bab 6- wanita kahfi

93 11 0
                                    

Aku mengagumimu
Saat kau saling bertutur dengan kitabnya
Nafasmu sehalus udara
Mungkin lebih halus lagi

Kau menyehatkanku dengan Al Kahfi
Surat yang sangat ingin ku dekap dihati
dan selalu bukan handphone yang kau bawa
Al Qur'an mungil bersampul pinkky yang membuatku kagum

Faris's Pof

Faris memulai kegiatannya lagi. Satu Minggu sudah dia cuti kuliah. Sepertinya banyak sekali tugas yang akan mendatanginya.

Faris menata rambutnya didepan cermin.ia mengambil Pomade yang tersimpan di laci kanan.

Ada segudang rindu yang menumpuk di ufuk ujung hatinya. Dia menatap sendu. Wanita itu menolongnya, dan Faris tak menyangka bisa sedekat ini.

Ada rasa yang menjanggal hatinya. Suatu teka teki yang belum tercabut dari akarnya. Note.

Dia membaca ulang, tak terasa ada lengkung yang menghias bibirnya.

"Bang! Lama amat dandannya. Mesti pake lipstik ya kalo mau sekolah", kepala Raihan masuk disela pintu yang terbuka.

"Cabut", Faris menyaut tas yang ada di kasurnya.

Mereka berdua sama sama menuruni tangga. Tangan kanan Faris merangkul bahu adiknya.

"Ummi, berangkat dulu ya Raihan sama faris", mereka berdua menyalami tangan Rahma.

"Assalamualaikum", Faris mengucapkan salam pertama untuk Rahma.

"Assalamualaikum ummi Rahma yang cantik", Raihan mengucapkan salam dengan tambahan beberapa kata dibelakangnya.

Mereka berdua saling bercanda di sepanjang jalan. Akhir akhir ini Faris berubah. Dia menjadi sosok yang ceria setelah sakit.

"Bang, tujuh tugas menunggu. Jangan blong, entar detensi sama Bu pesawat", diselip candaan mereka Raihan membahas tentang beberapa tugas yang sedang menumpuk.

"Hahh apaaan hann", suara Raihan berantakan terbawa angin.

"Tugassss", Raihan mengulang perkataannya dengan suara agak kencang.

"Udah siap tiga dibelakang".

Raihan melengak kebelakang

"Di tas maksudnya", Faris menambahkan.

"Ooooo".

Setelah menuruni motor ninja merah yang mereka beli dengan uang tabungannya, mereka terjebak dalam diam

"Han", Faris memulai pembicaraan

"Hem".

"Kalo Abang mau khitbah gimana".

Otomatis Raihan tersedak. Dia mengambil air minum yang ada disaku tas Faris.

"Lebay", Faris mengomentari Raihan yang tersedak sesak tak karuan.

"Khi-khitbah", Raihan menepuk bahu kiri Faris, "gak salah denger kan?".

Faris tak menggubris omongan Raihan. Ia berjalan lebih dulu.

Raihan yang masih terdiam memikirkan perkataan sang kakak melihat Faris  itu segera menyamakan langkah.

"Kita bicara sama ummi nanti", Raihan mendinginkan suasana hati Faris.

Faris hanya mengangguk pasrah. Sebenarnya dia tak ingin memberitahu umminya. Dia sangat takut kehilangan umminya.

Jam kantin...

"Eh Faris ya, udah sembuh? Kemarin niatnya mau nengokin kamu, eh udah main pulang", Marsya, gadis dengan rambut yang dikuncir kuda.

Faris hanya mengangguk lalu kembali meneguk minumannya yang ia beli di kantin kampus.

Assalamualaikum Pelengkap RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang