#3 (B)

130 20 4
                                    

The day when Brandon Cherlone murdered...

Chapter 3
(bagian 2)

Benar juga, tak sampai lima menit berlalu, elcar yang membawa Don serta kawanannya sudah di depan pintu gerbang keluarga Cherlone yang di Area London.

Di depan pintu gerbang terdapat sepasang kamera yang terpasang di setiap sisi gerbang. Ini untuk memudahkan si pengawas keamanan di dalam rumah untuk pertama kalinya mengetahui kedatangan pihak yang bertamu.

Marlon kebingungan dengan elcar yang baru pernah dilihatnya melalui kamera pengawas.

Farah yang telah mendapat panggilan tak terjawab pada ponselnya beranjak dari kursi di samping sang pengawas. Rupanya perempuan itu sudah lebih dari satu menit berada di dalam ruangan keamanan rumah.

Segera Clayton membuka jendela di samping Don, sehingga anak tertua Brandon ini cepat-cepat menjulurkan kepalanya dari dalam mobil.

"Lihat," telunjuk Farah mengarahkan pandangan Marlon pada kepala Don yang tertangkap oleh salah satu kamera gerbang, "bukankah itu Tuan Don? Cepat bukakan saja pintu garasi!"

Usai memberikan perintah, dia bergerak cepat meninggalkan ruangan keamanan rumah. Tentu saja menuju garasi, yang tak jauh dari ruangan tengah.

Dengan mulusnya rencana komplotan ini berjalan sukses satu demi satu.

Sementara elcar hijau cerah yang asing meluncur di halaman rumah keluarga Cherlone, Farah baru saja tiba di garasi. Marlon membukakan pintunya ketika elcar itu mengarah ke sana.

Maka dalam waktu singkat, keempat orang komplotan ini sudah berkumpul di dalam garasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maka dalam waktu singkat, keempat orang komplotan ini sudah berkumpul di dalam garasi.

Farah menyemangati ketiga orang rekan kejahatannya, "Ayo cepat, jangan buang waktu lagi!"

Jarred dan Netmos terbelalak melihat ada kamera pengawas di sudut atas ruangan. Menyaksikan gelagat tersebut, Farah melambaikan tangan sambil memberitahu mereka, "Jangan kuatir! Aku sudah menyetel ulang kamera itu tanpa sepengetahuan si pengawas."

"Apa yang ada di dalam juga begitu?" tanya Don, "Maksudku, ruangan-ruangan yang akan kita lewati nantinya menuju...."

"Kalian kerjakan bagian kalian yang di sini dulu," potong Farah cepat, sebelum kembali bergerak secepat kilat -- kali ini masuk ke dalam rumah.

"Pokoknya kalian urus isi bagasi sekarang," desak Dom pada Jarred dan Netmos.

Maka dengan sigap dan cekatan, kedua laki-laki itu mengangkat box hitam dari bagasi. Lalu membukanya, dan mengangkat bungkusan besar panjang berwarna hitam dari dalamnya.

Akhirnya, mereka mengeluarkan sesosok manusia dari situ. Perempuan muda cantik yang mirip dengan Brandon, hanya saja berambut gelap agak ikal dan bermata hijau cerah.

Tepat saat perempuan itu telah berada di luar seutuhnya, Farah masuk kembali ke dalam garasi -- katanya,

"Kita lewat ruang keluarga karena lebih gampang. Semua kamera pengawas di situ dan yang menuju ke situ sudah kusetel ulang melalui komputer rumah. Cepatlah, sebab tadi kudengar langkah-langkah kaki Sarron di atas."

Mereka masuk beriringan. Farah memimpin di depan. Pikiran serta kedua matanya mengawasi dan memperhatikan segalanya. Don berada di belakangnya. Dua sosok terakhir siapa lagi kalau bukan Jarred dan Netmos -- menggotong perempuan muda yang malang itu. Sedangkan Clayton tetap di dalam mobil -- menunggu dengan setia.

Mereka semua mengerjakan dengan lihai, seakan bukan kali pertama melakukannya.

Tak seorang pun yang merasa tegang, cemas ataupun takut. Jadi biasa-biasa saja, meski seluruh indra tetap waspada.

Sesampainya di ruang keluarga, Farah menghampiri sebuah patung dewi Yunani yang terletak dekat layar komunikasi. Menggerakkan lengan sang dewi ke arah dalam.

Aksi jahat mereka terbilang sukses. Sarron masih di lantai atas. Tidak ada satu pelayan pun yang berada di ruang keluarga maupun di ruang-ruang lain tempat orang-orang berhati busuk ini lalui.

Sebagian besar lantai dasar rumah mewah keluarga Cherlone di pagi hari pembunuhan Brandon ini tampaknya kosong tanpa penghuni.

Dengan cekatan Jarred dan Netmos masuk ke dalam ruangan rahasia dari balik lemari buku, sambil terus menggotong si perempuan malang. Farah menyusul.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang menuruni tangga.

"Itu pasti Sarron. Kau tidak perlu ikutan masuk," kata Farah kepada Don, "Cepat geser tangan patungnya!"

Don segera melakukan perintah adik perempuannya itu. Menggeser lengan patung ke arah depan. Sehingga tembok bergerak sembilan puluh derajat ke arah sebaliknya. Posisi lemari buku kembali pada tempatnya semula. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Kaki Sarron menapak turun dari anak tangga terakhir ke lantai di bawahnya tepat dalam waktu yang diharapkan mereka.

"Hei! Ternyata kau sudah pulang, Don," sang pengacara tampak terkejut. Selain berbinar senang tentunya.

Don memberikan reaksi yang sewajarnya, dan terkesan biasa sesuai dengan keseharian sang putra tertua Brandon di dalam rumah. Tidak ada satu pun yang terlihat aneh.

Sementara di dalam lorong pembuka, Farah memimpin Jarred dan Netmos menuju lokasi yang diinginkannya. Sebuah kantor tersembunyi yang menjadi pusat 'daerah rahasia' di dalam rumah sebesar dan semegah istana ini.

Di situ ada juga ruang seukuran lemari medium yang tersamar -- jika kau berada di dalam ruangan kantornya. Sebenarnya jika kau memasukinya, masih ada celah yang cukup luas bagimu untuk bergerak. Namun, ukuran pintu kayunya mampu mengaburkan bayangan prediksi di kepala kita sebesar apakah ruang di baliknya.

Sesuai rencana, si pemudi malang yang menjadi korban kejahatan mereka akan ditempatkan di ruang tersembunyi tersebut. Namun sebelumnya, diletakkan dahulu di kursi tanpa lengan yang tersudut di salah satu pojok ruang kantor.

"Kerja kalian kemarin siang memang bagus dalam melumpuhkan Don," komentar Farah memuji, sebelum mencela sosok korban mereka yang lain, "Laki-laki itu memang layak berada di bawah tanah untuk selamanya."

"Bagaimana kalau dia sampai sadar sebelum waktu yang semestinya, bos?" tanya Jarred cemas, mengarahkan pandangannya pada satu korban yang di pojok ruangan.

Alih-alih menjawab, Farah membuka salah satu laci meja kantor. Diambilnya sebotol cairan berukuran medium beserta sebuah suntikan kecil.

"Aku telah membiusnya tadi pagi untuk ukuran hingga tengah hari ini," jawabnya dengan teramat puas, bangga, dan percaya diri, "tapi Farah Cherlone tak akan pernah sadar lagi sebagai sosok manusia hidup. Dia akan ditemukan sebagai korban pembunuhan."

"Nanti satu orang pelakunya tak lain adalah laki-laki di bawah tanah itu," katanya menambahkan, dengan telunjuk mengarah pada pintu kayu yang menghubungkan dengan ruang bawah tanah di bawah mereka.

******

Sebenarnya siapa sih sosok paling misterius yg menyamar menjadi Farah ini setelah sebelumnya jadi Brandon di chapter 2?
Chapter 4 akan membongkar habis kronologis kasus 24 jam misterius TCM, serta aksi" jahat terakhir si Farah palsu di rumah keluarga yg di Area London.
Karena terlalu panjang, akan dipecah hingga #4 (D)
(Astardi)

The More Cherlones Mysteries (Story Behind) ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang