"Kakak heran sama kamu, kamu itu pintar, banyak membaca, pendidikan sudah master malah melalui beasiswa, kamu sudah memiliki penghasilan sendiri, dan umur kamu juga sudah 26. Tapi kamu kok bisa tiba-tiba oon kaya tadi ya?" tanya Aisyah pada adiknya yang sedang menikmati jus jampu kotak yang tadi mereka beli.
"Aku juga tidak mengerti aku ini kenapa, apa aku telat dewasa ya kak? aku kan anak bungsu?" tanya Afnan, ia masih fokus pada gelas di depannya.
"Telat dewasa apanya, kamu sudah 26 tahun Afnan. Atau jangan-jangan..." ujar Aisyah sambil memandangi adiknya.
"Jangan-jangan apa?" tanya Afnan melihat kakaknya yang berada di depan kulkas.
"Jangan-jangan kamu mau nikah" ucap Aisyah santai lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Bisa jadi sih kak, entah setan mana yang ganggu aku selama tiga hari terakhir aku kepikinan dia"
"Hah?! kamu kepikiran dia? berarti kamu udah pernah ketemu dia sebelumnya?" serangan pertanyaan dari Aisyah menyadarkan Afnan jika ia salah bicara. Sekarang Aisyah sudah duduk di seberangan kursinya.
"I-iy-iya, aku memang pernah ketemu dia tidak sengaja di toko buku tiga hari yang lalu"
"Ohh.. jadi gimana kok bisa kaya gitu tadi pas kalian ketemu lagi?"
"Ehmm- gini pas itu, aku mau beli buku nyari-nyari yang bagus sampai ketemu buku tentang Nabi Muhammad salallahu alaihi wassalam, ya walau aku sudah punya tapi beda penulis, tapi gak sengaja dia juga mau ngambil buku itu mana bukunya tinggal satu, terus tangan dia tidak sengaja nyentuh tangan ku, ya aku kaget wudhuku jadi batal___" Afnan menceritakan panjang lebar tentang awal pertemuan ia dan Hana, namun sayang baik Hana dan Afnan tidak saling mengetahui nama masing-masing.
"Kamu tau namanya? atau alamatnya? atau apapun mengenai dia?"
"Buat apa?"
"Ya buat melamar dia, kamu mau begini terus kepikiran terus terbayang-banyang kamu tau kan dek itu dosa, mau kamu tiap detik numpuk dosa? dosa kamu aja udah banyak" omel Aisyah pada adiknya.
"Iya juga ya, tapi apa itu yang terbaik? ayah sama bunda gimana? lagi pula aku tidak tau nama, alamat, ataupun tentang dia" jawab Afnan, ia masih memikirkan kata-kata kakaknya. Ia rasa ada benarnya. Ia tak mau menumpuk dosa lebih baik lagi karena memikirkan wanita yang tak seharusnya ia pikirkan.
"Kakak akan ceritakan ini sama ayah dan bunda, kakak gak mau kamu mengambil jalan yang salah, atau kepikiran gadis tadi terus, dosanya dek kamu jadi zina pikiran. Telah melakukan maksiat. Kamu tau kan itu apalagi kamu sampai baper"
"Iya kak, aku tau, aku harus bertobat minta ampunan pada Allah. Aku akan sholat Istiqharah dulu untuk memutuskan selanjutnya" Ujar Afnan pada Aisyah.
Kakak adik itu berdiskusi panjang tentang gadis yang mengganggu pikiran Afnan sampai-sampai Asiyah meminta suaminya untuk membawa Humairah dan Zainab ke rumah orang tuanya, di mana mereka berada, bahkan Aisyah, suami dan anak-anaknya akan menginap di sana menemani Afnan.
Aisyah dan suaminya mencari tau tentang gadis itu yang tidak lain adalah Hana. Tak lupa Aisyah menjelaskan pada orang tua mereka tentang Afnan dengan disambut baik oleh mereka, dan berniat akan segera pulang ke Tanah Air untuk melancarkan rencana anaknya.
***
Di tempat lain, Hana tengah menjalankan rutinitasnya di ruang kerjanya. Menggambar mengisi waktunya.
Hana telah di nyatakan lulus dari sekolah dengan nilai yang baik, peringkat ke dua lulusan terbaik tingkat sekolah dan acara perpisahan pun sudah berlalu, namun ia tidak berniat melanjutkan pendidikannya. Bukan karena ia malas, dan ingin bermalas-malasan. Tapi ia ingin menjalankan aksinya memperbaiki diri selama satu tahun baru ia akan melanjutkan pendidikan. Hana pun telah mendiskusikannya dengan kedua orang tuanya, mereka setuju dan merespon baik rencana anak bungsu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqomah Cinta ✓
RomantikCERITA MASIH LENGKAP, tapi setengah cerita dari cerita lengkap di buku ISTIQOMAH CINTA yang telah terbit. Bismillahirahmanirrahim... Meninggalkan mimpi dan meninggalkan cinta, sebuah pengorbanan yang tidak dapat dibilang mudah untuk dijalani. Jika k...