Chapter 9- Waiting

30 13 1
                                    

Ibu Hye Rin sampai lebih awal dari yang kukira.

Mereka segera mengurus administrasi dan segala hal tentang operasi, dan disinilah aku, duduk terdiam menatap wajah yang tenang dan damai, namun menyimpan banyak beban di hidupnya.

Seandainya aku dapat bertukar posisi, lebih baik aku yang merasakan sakit ini, aku sangat tidak tega melihat Hye Rin seperti ini.

Cklek..

Pintu kamar terbuka menandakan seseorang telah masuk, kulihat ibu Hye Rin yang sangat terpuruk, air matanya tak henti mengalir.

Kuhampiri dirinya sembari mendudukan nya di salah satu sofa yang terletak di samping ranjang pasien.

Aku menghela napas panjang, kemudian berkata, "eomeonileul geogjeonghaji mala. geunyeoneun ganghaejil geos-ida"

Aku mengelus punggung ibu Hye Rin dan memeluknya dari samping, ingin sekali rasanya aku menangis, namun Ibu Hye Rin membutuhkan dukungan mental agar tetap kuat.

"Tenangah eomonim Hye Rin pasti akan baik baik saja"

Aku berusaha menenangkannya dan mengambilkan air minum untuknya.

"Aku sangat takut Jimin-ah aku tidak ingin kehilangan putri semata wayangku"

Aku tidak pernah berhenti untuk menenangkannya, ingin rasanya air mataku ini jatuh, namun kucoba menahannya.

***

Seharian ini badanku sungguh lelah rasanya. Badanku menolak untuk beristirahat.

Seharian ini ibu Hye Rin dan aku mengurus segala keperluan operasi. Mulai dari administrasi hingga pemeriksaan lainnya.

Semua telah selesai, dan satu satunya yang dapat kami lakukan hanyalah menungu.

Menunggu Hye Rin sadar, menunggu operasinya, menunggu hasil operasinya, dan sebagainya.

Aku menghela napas. Lagi.

Hye Rin belum sadar semenjak dia pingsan di taman tadi. Sungguh aku sangat khawatir akan besok. Ingin rasanya waktu kupercepat dan ingin rasanya Hye Rin kembali normal.

Air mataku jatuh.

Ya, aku begitu bodoh sekali. Kenapa aku sungguh tidak mengetahui tentang ini?.

Aku menggenggam tangan Hye Rin yang tidak terpasang selang infus, menatapnya nanar. Aku merindukan senyumnya yang dulu.

Jam telah menunjukkan pukul 02.12 KST.

Ternyata sudah pagi, ruangan begitu sunyi, hanya terdengar suara samar dari tetesan kantung infus dan pendingin ruangan.

Aku menatap wajahnya dan mengelus surai coklat lembutnya, dan sesekali tersenyum mengingat senyum nya yang begitu indah.

Kumohon sadarlah Shin Hye Rin.

***

Aku terbangun saat merasakan cahaya matahari menusuk mataku dan seseorang menepuk pundakku.

Aku membuka mataku perlahan dan aku duduk tegak, kulihat wajah ibu Hye Rin tersenyum kepadaku, "Kau tidak ada kelas hari ini Jimin-ah?"

Aku melihat kearah jam yang menunjukkan pukul 06.00 KST.

Aku tersenyum ke arah ibu Hye Rin, "Ah nee, tapi aku akan libur hari ini"

Ibu Hye Rin mengernyit kan alis dan menatapku bingung "Wae? Apa karena Hye Rin? Tenanglah Jimin dia akan segera sadar nanti" Ucapnya tersenyum lembut kepadaku dan mengelus kepalaku pelan.

Be Love || Park Jimin (BTS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang