Chapter 3

272 56 40
                                    

Selama seharian Jung Chan-Woo menemani Hye-Jin di rumah sakit. Berulang kali setiap lelaki itu bersikap ramah dan mencoba mengajaknya berbicara, Hye-Jin selalu mengabaikannya.

Hye-Jin tidak tahu peranan apa yang sedang dimainkan oleh lelaki bermata belo itu. Di dunia ini tidak ada yang namanya orang baik, terutama terhadap orang asing.

Chan-Woo selalu mengatakan ingin merekrut Hye-Jin menjadi adiknya. Hal itu sangat aneh Chan-Woo baru 2 kali bertemu dengannya.

Hye-Jin bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi pada adik Chan-Woo. Apa mungkin adiknya meninggal bunuh diri?

Lelaki bertubuh jangkung itu mengarahkan buah apel yang sudah di potong ke mulut Hye-Jin. "Buka mulutnya," perintah Chan-Woo. Lelaki itu benar-benar memperlakukan Hye-Jin layaknya anak kecil.

Hye-Jin mengambil alih suapan dari Chan-Woo menggunakan tangan sebelah kirinya yang tidak terdapat selang infus. "Aku bisa sendiri," ujar Hye-Jin jutek.

Dokter mengatakan bahwa besok Hye-Jin diperbolehkan untuk pulang.

"Hye-Jin Ah sebenarnya apa yang terjadi pada dirimu? Mengapa seluruh badanmu babak belur? Siapa yang berani membuatmu seperti ini?" Chan-Woo bertanya lagi, lelaki itu sepertinya sudah bertanya sebanyak 5 kali.

Namun Hye-Jin terus tidak acuh pada pertanyaan yang dilontarkan Chan-Woo. Namun, gadis itu mengatakan, "kau tidak punya urusan lain selain mengangguku, ya?"

Chan-Woo terlihat menghela napas. "Aku hanya ingin berbuat baik padamu," ujarnya terlihat tulis.

"Di dunia ini tidak ada yang berbuat baik secara cuma-cuma, terutama orang asing. Apa yang kau mau dariku?"

"Aku ingin kau menjadi adikku," sahut Chan-Woo kekeh pada pendiriannya.

"Aku tidak akan pernah bisa menjadi adikmu karena aku bukanlah adikmu. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada adikmu, tetapi menggantikan posisinya dengan orang lain adalah pilihan yang tidak bijak."

"Sebenarnya adikku punya kembaran yang hilang. Kebetulan wajahmu sangat mirip dengannya."

Hye-Jin merasa sangat tidak masuk akal. Chan-Woo punya adik dan adiknya punya kembaran? Tapi Hye-Jin tidak punya kembaran. Dirinya sangat yakin ia adalah anak tunggal, meski pun ia kehilangan ingatan tentang sebagian masa kecilnya.

"Bagaimana kalau kita tes DNA saja untuk membuktikan bahwa aku adalah adikmu?" Usul Hye-Jin.

"Tidak bisa dibuktikan menggunakan tes DNA, karena aku dan adikku adalah saudara tiri." Kemudian, Chanwoo menyerahkan sebuah foto seorang wanita cantik memakai seragam sekolah. Hye-Jin akui gadis di foto tersebut sedikit mirip dengannya. Tetapi hanya sedikit saja.

"Selama tidak ada bukti bahwa aku adalah kembaran adikmu yang sudah meninggal, maka berhenti bersikap baik padaku. Hal tersebut membuatku muak, karena pada akhirnya semua orang akan meninggalkanku sendirian."

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku sangat menyesal tidak bisa menjaga adikku sehingga dia bunuh diri. Biarkan aku menebus kesalahanku melalui dirimu." Mata lelaki itu tersirat permohonan yang sangat dalam.

Kali ini Hye-Jin menghela napas. "Kau bersikap denial, Tuan Jung Chan-Woo Ssi. Aku bukan adikmu atau pun kembarannya dan kematian adalah jalan terbaik untukku."

Chan-Woo meraih tangan Hye-Jin lalu menggenggamnya. Hye-Jin tidak melepaskan genggaman tersebut. Entah kenapa rasanya sangat nyaman. Rasanya seperti Hye-Jin dilindungi dari segala kejamnya dunia ini.

"Aku bisa membuatmu bahagia dan aku tidak akan membiarkanmu mati," ujar Chan-Woo tegas.

"No." Hye-Jin menggeleng lalu melanjutkan perkataannya, "Kau tidak akan bisa membantu masalahku. Kim Min-Seok alias Ayah mempunyai utang judi sebesar 1,2 milyar won. Aku tidak punya uang sebanyak itu, meski pun aku harus bekerja keras."

"Aku bisa membantu melunasi utang Ayahmu," jawab Chan-Woo cepat.

Tentu saja Hye-Jin tahu jika Jung Chan-Woo adalah orang kaya. Lelaki itu menempatkan Hye-Jin di ruang VVIP. Seharusnya Hye-Jin bisa memanfaatkan lelaki itu untuk membantu melunasi utang, tapi itu bukanlah sebuah solusi. Ia takut jika utang sebesar 1,2 milyar won lunas, Kim Min-Seok akan semakin bertindak semena-mena.

"Itu bukan sebuah solusi, Chan-Woo. Aku juga tidak tahu apakah Si Gila itu punya utang selain 1,2 milyar won ini. Bisa saja ada gangster lain yang sedang mencariku."

"Aku punya banyak uang. Mari kita bawa kasus ini ke ranah hukum, lagi pula bukan kewajibanmu untuk membayar semua itu."

"Benarkah bisa dibawa ke ranah hukum? Bukan kah dunia gelap seprti kasino mempunyai orang dalam yang kuat?"

"Ya, tapi kekuatanku juga sangat kuat. Bagaimana apakah kau akan menerima tawaranku untuk menjadi adik? Aku akan membantu semua masalahmu."

Hye-Jin menyugar rambutnya. "Aku akan memikirkannya terlebih dulu."

"Kau bisa memikirkan itu terlebih dulu. Sekarang waktunya kau istirahat." Chan-Woo membantu Hye-Jin ke posisi tidur.

Apakah Tuhan mengasihaniku? sehingga mengirimkan malaikat yaitu Chan-Woo.

***

Hari ini Hye-Jin diperbolehkan untuk pulang. Tangan gadis itu penuh dengan goresan pisau yang mulai mengering. Ketika ia stress, Hye-Jin melakukan self harm.

Jung Chan-Woo menuntunnya ke mobil. Lelaki itu bersikeras bahwa Hye-Jin harus tinggal di rumahnya. Chan-Woo takut jika dia meninggalkan Hye-Jin sendirian, gadis itu akan kembali mencoba bunuh diri.

Dasar gila. Hye-Jin tidak habis pikir, sepertinya Chan-Woo tidak takut sama sekali terhadap dirinya.

Bisa saja Hye-Jin melakukan hal jahat di rumah lelaki itu.

Chan-Woo membukakan pintu untuk Hye-Jin. "Masuk," perintah lelaki itu terhadapnya.

Tangan Chan-Woo berada di atas kepala Hye-Jin bermaksud supaya kepala Hye-Jin tidak terbentur sisi mobil. Setelah itu lelaki itu masuk dan duduk di sebelah Hye-Jin.

Jang Ji-Suk sopir pribadi Chan-Woo lalu mengemudikan mobil meninggalkan parkiran rumah sakit.

Selama perjalanan tidak ada satu pun yang berbicara. Hye-Jin melirik ke arah Chan-Woo, terlihat lelaki itu sedang fokus membaca sebuah buku.

Satu jam kemudian.

Gerbang berukiran naga berwarna emas terbuka, lalu mobil yang dikendarai Jang Ji-Suk masuk ke dalamnya.

Hye-Jin sedikit tercengang melihat betapa megah dan mewahnya rumah Jung Chan-Woo. Ia tidak menyangka bahwa Chan-Woo ternyata sangat sangat kaya.

Jang Ji-Suk membukakan pintu untuk Hye-Jin.

"Terima kasih," ujar Hye-Jin kepada Jang Ji-Suk."

Hye-Jin semakin tercengang ketika memasuki pintu rumah Chan-Woo yang sangat besar, di sana berdiri belasan pelayan wanita menunduk hormat pada Chan-Woo.

Hye-Jin segera diantar oleh Chan-Woo menuju kamar gadis itu, karena ia masih butuh waktu istirahat. Dan kamar gadis itu letaknya tepat di depan kamar Chan-Woo.

Hye-Jin mengucapkan terima kasih pada Chan-Woo. Setelah Chan-Woo meninggalkan kamarnya ia segera cuci muka dan bersiap untuk tidur.

Dalam seumur hidupnya baru kali ini Hye-Jin tidur di tempat senyaman ini.

***

Guys maaf ya telat karena ada kesibukan. Insya Allah chapter 4 aku update hari Minggu

Revisi : 25 Agustus 2022

Love by,

Melon

If You [Jung Chanwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang