8. Suka, duka dan luka

87 4 0
                                    

Kau takdir ku, dan yang datang Qadar mu
Berbahagialah
-Hafshah Hana Aish-
***

Cinta akan mudah cepat menjatuhkan, namun sering kali tidak menyadarinya. Cinta yang tulus dan ikhlas jatuh padanya yang halal, bukan sebuah pengharapan tapi sebuah keharusan.
Semua karena Allah.

"Hana, ibu pesan sama kamu harus taati suami mu, selama ibu sebuah kebaikan jangan membantahnya, maafkan ibu dan ayah yang gagal dulu mendidik mu dan tidak berusaha dengan keras mengenalkan mu dengan agama, sayang" Maryam memberikan pesan pada anaknya seketika akan meninggalkan rumah anaknya setelah membantunya berberes kepindahannya di rumah baru anaknya itu.

"Iya ibu, ibu dan ayah tidak salah tapi Hana-lah yang salah karena tidak mendengarkan kalian" Hana memeluk ibunya entah mengapa hatinya berat untuk melepaskan ibunya pulang ke rumah mereka.

"Sudah Bu? Ayah ada pekerjaan yang belum ayah selesaikan, atau ibu ingin tinggal nanti ayah akan jemput kembali" ujar Irsyad melihat istri dan anaknya sukar untuk berpisah.

"Ibu akan pulang ikut ayah" saut Maryam pada suaminya. "Ibu pulang dulu, kalian berdua akur-akur"

"InsyaAllah ibu" saut Hana dan Afnan

"Ayah pulang dulu, Afnan ingat kata Ayah ya"

"Siap yah"

Hana dan Afnan mengantarkan Irsyad dan Maryam menuju mobil. Hana kembali lagi memeluk dan mencium pipi ibunya, berharap rasa gelisah hatinya dapat reda, namun nyatanya melepaskan ibunya tetap berat hati terasa.

"Fii Amanillah ibu ayah" Afnan melambaikan tanganya pada ibu dan ayah mertuanya. "Doakan saja mereka, ayo masuk"

"Eh? kok tau"

"Keliatan di jidat mu itu"

"Emang ada apa?" Hana reflex menyentuh jidatnya

"Ada tulisanya"

"Tipu" Hana berjalan dan memasuki rumah.

"Eh? beneran itu ada tulisan di jidat mu, tulisannya kamu sedih pisah sama ibu dan kamu seneng serumah sama aku, hahaha" Afnan menggoda Hana dengan kata-katanya.

"Jidat ku tidak akan muat untuk tulisan sepanjang itu" ujar Hana

"Hahaha, siapa bilang kalau awak liat jidat mu cukup luas untuk tulisan satu paragraph"

"Terserah awak-lah, aku akan berberes"

"Kita masak apa untuk hari ini?"

"Tidak perlu, masakan tadi ibu sengaja bikin banyak dan ibu pesan biar dihangatkan saja"

"Ah iya juga ya dari pada mubazir" Afnan melihat-lihat dekorasi dapurnya, sedangkan Hana membereskan sisa-sisa piring yang belum disusun pada tempatnya. "Hana, kamu serius tidak akan kuliah dulu?"

"Iya" jawab Hana singkat dan ikut duduk di kursi pentri Bersama suaminya. "Ayah sudah memberikan izin sebelum menikah kemarin, untuk membuka butik. Dan karena sekarang aku sudah menikah maka aku akan meminta izin pada kakak, bolehkah?"

"Hmmm..." Afnan seakan berpikir Panjang sebelum memberikan izinnya pada Hana.

"Ayolah.." untuk pertama kalinya Hana memohon pada orang selain orang tuas dan saudaranya.

"Boleh kok, tapi jangan lupa untuk nanti meluangkan waktu menuntut ilmu agama, kita pergi kajian Bersama"

"Alhamdulillah... terimakasih" ujar Hana tersenyum pada suaminya.

"Lalu masalah bangunan yang akan ditempati, apa sudah siap?"

"Masalah bangunan masih belum siap, masih menunggu sekitar satu bulan lagi kata ayah begitu"

Istiqomah Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang