thirty three

8.8K 1.2K 551
                                    

Malam ini gue udah siap-siap buat pergi sama Guanlin. Mungkin buat yang terakhir karena setelah ini gue emang mau minta maaf sama dia dan gue harus merelakan dia. Demi dia dan demi diri gue sendiri.

Dan kalaupun ada salah satu yang harus Guanlin pilih, pastinya itu bukan gue.

Hp gue bergetar.

📞My boyfriend is calling...

Ah, gue lupa mengganti nama kontak Guanlin untuk nomor hpnya di hp gue sejak kita putus. Karena ya emang Guanlin gak pernah nelepon gue lagi sampe sekarang ini.

He's not my boyfriend no more, right?

Ingatkan gue untuk menggantinya nanti.

"Sha, aku udah di bawah ya."

Ah, rasanya bahkan gue hampir lupa gimana indahnya suara dia di telepon.

Tanpa sadar sudut bibir gue terangkat.

"Iya, aku mau turun kok." Balas gue.

"Oke."

"Iyaa." Lalu gue menutup teleponnya.

Gue mengecek pantulan diri gue lagi di kaca sekali lagi. Tentu gue berusaha untuk tampil cantik hari ini. Kesan terakhir gue harus baik, kan?

Setelah itu gue turun, waktu keluar Guanlin udah nunggu di depan mobilnya.

"Hei." Sapa Guanlin.

"Hai." Balas gue sambil tersenyum.

Guanlin membukakan gue pintu mobilnya mempersilakan gue naik.

"Makasih." Ucap gue. Guanlin balas dengan senyuman dan gue masih tetap tersihir dengan senyumnya sampai detik ini. Senyum yang menunjukkan lesung pipinya yang manis.

Ah, Guanlin kan memang selalu tampan. Apalagi hari ini dia menggunakan kacamata bundarnya.

Setelah gue duduk, Guanlin langsung masuk ke kursi kemudi.

Gue memperhatikan keadaan mobil ini. Udah lama rasanya gak duduk di tempat ini. Sekarang kan ini jadi tempat duduknya Lucy.

Wanginya masih belum berubah, wangi apel dari pewangi mobil ini tercampur sama wangi musknya Guanlin.

"Nyari apa?" Tanya Guanlin yang ternyata memperhatikan apa yang gue lakukan.

Gue menggeleng,"enggak, udah lama gak liat aja."

"Ah itu." Balas Guanlin.

"Gak ada yang berubah kok." Lanjutnya.

Gue mengangguk,"iya, gak ada."

Cuma aku dan kamu aja yang udah berubah.

"Yaudah jalan yuk." Lanjut gue.

Guanlin mengangguk lalu menjalankan mobilnya.

Selama perjalanan kita cuma dengerin radio, sama sama diam gak ada yang berani membuka percakapan. Padahal dulu, kita selalu cerita hal apapun mulai dari yang penting sampe gak penting sama sekali.

Detik ke menit berlalu, tetap sunyi.

Bahkan sampe tujuan pun belum ada yang berani memecah keheningan.

"Udah sampe." Ucap Guanlin agak canggung.

Gue mengangguk. Udah sampai di sekolah menengah pertama kita dulu, tempat pertama kali kita ketemu.

Guanlin membukakan gue pintu lagi, dia membantu gue turun.

"Ayo." Ucap Guanlin lalu meraih tangan gue dan menggenggamnya. Maaf Lucy, gue janji ini yang terakhir.

[Not] My Boyfriend • GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang