Aku bisa dan tetap bisa
-Hafshah Hana Aish-***
Tiga hari setelah di toko buku...
"Bu, Hana keperpustakaan dulu ya? Hana boring di rumah terus" ujar Hana meminta izin pada ibunya.
"Iya Hati-hati jangan ke sorean" izin ibu Hana.
"Siap bu bos!"
Maryam terkekeh melihat tingkah anak bungsunya, Hana. Anaknya yang ramah namun jarang ia tunjukkan.
"Assalamualaikum... Hana pergi dulu, ibu kalau minta bantuan teriak ke Lizi aja, hihi" Ujar Hana mencium tangan ibunya lalu pergi.
"Waalaikumussalam... anak ini, selalu aja temennya yang di susahin"
"Assalamualaikum...! Ibu..! Lizi numpang makan boleh!" Teriak seseorang dari pintu depan menuju ke dapur tempat Maryam berada.
"Waalaikumussalam... Ya Allah, anak ini satu" Maryam geleng-geleng kepala melihat sahabat anak bungsunya itu yang tidak sungkan lagi untuk berteriak sekencang-kencangnya memasuki rumah. "Kamu tadi ketemu Hana di depan?"
"Ketemu bu, katanya Hana mau ke perpustakaan" jawabnya sambil memposisikan diri duduk di kursi panjang meja makan.
"Iya, akhir-akhir ini ibu liat dia lebih banyak baca daripada menggambar, tapi ini juga bagus kok jadi dia lebih sering keluar rumah dan bersyukur tujuannya gak cuma ke sekolah lagi tapi perpustakaan dan toko buku" jelas ibunya tentang perubahan anak bungsunya yang biasanya terbilang jarang keluar rumah jika tidak ke sekolah ke tempat latihan karate bersama Lizi, selebihnya ia habiskan di ruang kerjanya katanya yang isinya lukisan, gambar, kamvas, cat, kuas, dan alat-alat lukis lainnya.
Maryam mendukung anaknya jika seperti itu, ia juga berharap anaknya tidak terkena pergaulan bebas seperti anak sekarang ini.
"Itu mulainya bukannya pas pulang dari liburan ke rumah neneknya itu ya bu?"
"Iya, Hana sudah cerita?
"Sudah bu, kayanya berdampak juga untuk Hana bu, tuh liat sekarang dia kaya mulai mau mengenal agama, coba kalau dulu beh hijabnya aja dipake karena dimarahi ayah mulu dia"
"Kamu ini ya tau aja Hana sering dimarahi"
"Gimana gak tau, kalau dia kena marah sama ayah pasti di sekolah dia yang biasa anteng jadi pendiam yang mengerikan salah dikit orang jadi korban omelannya, untung temennya dia banyak bu lagian kalau dia ngomel bukannya serem tapi malah imut, kan ibu tau sendiri kalau Hana ngomelin Li dia gimana, bibirnya merah terus cemberut mukanya jadi makin keliatan kecil, hahaha" Lizi malah menceritakan Hana pada ibu Hana sendiri.
"Iya ibu tau, Hana walaupun dingin punya banyak temennya ya di sekolah? ibu kira dia cuma temenan sama kamu"
"Gak bu, dia punya banyak temen kok di sekolah, kan dia aktif di organisasi sekolah malahan dia terkenal dengan rasa tanggung jawab yang besar makanya dia sering ditunjuk jadi panitia pelaksana acara, jadi pengurus, macem-macem deh, dia gak pernah cerita sama ibu?"
"Kamu tau sendiri, Hana sekarang aja dia mulai banyak bicara kalau dulukan dia habis pulang sekolah kadang dia izin pulang sore setelahnya dia cuma di ruang gambarnya dia"
Hana memiliki sifat tertutup walaupun dengan orang tua atau orang terdekatnya sekalipun, jika tidak memperhatikan apa yang ia lakukan maka tidak akan tau apa yang sedang ia kerjakan, ia lebih banyak diam, begitu pula pada saat ia mengaku salah setelah menjalin hubungan dengan kakak kelasnya dulu. Hana tau orang tuanya melarang ia berpacaran karena orang tuanya takut ia akan menjamah pergaulan bebas. Hana memahaminya dan ia mengaku salah setelah sakit hati dikhianati oleh orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqomah Cinta ✓
RomanceCERITA MASIH LENGKAP, tapi setengah cerita dari cerita lengkap di buku ISTIQOMAH CINTA yang telah terbit. Bismillahirahmanirrahim... Meninggalkan mimpi dan meninggalkan cinta, sebuah pengorbanan yang tidak dapat dibilang mudah untuk dijalani. Jika k...