MOVING #6

16 4 0
                                    

Perjuangan yang berat akan dimulai dari sekarang

********

Pelajaran Fisika sudah dimulai sejak satu jam yang lalu, dan tinggal satu jam lagi. Pelajaran Fisika juga merupakan mata pelajaran yang lumayan disenangi oleh Tiara, ia senang kali ini karena ia tadi pagi sempat berpapasan dengan sang pujaan hati di depan kelasnya tadi. Tiara berasa diberi semangat tersendiri, hanya karena sempat berpapasan tadi, meskipun itu hal kecil, namun bagi Tiara itu sudah merupakan hal besar. Biasanya, jika Tiara tidak terlalu mendengarkan penjelasan dari sang guru, kini ia mendengarkannya dengan berusaha serius, catatannya juga ia tulis serapi mungkin, ia tulis semua contoh soal yang sudah dikerjakan, menulis materi dari buku paketnya, semua yang dirasanya penting ditulisnya, seperti rumus-rumus, gambar dan yang lainnya. Ia melirik jam tangannya sekilas, tak terasa waktu istirahat tinggal beberapa menit lagi. Jadi begini rasabya kalau mengikuti pelajaran dengan sangat serius, waktu seakan tidak terasa.

Teng....teng....teng....

Bel tanda istirahat pun akhirnya berkumandang, Tiara merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam ransel hitamnya. "Girl's ke kantin yuk, gue udah laper banget ini. Perut gue perlu asupan gizi, berupa makanan-makanan kantin. Hehehe" Nadya yang memang sudah sangat lapar sejak tadi, mengajak sahabatnya untuk segera ke kantin. "Ayoklah! Gue juga udah laper banget, kasian cacing-cacing dalam perut gue udah pada lemes, gara-gara teriak terus dari tadi" perkataan Cica yang semrawut itu membuat Nadya jengah dan langsung menoyor kepala Cica, "bodo amat Ca, bodo amat" Nadya sudah cukup jengah mendengar kalimat absurd yang selalu Cica ucapkan, meskipun radak tomboy Cica juga radak absurd, jadi kepribadian yang sangat pas. Sedangkan Tiara dan Giselle yang melihat keduanya hanya bisa tersenyum, memang keduanya itu sering berdebat, Nadya dengan tingkat lemot yang sudah diatas rata-rata dan Cica dengan keabsurdtannya.
"Ya elahhh, jadi nggak ke kantinnya?" Tiara pun akhirnya mengeluarkan suara, dan bertanya pada mereka, "ya iyalah, yuk berangkat" Nadya sangat antusias sekali, jika soal makan atau makanan ia memang begitu sangat antusias. Mereka berempat pun berjalan keluar kelas, saat sudah dekat untuk menuju ke pintu kelas dan Tiara tinggal keluar, tiba-tiba temannya memanggil "Tiaraaa, raa!" tiara menoleh dan mendapati teman perempuannya yang biasa dipanggil Mecyn, sedang memanggilnya "kalian duluan aja, ntar gue nyusul. Ok". Cica, Nadya dan Giselle pun mengangguk dan pergi melanjutkan perjalanan mereka yang terhenti tadi. Tiara pun kembali berjalan menuju ke meja-nya Mecyn, yang kebetulan ada di depan mejanya. "Ada apa Mecyn?" Tiara memulai pertanyaan "maaf ya ganggu, aku cuman mau nanya soal Fisika tadi" ternyata Mecyn ingin menanyakan tentang Fisika kenapa nggak ntaran aja sih nanya-nya meskipun Tiara sedikit kesal tapi ia tidak menolak untuk membantu temannya itu "ohhh sante aja kali, mana catatan fisikanya dan bagian mana yang belum lo ngerti?" Mecyn menunjukkan catatan Fisikanya dan menunjuk bagian mana yang belum ia paham. Tiara melihat dan mengerti, baru kemudian ia menjelaskan materi yang belum dimengerti oleh temannya itu dengan sangat pelan sehingga temannya itu bisa mengerti "jadi, gitu penjelasannya. Sekarang udah ngerti kan ya? Kalau gitu gue pamit ke kantin ya. Bye" Tiara pun pergi "MAKASIH BANYAK YAK RA" Mecyn perlu berteriak agar Tiara bisa mendengarnya, Tiara yang mendengarnya pun hanya mengangkat jari jempolnya. Ia pun menuju keluar kelas hendak ke kantin. Namun, langkahnya harus terhenti untuk yang kedua kalinya, karena ia tertabrak dengan orang yang berjalan dari luar kelasnya.

"Ahhhh, lo tu punya mata nggak sih? Jalan kok nggak liat depan. Nggak tau apa kalau ada cewek cantik lagi jalan, untung aja gue nggak terjun ke bawah lantai. Minta maaf nggak lo. Tiara yang memang kadang cepat emosian itu tidak sabar untuk mendengar permintaan maaf dari orang yang menabraknya tadi Tiara yang kesal sampai tidak tau kalau orang yang menabraknya adalah orang itu. Ia baru sadar, ketika mendengar suara miliknya dan emosinya pun mereda, kekesalannya hilang.
" ehhh maaf ya, aku nggak sengaja tadi. Soalnya aku buru-buru tadi." Tiara speechles, mendengar suara itu Tiara mendongak menatap wajah orang itu "ehhhh, kamu yang kemarin kan? Yang bawa gitar ke ruang musik kan sama Harwey?

" Iya aku yang kemarin. Oya kamu yang nerima gitarnya kemarinkan? Siapa nama kamu?".
Pertanyaan itu, pertanyaan itu keluar dari mulut cowok itu. Dia menanyakan namanya, dia menanyakan namanya. Ya Tuhan mimpi apa Tiara semalem, sampe orang itu menanyakan duluan namanya. Tiara terkejut, ia bahagia tentu. Sampai ia tidak sadar kalau ia sekarang sedang melongo dengan tampang bloonnya itu.

"Heiii, heiii."

Tiara kembali sadar, ia melihat orang itu, tersenyum padanya. Manis, itu kata mendeskripsikan senyumannya. "Kamu lucu ya, aku nanya siapa nama kamu? Tapi kamu malah melongo kayak tadi" cowok itu terkekeh, tiara yang melihatnya pun senang bukan main. "Ehhh maaf. Kenalin nama aku Tiara Putri Nugroho. Biasa dipanggil Tiara, Ara juga boleh. Kalau nama kamu?" Tiara menjulurkan tangannya sambil memperkenalkan namanya dan bertanya balik pada orang itu. Orang itu menatap tangan Tiara dan membalas uluran tangan itu "Kenalin nama aku Valento Pratama biasa di panggil Valen sama temen-temen aku, di rumah juga". Tiara sebenarnya hanya ingin basa-basi dengan menanyakan nama Valen, toh pada kenyataannya dia sudah tau namanya sebelum perkenalan ini terjadi. Namun, Tiara kini sangat senang karena uluran tangannya dibalas oleh Valen, dan hari ini adalah hari terbaik buat Tiara.

" ohhh Valen. Namanya keren. Kayak orangnya juga, keren. Hehehe".

"Hahahaha. Beneran ya kalau kamu lucu, bisa lagi gombalnya".

"Ohhh ya, kenapa kamu buru- buru tadi?"

"Ahhh itu, aku mau ke kelas kamu. Mau minjem catatan Fisika di teman aku, yang kebetulan satu kelas sama kamu".

"Ohhh, kebetulan tadi kita habis les Fisika. Mau minjem catatan aku nggak?"

"Ehh, boleh?".

"Iya dungg, tapi ada syaratnya".

"Syarat?".Tiara menjulurkan kembali tangannya, ia berfikir mungkin menjadi teman Valen akan menyenangkan. Ia menjulurkan tangannya, melakukan hal yang sama seperti dulu saat ia ingin berteman dengan ketiga sahabatnya dulu.

"Mau berteman dengan-ku?".
Dan pertanyaan itu, sama persis seperti pertanyaan yang ia lontarkan pada ketiga sahabatnya dulu. Tiara masih menunggu Valen, ia deg-degan, takut kalau saja Valen tidak menerima uluran tangannya ini.
Tapi, Valen tersenyum menatap Tiara. Dan kemudian menerima uluran tangan itu. Menjabat tangan itu kembali untuk yang kedua kalinya. Entah kenapa Valen merasa jika tidak ada salahnya jika menambah temannya, dan yang paling membuatnya bingung adalah kenapa ia merasa aman saat berbicara pada cewek yang satu ini. Tidak butuh waktu lama Valen pun menjawab.

"Ya, aku mau".

Sejak saat itulah, kisah sesungguhnya terjadi. Dua insan ini tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sekarang akan berdampak pada kehidupan mereka ke depannya. Mereka tidak sadar jika apa yang mereka lakukan ini, akan ada orang yang tersakiti dan menyakiti. Namun, untuk saat ini biarlah awal yang indah ini menjadi awal bagi mereka untuk melangkah lebih jauh. Melangkah menuju di masa itu.





Haiiii haiiiiii.....
Ketemu lagi kita ya, sama cerita MOVING.
Pokoknya tetep baca terus.
Jangan lupa vote dan comment.
Maaf kalau ada kesalahan pada cerita ya.

Salam hangat cintaku
MutiaraGambur

DLS 1: MOVINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang