdua ber oh-oh ria. Saat itu hanya Raihan yang bertanya seperti itu. Tak lupa Raihan memeluk umminya yang sedikit gemuk selepas bertanya.

"Ummi gemuk", Saat itu Raihan yang mengatakan. Umur lima tahun mungkin.

"Raihan aja mungkin yang kekecilan", Rahma mengelus pelan ubun ubun anak bungsunya dan mendoakannya.

"Kakak, aku didoain sama ummi wekkk", Raihan menjulurkan lidahnya kepada Faris yang tengah bermain robot robotan dikapet ruang keluarga.

Yang Faris lakukan hanya cemberut saat itu. Lalu Abi datang kepada Faris kemudian memeluknya dengan lembut.

"Ih Abi, masa kak Falis aja yang dipeluk, Lehan juga mau lahhh", Raihan berlari mendekati Abi dan mengangkat kedua tangannya.

"Abi punyaku. Kamu sama ummi aja. Abi, Abi gausah peluk lehan. Lehan bauk belum mandi", Faris menutup hidungnya dengan jari jempol dan telunjuk.

"Hiks...hiks...hiks...Ummi Abi, kak Falis jahat. Gitu aja gak boleh ", Raihan berkata sambil sesenggukan.

"Sudah sudah sini semuanya, Abi mau kasih hadiah buat semuanya. Raihan gak boleh nangis udah besar, malu nanti dilihat allah".

"Hadiah apa Abi, punya Laihan besar tan?", Tiba tiba air mata Raihan berubah menjadi tawa yang menunjukkan delapan giginya yang menempel digusi.

"Sini dulu semuanya baru Abi kasih tau".

Lalu semuanya berkumpul di karpet yang lebar itu. Rahma, Faris, Raihan, dan Akbar. Mereka jarang sekali melakukan momen ini karena Akbar memiliki perusahaan yang besar. Dan kerjanya selalu keluar kota.

"Hadiahnya....hadiahnya adalah....hadiahnya adalah....satuuu duaaa tigaaaaaa. Berpelukannnn yeeeeeee".

Mereka semua sangat senang layaknya keluarga yang tak akan bisa dipisahkan. Rahma mencubit gemas hidung mancung suaminya, Akbar hanya bisa terkekeh. Sedangkan Faris dan Raihan hanya bertatap mata tak mengerti. Lalu Akbar menggelitik keduanya. Tawa mereka adalah pahala. Pahala yang cukup membuatnya bahagia, ummat Allah yang paling bahagia dalam ikatan keluarga.

"Sudah sudah, sekarang ayo kita makan"!,Mereka bertiga menatap lesu Rahma.

"Ummi gak selu", Faris menatap Rahma dan berkomentar.

"Sudah sudah, makan aja dulu nanti kita lanjut mainnya", Akbar menjadi penengah diantar kekikukan ibu dan anaknya.

Mereka semua berjalan kearah meja makan, sedangkan Rahma berjalan ke dapur mengambil makanan.

"Dan kali ini menunya sop ayam, perkedel, dan tumis kangkung buat Faris dan Raihan. Oh ya ini mas obatmu", Rahma menyerahkan 3 buah obat yang berbeda ukuran dan warna, lalu mengelus kedua kepala anak kembarnya. Faris Aditama Akbarna dan Raihan Aditama Rahmana.

"Lehan kenapa kok gak makan, habis ini kita latihan kalate looo, nanti kamu gak kuat", Faris mengalihkan suasana meja makan kepada raihan.

"Ummi...suapppp", sepertinya Raihan memiliki trik jitu untuk membuat kakaknya cemburu.

"Sebentalll....ummiiiii", Faris berteriak kepada umminya yang sedang mengangkat sendok untuk masuk ke mulut Raihan.

"Sini sendoknya".

Rahma memberikan sendoknya kepada Faris.

"Bial Falis yang nyuapi lehan".

Rahma dan Akbar hanya bisa tersenyum melihat kelakuan anak kembarnya. Tak hentinya mereka mengucap syukur atas nikmat yang tak ada duanya.

"Ayok...buka mulutnya dedek.... Aaaaaaaa", Faris menganga menirukan gaya mulut raihan.

Sekali lagi Faris dan Raihan membuat orangtuanya terkekeh dan bangga. Sungguh nikmat Allah tiada Tara. Rahma memegang tangan suaminya yang menempel pada meja lalu membisikkan sesuatu.

"Berjanjilah, kau takkan meninggalkanku selamanya. Sampai maut menerjang kita".

Ada sedikit rasa bersalah pada Akbar saat itu. Diluar sana akbar selalu bercumbu mesra dengan wanita lain. Tak bisa berpaling, parasnya lebih cantik dibandingkan Rahma, pakaiannya yang menonjolkan tubuhnya itu membuat Akbar tertarik mendekatinya. Mumpung diusianya yang masih muda, 32 tahun setidaknya dia bisa berbahagia di luar sana. Sedangkan Rahma selalu menjaga auratnya dari banyak lelaki diluar sana. Sangat hormat.

Maaf ya banyak yang typo, ini sih masih ketikan pertama aku. Jadi ya komentar aja kalo salah. Habis ini aku pikirkan judulnya biar semuanya bisa langsung cari judulnya.
Maaf juga kalo kalimat kurang enak, maklumi aku masih duduk di kelas 8 SMP, dan bahas novelnya udah +15 gini
Wkwkwkwkwk
Salam-zahra

Assalamualaikum Pelengkap RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang