Happy Reading~! ^^
Yoongi sedikit merunduk dengan rona kemerahan di kedua pipinya. Kedua tangannya menyatu dan dimainkan. Ia salah tingkah.
"Hyung? K-Kau......menyukai Jungkook?" Yoongi mengangguk.
"Tidak dapat di artikan menyukai sih, lebih tepatnya masih dalam tahap tertarik. Hoobae kita itu sangat menarik. Tampan, pintar, kaya raya. Apa yang kurang dari dirinya?" namja pucat itu terkekeh saat membanggakan Jungkook. Sedangkan Jimin hanya diam, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Kakak yang disayanginya tertarik pada kekasihnya. Jimin hanya bisa berharap perasaan Yoongi berhenti disitu. Ia tidak bisa membayangkan jika suatu hari nanti Jungkook meninggalkannya dan pergi dengan kakaknya sendiri. Astaga, memikirkannya saja sudah membuat perasaan Jimin sakit.
"Jim? Hey, kau melamun?"
"Eh? Apa hyung?" Yoongi tersenyum menggoda. "Tadi aku tanya, apakah ada orang yang membuatmu tertarik? Atau jangan-jangan kau sudah punya kekasih?"
Pipi Jimin memerah, Yoongi yang melihatnya semakin memicingkan matanya.
"Emm....itu....."
"Hahahahaha, astagaa, sepertinya aku kalah dengan adikku, eoh?"
"N-Nde?"
Sungguh, apa yang harus Jimin lakukan? Ia tidak mungkin mengatakan kalau orang yang membuat Yoongi tertarik adalah kekasihnya 'kan?
Yoongi mengacak surai adiknya hingga membuat Jimin mengerang kesal.
"Kapan-kapan, bawalah kekasihmu dan kenalkan pada hyung,".
"Jim!" Jungkook menepuk pundak Jimin lalu merangkulnya. Membuat Jimin meringis menaham sakit. Jungkook menyernyitkan dahinya. Ia yakin menepuk bahu kekasihnya dengan pelan, kenapa Jimin sampai meringis? Tapi saat matanya melihat sebuah memar panjang di sekitar lehernya, Jungkook segera paham.
"Mereka menyakitimu lagi?"
Jimin tersenyum sembari menggeleng. "Aku baik-baik saja,"
"Iya atau tidak?"
"Kook..."
"Park Jimin,"
Jimin terdiam. Jika nada bicara Jungkook sudah meninggi, itu artinya ia tidak bisa mengelak lagi. Toh, mau dirinya berbohong seperti apapun, Jungkook tetap akan mengetahuinya.
"Iya......."
"Pulang sekolah kita ke rumah sakit,"
"Eh? T-Tapi,"
"Jangan berbohong padaku dengan mengatakan kau baik-baik saja, Park Jimin!" Jimin tersentak kaget, lalu ia menunduk. Matanya terasa panas.
Jungkook menghela napas sebelum membawa namja manis itu kedalam peluknya dan berucap maaf.
"Jika kau tidak mau aku melaporkan perlakuan ayah dan ibumu ke polisi, setidaknya biarkan aku mengobati lukamu. Belajarlah untuk bergantung padaku, Jimin,"
Jimin menggigit bibirnya. Harusnya ia merasa senang, tapi.....entahlah, di satu sisi dirinya yang paling dalam, ia merasa bahwa ini bukanlah hal yang benar. Dirinya tidak boleh bergantung pada siapapun. Tidak dengan kedua orangtuanya, tidak juga kakaknya, tidak Jungkook, tidak dengan siapapun.
Tapi...tidak dapat di pungkiri, sisi dirinya yang lain merasa begitu senang. Sangat. Ia merasa terlindungi, dicintai.
Bergantung pada Jungkook? Jimin harus menjawab apa?
-TBC-
A/N:: oke, chap ini kacau.. Aku kehilangan feel tapi tetep maksain nulis :" huhuhuhu maaf ya kalo chap ini mengecewakan~
Hope you like it guys~ ^^
Last but not the real last(?)
Votement juseyoooo~ 😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Tears :: KookMin, TaeGi
FanfictionTahukah kalian? Hidup itu bukan tentang lahir dan mati. Melainkan bertahan. Bertahan dari kerasnya hidup, bertahan dengan tekanan yang berulang setiap hatinya, bertahan terus bertahan, sampai suatu saatnya nanti kita tidak akan bisa bertahan lagi. ...