Happy Reading~! ^^
“Berhentilah tersenyum, bodoh,”
Seorang namja manis dengan surai oranye menoleh ke sampingnya dengan ekspresi bingung. “Apa maksudmu, Jungkook?” tanyanya.
Jeon Jungkook menatap dengan datar. “Saat kau sesak, menangislah. Jangan jadi munafik di depanku, apalagi dengan dirimu sendiri,”
“A-Aku tidak mengerti apa yang kau katakan,”
“Kau harus bisa jujur pada dirimu sendiri, Jimin,”
“Hey, panggil aku dengan sebutan ‘hyung’!”
“Bertahan bukan berarti kau tidak boleh menangis,”
Jimin, namja manis bernama lengkap Park Jimin itu mengeratkan kepalan tangannya. Mendengar ucapan Hoobae yang merangkap jadi sahabatnya itu membuat dada Jimin terasa semakin sesak. Matanya memanas. Bahkan ia menggigit bibirnya, berusaha untuk menahan air matanya agar tidak tumpah.
Jungkook tahu, terlampau tahu apa yang dirasakan sahabatnya itu. Rasa sakit, rasa kecewa yang namja manis itu rasakan seakan-akan ikut menyakiti Jungkook setiap kali melihat Jimin tersenyum dan berkata bahwa semuanya baik-baik saja disaat begitu banyak masalah yang menyakiti namja bertubuh mungil itu.
Kenapa? Karena Jungkook mencintai Jimin.
Kedua lengan kekar itu merengkuh tubuh mungil Jimin dengan sebuah pelukan hangat. Tangan besarnya mengelus punggung Jimin dengan gerakan yang membuatnya nyaman. Sehingga lambat laun air mata itu menetes, seiring dengan suara isakan yang saling menyusul. Tidak ada racauan, tidak. Jimin tidak perlu memberitahu apa yang membuatnya menangis, karena Jungkook mengenal Jimin begitu jauh. Tanpa diberitahupun, Jungkook sudah bisa membaca dari mata jernih milik orang terkasihnya.
“Kau tahu kalau kau tidak perlu menjadi kuat di hadapanku, aku akan ada disampingmu sekalipun kau menjadi orang terlemah,”
-TBC-
A/N:: yeahhhh desss itttt(?) masih chap awal, tapi aku merasa menyebalkan(?) :") tapi aku harap kalian suka dan ga anggep aku nyebelin *bbuing bbuing*
Hope you like it guys~Last but not the real last(?)
Votement juseyoooo~ 😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Tears :: KookMin, TaeGi
FanfictionTahukah kalian? Hidup itu bukan tentang lahir dan mati. Melainkan bertahan. Bertahan dari kerasnya hidup, bertahan dengan tekanan yang berulang setiap hatinya, bertahan terus bertahan, sampai suatu saatnya nanti kita tidak akan bisa bertahan lagi. ...