#12 (C)

113 15 0
                                    

The next day...

Chapter 12
(bagian 3)

"Ayah sungguh keterlaluan," komentar Warren singkat.

"Baiklah, kami akan berbicara dengan Ayah, sebelum kakak sempat menyampaikan padanya," sahut Rachel sedingin es. Kemudian, satu tangannya melakukan gerakan toast dengan satu tangan Brenda.

Dua bersaudara yang tadinya ingin berkonflik ini jadi saling mendukung.

Cheryl merasa mual akan hasil didikan parah kakeknya yang teramat sangat merusak ini. Hanya semata-mata karena tidak mampu menerima kehadiran Brenda, semua anak jadi kena getahnya. Ajaibnya, Rachel yang anak bungsu diterima sebagai seorang perempuan keluarga Cherlone.

Kembali ruangan keluarga di sekitar Cheryl berganti rupa menjadi tempat lain. Sebuah tempat yang sangat dikenalnya, karena di sinilah dirinya bersama Chester berada terakhir kali, sebelum terseret bakat indigonya. Tempat yang mana lagi selain ruang rahasia, lokasi Brenda menyekap Don dan Farah. Bahkan, sosok bibinya tersebut yang terakhir kali dilihatnya di dunia nyata masa kini.

Hanya saja, ruangan rahasia yang kali ini tempat Cheryl berada sedikit mengalami perbedaan. Belum dibuat dengan selera yang menarik dan elegan. Masih sederhana dengan konsep minimalis.

Meja kerjanya masih meja lama yang terkesan usang. Pintu kayu yang didobraknya semalam dengan kaki, perpustakaan mini, layar komunikasi, dan sejumlah pajangan berkelas belum ada.

Pintu masuk terdorong terbuka, bersamaan dengan satu sosok berbadan besar yang juga terdorong masuk dengan kasar. Dialah Brenda yang sudah dewasa, namun masih berusia sangat muda.

Cheryl menangkap ekspresi campuran ketakutan, kemarahan, dan pemberontakan dalam wajah muda bibinya. Mulut sang putri Archer ini bungkam seribu bahasa.

Kemudian masuklah sang ayah. Archer melangkah dengan ekspresi marah besar, dengan satu telunjuknya tak lepas dari anak perempuannya di hadapannya.

"Sudah kukatakan kepadamu, Brenda. Jangan pernah kau tampakkan lagi dirimu di muka publik! Kau telah membuat ayah malu! Semua keluarga Cherlone tidak menghendaki seorang Brenda diketahui masyarakat dunia."

Dengan gerakan tangan yang mengibas udara yang lebih luas, dia meneruskan, "Ruangan ini -- ruangan rahasia yang berada di rumah baru keluarga kita di Area London. Lihatlah, betapa bagusnya untuk ukuran sebuah tempat yang sengaja disembunyikan. Ruangan rahasia untukmu -- eksklusif hanya untuk seorang Brenda Cherlone.

"Ayah boleh menguasai daerah rumah yang lain, tapi hanya di sinilah -- di tempat inilah, dirimulah yang berkuasa. Tidak boleh ada yang lain. Bukankah semuanya ini juga keinginanmu?"

"Supaya aku tidak tampil ke dunia luar, bukan?" Brenda menimpali dengan pelan, sangat hati-hati.

"Betul sekali," jawab Archer separuh bersorak. "Bahkan, hampir sepanjang waktu, kau tidak boleh keluar dari sini.

"Di sebelah sana sudah tersedia toilet dan kamar istirahat. Inilah istana mewahmu. Kau bisa melakukan apa saja kehidupanmu di sini. Dan yang terpenting, tidak ada yang boleh mengganggumu -- bahkan seorang Archer Cherlone atau pun Brandon Cherlone sekalipun."

Sebagai orang yang masih berpikiran normal, Cheryl mengira bahwa kakeknya sudah tidak waras lagi.

"Sekali lagi, ingatlah selalu bahwa dirimu ini bayang-bayang Brandon," nada suara Archer berubah menjadi terkesan separuh mengancam. "Adakah bayang-bayang begitu mirip mendekati tuannya?

"Tuan pemilik bayangan bahkan tidak mampu mendikte alam beserta segala hukum logisnya. Aku dengan rumah kita inilah alamnya."

Lalu, Archer menyelingi hujan perkataannya dengan derai tawa ganjil. Suara yang pastinya membuatmu merasa sangat tidak nyaman -- bukanlah suatu ketakutan atau kengerian, namun lebih kepada sebuah perasaan aneh yang amat ingin kita singkirkan jauh-jauh.

"Pokoknya kau harus tersembunyi di dalam tembok-tembok istana rumah kita ini," ujarnya melanjutkan kata-katanya tadi. "Brandon Cherlone merupakan sosok tunggal putra kedua pasangan Archer dengan Freyna. Tidak ada di luar sana yang bisa mengenal Brenda Cherlone."

Archer menutup semua kalimatnya dengan tawa sepuas-puasnya, yang amat diharapkannya mampu menghabisi jiwa sang putri kembarnya sendiri.

Dalam waktu singkat, Cheryl menyaksikan ekspresi terakhir yang dapat dilihatnya pada wajah Brenda. Sudah tidak ada lagi ketakutan, kemarahan, dan pemberontakan di situ. Hanya tenang dan datar saja -- hampir tanpa perasaan.

Kemudian, muncul seulas senyuman kecil di bibirnya -- tampak misterius untuk ditebak maknanya.

Begitulah pemandangan yang menjadi informasi terakhir yang disodorkan kepada Cheryl oleh bakat indigonya. Karena sosok Archer dan Brenda di hadapannya kembali berangsur menghilang.

Kali ini, ruangan rahasia tetaplah ruangan rahasia yang sama. Hanya saja, bagaikan berada di dalam sebuah mesin waktu, Cheryl menyaksikan beberapa hal dalam ruangan mulai bermunculan.

Ruangan rahasia yang Archer persembahkan kepada Brenda seolah beralih dari masa lalu kembali pada masa kini. Detik-detik sekarang ini, saat Chester dan Cheryl sedang berada di dalamnya -- entah berapa menit sebelumnya, secara tanpa sengaja, mereka memergoki Brenda berdiri di hadapan meja kerjanya.

 Detik-detik sekarang ini, saat Chester dan Cheryl sedang berada di dalamnya -- entah berapa menit sebelumnya, secara tanpa sengaja, mereka memergoki Brenda berdiri di hadapan meja kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama ketika peralihan tempat yang dirasakannya itulah, Cheryl teringat sebuah pepatah kuno dalam cerita-cerita misteri pembunuhan klasik.

Hati-hati, pelaku bisa saja kembali ke tempatnya semula -- di mana dirinya merancang kejahatan atau mengeksekusinya.

******

Apakah arti pepatah itu menyiratkan Brenda kembali lagi ke ruangan pribadinya di rumah keluarga Cherlone di Area London?
Jika benar begitu, kenapa tidak terpikir oleh pihak SARBI dan ERBI?
Bagaimana aksi si kembar menghadapi sang bibi?
Nantikan chapter puncak yg kedua.
(Astardi)

The More Cherlones Mysteries (Story Behind) ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang