- PROLOG -

3.5K 365 43
                                    

Kalah atau menang dalam sebuah pertandingan adalah hal biasa. Kalah atau menang bukanlah indikator utama untuk menentukan apakah seorang pemain pantas atau tidak mendapat kesempatan bermain lagi. Jika kalah, ada baiknya pemain itu kembali belajar dari kekalahannya, jika pun menang, ada baiknya pemain tersebut meningkatkan kemampuannya agar kembali menjadi pemenang. Sama-sama belajar rendah hati, bukan? Maka dari itu, kalah atau menang sungguh suatu hal biasa. Bahkan, SANGAT BIASA bagi seorang pebulutangkis putra andalan Indonesia, Jonatan Christie (Jojo). Dia sudah terbiasa menang, dan sudah terbiasa juga kalah. Baginya menang atau kalah hanya masalah angka saja. Jika skornya lebih tinggi maka pemain tersebut akan menang, jika skornya lebih rendah, maka pemain itu akan kalah. Sebatas itu saja. Baginya pertandingan tanpa skor bukanlah sebuah pertandingan, hanya laga persahabatan.

"Udah mau kalah tuh!" seru Ihsan tiba-tiba sambil menepuk pundak Jojo dari belakang. Sejak pertandingan laga percobaan Asian Games 2022 ini dimulai, Jojo tidak mengeluarkan satu patah kata apapun, ia tampak berkonsentrasi melihat jalannya pertandingan yang seru tersebut.

"Tenang aja, San. Masih bisa itu." kata Jojo kepada Ihsan. Matanya tetap berfokus pada jalannya pertandingan tersebut, sesekali tepi matanya melirik skor sementara di papan skor digital yang menunjukan skor: 19-20. Sangat tipis.

Seperti biasa, suporter Indonesia dengan sangat meriahnya ikut menyemangati pertandingan Indonesia melawan China tersebut. "eaaa eaaaa eaaaaaa!!!!!!!" fanchant khas supporter Indonesia itu juga tak ketinggalan untuk dikumandangkan secara bersamaan.

Pertandingan semakin sengit. Pukulan demi pukulan, segala jenis teknik serangan dan pertahanan terus dikeluarkan oleh kedua atlet tunggal putra badminton tersebut. Iringan suporter Indonesia semakin riuh, menandakan poin yang semakin tipis untuk menuju kemenangan.

Hingga pada akhirnya, para suporter berteriak sangat histeris, pelatih berteriak kegirangan, dan tepuk tangan yang sangat meriah terjadi. Juri telah menentukan satu pemenang yaitu: Indonesia. Atlet Indonesia yang bertanding pada saat itu, Anthony Ginting berteriak gembira dan melakukan selebrasi kemenangannya melawan juara badminton putra asal China dengan skor 23-21.

"Tuh kan, gw bilang juga apa, pasti bisa menang!" ujar Jojo kepada Ihsan dengan suara yang agak lantang sambil memberikan tepuk tangan yang sangat meriah bagi Anthony. Selain mereka berdua, di deretan bangku khusus atlet dan official itu terdapat banyak atlet pebulutangkis lainnya yang terdiri dari beberapa kategori seperti: tunggal putri, ganda putra, ganda putri dan ganda campuran. Mereka semua hadir untuk menyemangati Anthony sekaligus memberi ucapan selamat kepadanya atas kemenangan di liga percobaan ini.

Setelah selesai acara victory ceremony dan menyapa rekan media, Anthony kini menemui rekan-rekan atletnya. Anthony yang memakai jaket merah serta bendera merah putih —yang ia gunakan layaknya jubah— kini sedang bersalaman dengan atlet-atlet yang telah hadir.

"Selamat ya, Thon!" ucap Jojo sambil merangkul leher Thony dan memberikan ucapan selamat.

"Iya bro, makasih ya!" sahut Thony, sebelum bergegas menghampiri rekan-rekan yang lain.

Jojo masih belum mau untuk kembali ke posisinya semula. Raut wajahnya sumringah, dan ekor matanya masih mengikuti langkah Thony, seiring Thony pergi meninggalkan tempat tersebut.

Hanya ada satu permainan didunia ini yang Jojo mengaku kalah. Ia tidak bisa belajar dari situ, dan ia tidak tahu bagaimana permainan tersebut berjalan. Ia bahkan masih tidak mengerti bagaimana ia bisa bermain permainan tersebut, tidak ada skor yang pasti, dan tidak ada pelatih yang profesional yang dapat dijadikan tempat berkonsultasi mengenai permainan tersebut.













Permainan tersebut bernama: cinta















dan lawan dalam permainan tersebut bernama: Anthony Ginting.

DROPSHOT! [BADMINTON INDO] [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang