Chasing Dreams

1.1K 168 21
                                    

"Yaudah. Dia kan punya kehidupan sendiri," kata nyokap ketika gue bercerita tentang lo.

Lalu, gue memeluk nyokap yang sepertinya bosan mendengar nama lo tiap hari gue sebutkan. Hampir air mata gue jatuh mengingat lo yang kini berada belasan ribu kilometer jauhnya. Hampir air mata gue jatuh mengingat dulu, kita pernah berbagi mimpi masing-masing.

"Jangan kangen ya kalo nanti gue di Solo," kata gue bercanda.

"Tapi nanti kalo lo udah di Solo, gue boleh ya cerita-cerita ga jelas terus."

Anytime, anytime, batin gue.

"Funny how we talk about the future when it holds a lot of uncertainties," lanjut gue lagi.

Lalu, gue ingat lo berkata, "Isn't that the point of it?"

Exactly. Depok-Solo yang dulu ada di bayangan kita kini nyatanya jadi Leiden-Jakarta. Siapa yang pernah sangka?

Meski lo hanya akan menghabiskan satu semester di benua yang lain, gue masih merasakan sesak di dada tiap kali gue ingat bahwa kita pernah bertukar asa, bertukar pandangan mengenai hidup, mimpi, dan dunia.

Lebih menyesakkannya lagi, gue bahkan tidak sempat bertemu lo sebelum lo pergi jauh. Percakapan kita pun rasanya semakin hambar karena rentang waktu masing-masing kita merespons satu sama lain. Semua sudah berbeda.

So, I guess, tidak akan ada lagi "Kenapa lo mau jadi dokter?" di antara kita karena kita sedang berusaha mewujudkannya dalam jalan yang berbeda.

Tidak akan ada lagi "Apa yang bikin lo bahagia?" di antara jayusan yang kita lemparkan, yang membuat topik berubah serius begitu cepatnya.

Here's to "Makasih ya, berkat doa lo juga." yang lo ucapkan ketika gue menyelamati lo ketika lo mendapatkan undangan ke universitas yang lo idamkan.

Yang lo mungkin tidak tahu, gue betulan menyebutkan nama lo tiap kali gue selesai salat.

Here's to "Doain gue juga ya." yang gue katakan setelah lo bicara begitu karena perjuangan gue masih berlanjut untuk ikut Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri waktu itu.

And here's to "Always." dari lo yang menenangkan gue.

Sepertinya, apa yang dibilang oleh nyokap gue benar. Lo sudah punya hidup lo sendiri, begitu juga gue. Kita sedang mengejar mimpi masing-masing. Gue tahu lo ingin sekali melihat dunia! Maka, gue tidak heran tawaran untuk belajar di negara lain itu lo ambil. It's one of your dreams too.

Gue sama sekali tidak tahu ke depannya akan jadi seperti apa. Entah jalan kita akan bersinggungan lagi atau tidak, entah gue akan masih menunggu lo atau tidak, entah lo akan sadar gue menunggu lo atau tidak.

Gue hanya berharap, lo akan baik saja di sana. I hope you'll do good with your life. I hope I'll do too with mine.

Jika nanti lo pulang, jangan lupa cerita, ya?



To Y,
May your dreams come true and your heart stay pure.

Heart OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang