Bagian 5.2 - Masih Maan

201 10 0
                                    

Author pov:

    Karena Kunal, Nandini merasa tenang. Dalam beberapa bulan ini dengan secara perlahan akhirnya gadis itu membuka hati untuk Kunal. Entah mengapa dia bisa melakukan itu untuk Tuan Muda-nya, padahal ia sama sekali tidak tertarik pada pria itu. Ia bodoh.

 Ia bodoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melakukan hal yang terbaik untuk orang yang dia cintai itu penting baginya, walaupun awalnya dia tidak tahu mengapa ini bisa terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melakukan hal yang terbaik untuk orang yang dia cintai itu penting baginya, walaupun awalnya dia tidak tahu mengapa ini bisa terjadi.

Mereka tetap bersahabat, cinta dalam diam. Namun, meskipun demikian, saling salah tingkah saat bertemu orang yang dicintainya di kantor. Ingin bicara, tapi tidak mampu karena takut orang yang dicintainya akan tersinggung.

Mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki diri, dan akan saling berhadapan setelahnya. Mereka akan saling berbicara jika sudah ada waktu yang tepat.

Meskipun demikian, akan tetapi ada penengah yang berapi-api di belakang mereka. Akan menyebur api itu sebagai pembatas, dan pembatas itu tidak akan membuat pasangan itu bergandengan tangan.

_______

Nandini pov:

     Aku akan pergi ke rumah Maan dengan menaiki bajaj. Sebab, ada sesuatu yang ingin kubicarakan padanya, dan ini perkataan yang penting. Namun sesampainya aku di sana, aku melihat dua anak-anakku—Anish dan Shikar—menangis di dalam, dan aku mendengar bentakan mantan suamiku beserta istrinya yang begitu kasar pada anak-anakku. Langsung berlari ke rumah itu dan membanting pintu depan dengan kasar.

“Apa yang kalian lakukan pada anak-anakku?!” Aku berkeriau. Bagaimana tidak, sangat hancur bila anak-anakku diperlakukan seperti ini. Ibu mana yang mau bila anaknya dikasari oleh seorang ayah? Kadang ada lebih baiknya seorang ibu rela dimadu, diceraikan, dan rela menjadi budak pada suaminya yang berpoligami; rela dihina, dikucilkan, bahkan rela hancur asalkan anak-anaknya tidak diperlakukan dengan kasar oleh salah satu dari orangtua tirinya. Maan saat itu menceraikanku, aku rela dengan suatu perjanjian demikian, tapi mengapa melanggarnya? Berperilaku kasar pada kedua anakku.

Unconditional LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang