Assalamualaikum pelengkap rusuk - 2 ukhti diseberang jalan

201 12 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Muka itu tersembunyi dibalik cadar. Indah saat tersibak angin fajar. Aku menyukainya.

"assalamualaikum ummi", Faris dan Raihan menyapa umminya lewat salam setelah melakukan kuliah selama 6 jam. Mereka berdua sama kelas, jadi beruntung sekali jika ada tugas yang mereka tak tahu, salah satunya bisa ditanyai.

"Waalaikumsalam, gimana kuliah hari ini?", Rahma nampak memotong wortel didapur, sepertinya untuk makan siang Faris dan Raihan.

"Alhamdulillah, ketangkep".

"Apanya bang yang ketangkep? Nyamuk?".

"Yaelah jadi adek Lola banget. Yang ketangkep itu ilmunya", Faris menanggapi pertanyaan aneh yang dilontarkan adik kembarnya.

"Tapi sayang kan?", Raihan mengenyang jawaban kakaknya.

"Kadang panggil Abang, kadang kakak, kadang mas. Lah kalo ummi panggil kalian, gimana?", Rahma menengahi percekcokan mereka berdua.

"Gini ummi", Faris mengedipkan mata ke Raihan "kaya di kampus tadi..".

"Siap bang!".

Rahma menghentikan aktivitas senam tangannya sejenak dan melihat aksi kedua anaknya.

"Cowok...sini dong temenin Eneng. Kebelet nih", Raihan terkekeh sendiri mendengar aksi kakak nya yang sedikit mesum.

"Kebelet apa neng?", Raihan melanjutkan drama singkat yang mereka buat.

"Nikah bang yaelah, masa kebelet pipis", Faris bercerocos didepan Raihan yang kepekaannya kurang.

Ternyata dugaan Raihan menganggap Faris mesum itu salah, Faris masih polos sepolos kertas HVS.

"Gaada jatah makan siang ini!", Ummi diam diam menyelinap diantara percakapan Faris dan Raihan.

"Ummiiiii... Jangan gitu lahhhh kan cuma gurauuuu...", Kumat deh aksi ulet uletan antara ibu dan anak. Faris ulet ulet tangan Rahma, sedangkan Raihan meletakkan dagunya di bahu Rahma. Tapi dilubuk Rahma ada yang berkata, Alhamdulillah ya Allah, engkau memberi hamba anak anak yang selalu menghiburku, sungguh aku bahagia atas itu.

Rahma mencium kedua ubun ubun anaknya, berharap mereka selalu ada saat Rahma membutuhkan.

Faris menyadari akan adanya bulir bulir yang jatuh diubun ubunnya. Terasa basah. Lalu Faris mendongak.

"Are you okay yaa ukhti", ada setumpuk rasa khawatir yang melanda di benak Raihan dan Faris.

"Gapapa, udah ganti baju sana", Rahma mengalihkan pembicaraan.

"Ummi tahu, setiap dongeng yang Raihan baca sejak kecil, endingnya selalu bahagia. Tak ada yang sad ending, dan Raihan percaya keluarga kita salah satu dongeng itu. Semoga kita selalu melibatkan Allah dalam setiap masalah. Sukses pun akan tunduk, butuh pun akan tunduk. Tak ada celah untuk kita tak tunduk, selagi Raihan  dan kak Faris bernapas, kami janji bakal ngebuat ummi bahagia lebih dari abi, lagi pula kita kan cowok kuat...jago karate juga, wkwkwkwkwk. Mana ada cewek yang gak suka sama kita", Raihan mengubah suasana di antara hati Rahma. Menjadikannya lebih teduh, menjadi tenang.

Oh ya perlu kalian tahu, Rahma memiliki butik yang membuatnya bisa membayari kuliah Faris dan Raihan, sedangkan mereka diam diam bekerja sebagai asisten fotocopi. Mereka tak ingin merepotkan Rahma yang kini sakit sakitan. Dan sekiranya surga pun bisa semakin dekat dengan cara ini.

*****

Pagi menerpa, fajar nampak indah. Faris tak melewatkan sholat malamnya begitu saja. Setiap kali salah satu dari mereka malas melakukannya, mereka berkata "waktu sempurna buat berdoa ya saat itu. Jadi tinggalkan satu malam sama saja gula kapas terkena air. Lenyap.". Tak hentinya Faris mengucap syukur atas nikmat  dari Allah. Hari ini kuliah libur, tapi mereka berdua beralasan masuk padahal niatnya jadi asisten fotocopy.

"Raihan Aditama Rahmana, bangun ada cewek nungguin diluar minta khitbah", selalu cara itu yang digunakan untuk membuat adik yang berselisih 5 menit itu bangun.

Tapi sepertinya gagal Dipagi ini. Sepertinya dia lupa berdoa tadi pagi, biar adiknya gak susah dibangunin.

Faris membuka tirai yang sempat menutup lima menit yang lalu.

"Subhanallah, fabiaayyi'aalaairabbikumatukadziban, maka mana nikmat tuhanmu yang kau dustakan?".

Faris memandang indah perempuan yang berkerudung, menutup segala auratnya, menutup wajah dengan cadarnya. Tapi sepertinya cadar miliknya lepas, tertiup angin pagi. Wajahnya terlukis dengan sempurna, indah bak bidadari surga. Tak ada tatapan mata diantara mereka. Hanya Faris yang memandangnya dari jauh.

"Kebelet nikah?", Raihan mengagetkannya dari belakang.

"Astaghfirullah", Faris terkejut bukan main sampai membuat wanita itu menoleh kearahnya saking kerasnya teriakan Faris.

"Sholat subuh dulu gih", Faris mengalihkan perhatian Raihan yang menjadikan salah satu alis Raihan naik.

"Siap siap jadi adik ipar nih aku. Cieee selamat yaaa pandangan pertama tertuju pada ukhti diseberang jalan", Raihan merangkai kata kata yang membuat Faris bungkam seribu kata lalu meninggalkannya begitu saja.

Faris menuju meja belajarnya merobek sebuah kertas lalu menuliskan sebuah coretan.

Faris menuntun penanya mengukir aksara demi aksara.

04.24
Tentang ukhti diseberang jalan
Aku menggambarkan hangatnya pelukan keluarga
Genap sepertinya jika kita menikah
Tak ada yang goyah di setiap detiknya
Tatkala hati berguncang karena raut indahmu.

Saat cadarmu tertiup angin pagi
Itu membuatku semakin iri
Iri untuk merebutmu
Menjadi satu duta yang akan disambut dua orang tersepesyialku, ummi dan Raihan.

Aku semakin tak sabar
Mendekapnya di sepertiga malam
Menjumpainya dalam sholat
Merangkai sebuah insan yang mungil

"Insannya itu Faris junior yaaaa", Raihan mengikik geli melihat salah tingkah kakaknya. Sepertinya dia tak ingin diarynya Dipagi ini terbaca seseorang. Ini cinta keduanya setelah Rahma.

"Aku aduin ke ummi wekkk", Raihan lagi lagi menjaili Faris dengan menjulurkan lidah didepan wajahnya.

"Ummi.. kak Faris jatuh cinta sama ukhti diseberang jalannn", katanya sambil menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu yang licin. Saking terburu buru nya Raihan, ia terpeleset ditangga terakhir.

"Aduh aduh...sakit...aduh...", Raihan memegangi pantatnya yang tergeletak di atas lantai.

"Udah! Jangan gangguin gua lagi", Faris berjalan tanpa membantunya.

Lagi lagi, Raihan tak terima dengan kelakuan kakaknya, dia memegangi kaki kakaknya yang sedang melangkah. Faris kaget. Untungnya tangan Faris cepat menyambar meja didepannya. Membuat badan Faris lebih Kokoh.

"Lepas apa cubit", Raihan paling tak betah dengan cubitan kakaknya. Raihan otomatis melepas pegangan tangan dari kaki Faris, lalu membentuk jari v tanda minta maaf.

"Bener Faris?", Rahma bertanya pada Faris yang siap menuju ke arah teras tanpa bersuara.

Cieee yang gak sabar nunggu lanjutannya.
Apa Faris bakalan ngomong ya ke umminya. Jangan lupa comment yaa biar kalo ada typo bisa langsung aku bener

Assalamualaikum Pelengkap RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang