bab 5 - dengan sentuhan

105 12 0
                                    

"Bagaimana keadaaanmu Raihan? Are you okay? Terimakasih telah menyelamatkan nyawaku",

"Ta-pi namaku bukan Raihan ak-", perkataan Faris terputus oleh suster yang akan memeriksa keadaannya.

Suara sepatu terdengar di lorong rumah sakit. Sepertinya seorang suster

"Dengan saudara Raihan apakah benar?", Suster itu bertanya pada zahra, lalu zahra hanya menjawab dengan anggukan  "anda keluarga pasien?".

"I-iya sa-ya istrinya m-mas rai-han".

Raihan yang sedang menonton televisi langsung terbatuk.

"Mas, ada apa?", Zahra menanyainya dengan kikuk.

"E-enggak. Saya kaget aja itu si Maqmarquez jatuh di arena balap", sepertinya Faris berbohong.

"Baiklah mbak, saya akan menanyai identitas lengkap pasien. Tolong Anda jawab dengan benar", suster itu membawa alas tulis yang dia letakkan di depan dadanya.

"Nama lengkap pasien".

"Raihan Aditama Rahmana".

"Tanggal lahir pasien".

Hep! Bibir zahra tercekat diam.  Dia hanya tau nama lengkapnya saja. Itu pun dari pegawai minimarket.

"Berapa mas? Zahra lupa", zahra mengedipkan satu matanya kepada Raihan. Itu membuat Raihan mati rasa.

"Tujuh September sembilan puluh", sepertinya ini membuat zahra sedikit lega.

"Alam-".

"Sudah, biar saya saja yang menjawab semuanya. Sepertinya istri saya lelah. Biarkan dia istirahat", faris membela zahra yang membuat zahra sangat tenang. Zahra menghembuskan nafas lega.

Zahra berjalan kearah kursi tunggu. Matanya selalu menghadap arah pintu, menunggu suster itu keluar dan zahra akan masuk ke kamar rawat Faris.

Setelah lima belas menit dia berdecak, akhirnya suster itu keluar.

Zahra hanya melemparkan senyuman palsu kearahnya. 

"Mbaknya disuruh masuk", suster itu berkata dengan senyuman.

"Apa?", Zahra menanyainya dengan datar.

"Apa yang kau maksud dengan istri huh?", Sepertinya Faris tak terima dengan sebutan zahra kepada suster tadi.

"Itu menyelamatkanku dan menyelamatkanmu. Lagi pula jika aku berkata dia kakakku, kau kan tak punya adik Raihan. Kau anak terakhir", zahra masih sangat sewot dengan ucapan Faris barusan, "lagi pula siapa juga yang mau jadi istrimu huh?".

"Oooo".

Hening beberapa menit.

"Sekarang kau telpon keluargaku. Dan setelah itu pulanglah, terimakasih", Faris melambaikan tangan kepada zahra lalu menarik selimut hingga menutup kepalanya.

"Dasar yaa kau aishhhh, astaghfirullah, zina", zahra melihat sekeliling ruangan yang hanya berisi dia dan Faris.

"Mana nomor hp nya, cepatlah dari pada aku disini zina. Kau tahu tidak zina".

"Hmmmm", Faris hanya mengeluarkan dengungan yang terjadi antara bibir atas dan bawah.

"Handphonenya diatas nakas".

"I kill you Raihan".

"Nama gue bukan Raihan, gue Faris", Faris menegaskan katanya yang membuat zahra kaget dan tertegun sejenak.

"Oh, maaf".

Zahra berjalan mendekati nakas dan mengambil handphone milik Faris.

"Aku Faris, Faris Aditama Akbarna", kali ini suaranya begitu lembut.

Zahra hanya menampakkan senyumannya. Dan dia melangkah keluar.

"Tunggu! Bawa aku jalan jalan", Faris membuka selimutnya lalu memandang arah lain tapi nampak seperti memandang mata biru zahra.

"Gak".

"Yaudah".

****

Rahma's Pof

Iya, waalaikumsalam
....
Apa! Dimana rumah sakitnya
....
Kamar apa?
....
Baiklah, saya akan kesana segera, terimakasih, assalamualaikum
....
Tuutt...tuutt...tuutt...

"Faris! Abangmu ada di rumah sakit sekarang. Ayo berangkat. Ummi mau pesen grab, kamu ganti baju dulu ya terus bawa koper jangan lupa", Rahma memerintahkan anaknya Agara segera bergegas untuk menjenguk kakaknya.

"Iyaa ummi".

Sekitar dua puluh menit kemudian, mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit

"Eumm.... Mas saya mau cegat ummi dibawah", zahra memasuki ke kamar Faris membuatnya kaget.

"Eh, iya. Anu lain kali jangan panggil saya mas, keliatan tua. Panggil saya kak aja".

"Iya om".

Zahra langsung menutup pintu, tak tahan dengan pelototan Faris yang seperti elang.

Disamping kemarahan Faris, ia tersenyum karena dia tak  percaya  bisa sedekat ini dengan ukhti yang pernah dia cintai. Zahra, dia pun tersenyum dibalik ambang pintu. Sepertinya Allah telah mengetuk kedua hati mereka untuk bersatu.

"Dengan ibu Rahma ya", ucap zahra yang melihat gerak gerik wanita itu sedang menunggu seseorang.

"Iya, ini zahra? Cantik sekali", pipi zahra sudah merona, dan rasanya ingin terbang.

"Cantikan Aisyah lah ummi", zahra menutup mulutnya yang tak sadar memanggil Rahma dengan sebutan ummi, "eh tante. Afwan", zahra menggaruk ubin ubunnya yang tak gatal.

"Gapapa kok panggil ummi", Rahma membela zahra, "oh ya sudah kita langsung keatas aja, ummi sudah kuatir".

"Oh kenalin zahra ini Raihan, lah yang diatas itu Faris. Mereka saudara kembar", Rahma menjelaskan tentang mereka berdua.

"Ooo...mari ummi", zahra mendahulukan Rahma ketimbang dirinya. Setelah Rahma, Raihan lewat lalu zahra menangkupkan tangannya di depan dada.

"Kemarin yang di minimarket sudah aku titipkan ke kak Faris", zahra berbicara sangat lirih sambil berjalan.

Sedangkan Raihan hanya mengangguk.

"Ayo...nanti kalau mau kenalan ya bawa keluarga, jangan sekarang", Rahma mendinginkan suasana.

Pipi mereka sama sama memerah.

Zahra's Pof

Aku tak mengerti, bagaimana caraku menyembunyikan rasa. Padahal hanya enam jam bertemu, lalu jatuh hati. Ya Allah, maha membolak-balikkan hati. Persatukan kami dalam sujud malammu.
-2015,RS.KBP

Zahra menuliskan note nya di handphone yang ada disaku kanannya. Dia tak sadar bahwa handohone yang digenggamnya itu milik Faris.

Sebelum Faris jogging, ia mengganti wallpaper nya dengan foto zahra yang sama dengan wallpaper zahra.

"Kak, ini handphone nya", zahra meletakkan handphone Faris diatas nakas rumah sakit.

Faris mengambil handphone yang telah diletakkan zahra. Dia membuka aplikasi note.niatnya dia akan menuliskan beberapa isi hatinya disitu. Namun...

"Siapa yang menulis ini di note ku?".

Hai hai hai
Jangan lupa baca dan coment yaaaa
-salam zahra

Assalamualaikum Pelengkap RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang