Berjongkok di dermaga beton yang hanya diterangi oleh cahaya kuning suram dari lampu jalan yang bekerjapan beberapa puluh sentimeter darinya, Dmitri memiringkan kepala yang babak belur itu ke arahnya dengan menjambak rambut basah milik pria yang sudah tewas itu, tidak mau repot-repot memakai sarung tangan. Elena, pikirnya, pasti mencela pelanggaran protokol forensik yang ia lakukan, tapi pemburu itu sedang ada di Jepang dan baru akan kembali ke kota tiga hari lagi.
Kepala korban dipisahkan dari tubuhnya - yang masih belum ditemukan - dengan beberapa sayatan, senjatanya kemungkinan berupa sebuah kapak kecil. Tidak rapi, tapi berhasil mencapai tujuan. Kulitnya, yang waktu masih hidup sepertinya berwarna merah muda atau putih, sekarang mengembung dan lembek karena air, tapi sungai belum sempat merusaknya menjadi berlendir.
"Aku berharap." kata Dmitri kepada malaikat bersayap biru yang berdiri di sisi yang berlawanan dari penemuan mengerikan mereka. "Beberapa minggu kedepan akan berjalan dengan tenang." Kembalinya malaikat tertinggi, Caliane yang disangka sudah mati selama lebih dari satu milenium, telah mengguncang populasi malaikat serta vampir. Makhluk fana juga ikut merasakan sesuatu, tapi mereka tidak tahu-menahu tentang perubahan besar yang terjadi pada struktur kekuasaan di Kelompok Sepuluh, para malaikat tertinggi yang memerintah dunia.
Karena Caliane bukan hanya tua, ia Kuno.
"Ketenangan akan membuatmu bosan." Kata Illium memutar-mutar sebilah pisau perak kecil dengan jemarinya. Pulang mendahului Raphael dan Elena dari Jepang kemarin, ia kelihatan biasa-biasa saja setelah diculik dan terperangkap di tengah pertempuran antarmalaikat tertinggi.
Dmitri merasakan bibirnya melengkung. Sayangnya, malaikat dengan sayap biru yang berujung perak dan bermata emas itu benar. Dmitri belum merasakan kebosanan yang memengaruhi begitu banyak makhluk abadi hanya karena ia tidak pernah tinggal diam. Tentu saja, beberapa orang beranggapan bahwa ia terlalu banyak condong kepada pihak yang satu lagi - kalau dikelilingi oleh orang-orang yang hidup hanya demi kenikmatan tajam yang diperoleh dari darah dan rasa sakit, sensasi apapun pasti terasa menjemukan.
Pemikiran itu seharusnya merisaukannya. Karena ternyata tidak... Itulah yang merisaukannya. Tapi kemunduran tak terelakkannya menuju kegelapan merah delima yang menggoda itu tidak berhubungan dengan situasi ini. "Dia punya taring baru." Taring yang masih kecil dan belum tumbuh sepenuhnya itu hampir tampak bening. "Tapi dia bukan orang kita." Dmitri tahu nama dan wajah dari vampir yang hidup dan berkeliaran di New York. "Dia juga tidak sesuai dengan deskripsi Makhluk Ciptaan yang menghilang di teritori yang lebih luas."
Illium menyeimbangkan pisaunya di ujung jari, cahaya kuning yang dipancarkan dari lampu jalan terpantul disana dengan pancaran warna yang tak terduga sebelum ia mulai memutae-mutarnya dengan jemarinya lagi.
"Mungkin dia vampir seseorang, mencoba kabur dari Kontraknya, kabur ke dalam masalah?"
Karena selalu saja ada vampir idiot yang mencoba melalaikan bagian dari kesepakatan mereka-- pelayanan seratus tahun kepada para malaikat sebagai balas jasa atas berkah nyaris abadi--itu sangat mungkin terjadi. Walaupun mengapa seorang vampir mau kabur ke New York yang merupakan rumah dari malaikat tertinggi dan sebuah Asosiasi pemburu kuat yang berdedikasi untuk memulangkan para vampir yang ingin kabur, rasanya tidak sesederhana itu untuk dijelaskan.
"Ikatan kekerabatan." kata Illium, seolah bisa membaca pikiran Dmitri. "Vampir semuda itu biasanya ingin mempertahankan hubungan dengan kehidupan fana mereka."
Dmitri teringat pada kerangka hancur dan hangus dari sebuah rumah yang ia kunjungi hari demi hari, malam demi malam, hingga tahun-tahun berlalu dan puing-puing dari pondok kecil yang pernah berdiri di sana tidak tersisa lagi. Hanya tanah, dialasi bunga-bunga liar, yang selalu menjadi milik Dmitri. "Kita sudah terlalu lama bekerja sama, Bluebell."katanya. Benaknya kembali ke ladang yang ditiup angin dimana ia pernah berdansa sambil tertawa dengan seorang wanita dalam pelukannya, sementara seorang anak lelaki bermata cemerlang bertepuk tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archangel's Blade (Guild Hunter, #4)
Fantasy*Novel By Nalini Signh* Disekap dan disiksa selama dua bulan bagi Honor St. Nicholas seperti seumur hidup baginya. Ketika dia keluar dari lubang itu, baginya semua tak lagi sama. Dirinya yang sekarang bukanlah dirinya yang dulu. Sampai Sara Haisz me...