Neli pikir ia bermimpi, tapi kini Farhan benar-benar sedang bersamanya. Merka terlihat seperti pasangan menikah dan saling mencintai. Farhan memang masih bersikap kaku, karena memang seperti itu jati dirinya, tapi saat ini mereka berjalan beriringan meskipun tidak berpegangan tangan.
Neli ingat, saat ini seperti saat mereka menginap di Pulau Ketawai. Permintaan maaf Farhan hari itu, dan pelukan hangat mereka selama tidur oleh udara dingin. Rasanya sama, sebahagia itu.
"Kamu mau beli sesuatu?"
Neli menggeleng segera. Ia hanya ingin suaminya dan orang-orang melihat bahwa ia punya pasangan. "Kamu?"
Farhan berhenti di toko perhiasan. "Aku ingin membeli sesuatu untukmu. Pilihlah."
"Biasanya hadiah itu terserah pemberi," kata Neli ragu. Ia punya uang di ATM dan di dompetnya. Uang bulanan yang Farhan transfer tidak pernah habis dibelanjakan dan kalau Neli sangat menginginkan sesuatu ia tidak perlu menunggu Farhan membelikannya.
"Pilihanku mungkin tidak sesuai dengan seleramu."
Neli akhirnya memilih sebuah bandul kalung berbentuk bintang dengan permata berwarna hitam. "Apa ini bagus?"
Farhan mengangguk, "Kenapa tidak yang warna hijau?"
"Kamu lebih suka hitam, bukan?"
Farhan tersenyum, "Terima kasih."
Neli merasa seperti kembali ke waktu mereka berpacaran dulu. Di mana mereka menghabiskan waktu bersama dan saling bicara.
"Mau singgah sebentar?"
Neli mengangguk. Ada banyak hal yang ingin dibicarakannya. Waktu luang Farhan terbatas, keberaniannya juga kadang sirna dan situasi baik ini kadang tidak memihak mereka. Jadi Neli ingin menggunakan kesempatan yang ada.
"Bulan puasa sebentar lagi," kata Neli memancing pembicaraan.
"Hm."
"Apa kita akan sahur bersama, hari pertama?" Biasanya begitu, tapi puasa pertama kali ini tidak mungkin jatuhnya hari minggu.
"Ya, kita akan melakukannya seperti biasa."
Neli ingin sekali memprotes Farhan yang lebih sering bekerja daripada bersamanya, tapi ia juga paham kalau Farhan memag bukan orang yang akan mudah mempercayai orang lain. Apalagi untuk mengelola perusahaan yang ia bangun sendirian.
"Apa ada lagi yang ingin kamu lakukan di sini? Aku harus pulang sekarang..."
Neli langsung berdiri. Ia selalu berusaha memahami keadaan suaminya. Meski merasa belum cukup bersama, ia tidak ingin menjadi egois dengan mengacaukan hasil kerja Farhan. "Aku juga, ada yang perlu kulakukan."
Setelah sampai di rumah Farhan langsung kembali ke laptopnya. Neli memakaikan sendiri kalung tersebut dan menyimpan kalung pernikahan yang selama ini dipakainya. Ia juga menghidangkan segelas susu saat waktu sudah menunjukkan jam 8 malam. Neli tahu suaminya belum isya, dan besok harus berangkat pagi-pagi untuk memimpin meeting.
Neli langsung berbaring dan berselimut. Setelah susu tersebut dihidangkan Farhan segera meminumnya dan mematikan laptop lalu sholat dan ikut tidur.
"Terima kasih untuk hadiah ini," ucap Neli pelan sambil menunjukkan bandul kalungnya.
"Tidurlah, selamat malam." Farhan menutup matanya.
Neli ingin sekali begadang sampai puas memandang wajah suaminya. Setelah malam ini ia baru akan melihat Farhan lagi sabtu malam nanti. Namun rencananya gagal. Ia segera terlelap seperti Farhan.
"""""""""""""'''''''
09 September 2018
Assalamu'alaikum...Guys... aku punya berita baru. Cerita ini *Sepertiga Malam Bersamamu*Menunggu Malam*Survive* Sudah selesai aku revisi dan bagi kalian yang mau baca full cerita ini berikut dengan spesial part-nya, kalian bisa kunjungi akun baru aku di Dreame.com. Aku akan mulai update di sana mulai hari ini, 10 Mei 2019. Link cerita : atau kalian bisa cari nama penggunaku : Miyak Seya. ID: 4297173611. So, kalian jangan nungguin update di wattpad, karena sudah dihapus permanen kecuali sampai part 5 ini saja. Aku tunggu kunjungan kalian di Dreame... Wassalamu'alaikum...
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Malam (END)
Mystery / ThrillerNovel ke 2 dari seri Malam. Mereka menikah lima tahun yang lalu atas dasar cinta. Namun setelah menikah, hubungan mereka berubah. Farhan tidak pernah menyentuh tubuhnya, dan Neli terlalu malu untuk mengatakan apapun. Mereka hanya terikat pernikahan...