Malam minggu memang indah bagi para manusia yang punya pasangan.
Tapi bagi yang belum?
Pasti mereka berdoa agar hujan lebat biar para pasangan tak bisa malam mingguan.Malam Minggu kali ini akan Feby isi dengan mengajar.
Dengan anak kecil yang bernama Elang itu.
Sudah pukul setengah empat, tapi ia belum juga menemukan rumah anak itu.
Petunjuk jalannya sih berada di pinggir jalan besar.
Tapi, yang mana?Feby mengamati nomor rumah pelan-pelan.
11 , 12 , 13 , 14 , 15 , 16 , 17 , 18 , 19...Nah ini dia...
Feby langsung terkejut melihat rumah yang ia perkirakan seharusnya rumah Elang.
Anak kecil yang akan ia ajari menulis nantinya.
Rumah murid yang biasanya Feby ajari berada di perumahan atau biasanya tak seperti ini.
Pasti ini salah.Feby mengamati Rumah yang jarak dari gerbang ke pintu rumahnya saja itu jauh.
Ada taman yang indah di dalam rumah itu.
Ini bukan rumah! Tapi Mansion.
Feby baru memperhatikan ada rumah yang seperti ini di jalan yang padahal sering ia lewati ini.Feby takut salah jika masuk ke dalam.
Tapi tiba-tiba ada yang menegurnya,
"Cari siapo yuk?"
Feby langsung menoleh ke arah bapak-bapak tua yang sepertinya penjaga rumah besar ini.
"Apo benar ini rumahnyo Elang Susanto pak?"
Tanya Feby to the point, karena ia tidak mau berlama-lama disini jika salah rumah.Tapi feby rasa, ini bukan rumah nya si Elang itu...
"Nah iyo, Benar. Ado apo yuk?"
Feby sontak terkaget dengan perkataan bapak itu.
Namun langsung reflek juga menjawab.
"Sayo dari agent private pak, nah trus ..."
Belum Feby selesai menjawab si bapak penjaga itu sudah duluan membuka gerbang yang cukup untuk motor Feby masuk."Langsung masuk be yuk, tadi nyonya la pesan kalau ado yang bakal datang buat ngajar,"
Feby pun menganggukkan kepalanya dan menjalankan motor matic nya.
Yang benar saja! Rumah ini bagus sekali! Feby ingin sekali punya rumah seperti ini, satu saja cukup.
Boleh tidak si nyonya yang punya rumah ini jodohkan anaknya sama Feby saja?
Eh tapi...Anaknya saja masih sebesar Elang, sepertinya?
Masa iya Feby harus nungguin Elang sampai besar?
Feby terus berperang argumen di dalam benaknya yang gesrek.
Akhirnya Feby berhenti pas di depan tangga menuju pintu rumahnya Elang.
Tapi Feby masih bingung, nau diparkirkan dimana motornya ini?Tapi tiba-tiba sudah ada penjaga yang masih muda menghampirinya,
"Biar saya saja yuk yang parkirkan motornya,"
Bah! Kaya kali orang yang punya rumah ini. Belum apa-apa sudah ada dua orang yang menjaga rumahnya.Masih ada yang lain sih, terlihat dari taman yang sedang di urus gardener empat orang banyaknya.
Feby benar-benar baru pertama kali masuk rumah seperti ini, dan di Jambi pulak!Selama ini, dia tidak pernah berpikir bahwa ada rumah semewah ini di kota Jambi.
Yah, memang dianya saja yang tinggal nya di daerah terpencil makanya pengetahuannya pun cetek.Akhirnya Feby mematikan mesin motornya dan menurunkan standar motornya, barulah si penjaga itu mengatur letak yang strategis untuk motor Feby.
Lalu Feby berjalan ke tangga rumah dan melangkah perlahan.
Baru lah ia memencet bel rumah besar ini.TING-TONG!
Tak lama kemudian keluarlah yang feby sangka ia adalah bibi rumah ini yang bertubuh pendek dan gempal.
Sedikit aneh bagi Feby, kenapa tua semua yang ada dirumah ini? Apa pencegahan perselingkuhan antara asisten rumah tangga dan tuan rumah?
Lalu Feby segera menghapus pikiran-pikiran buruknya.
"Ehm..itu bu, saya mau mengajar dek Elang?"
Tanya feby langsung, karena ia takut jam nya berkurang untuk mengajar."Oalah, iya bu guru masuk aja, den Elangnya ada di kamar, bibi panggilin dulu ya?"
Feby menjawab dengan hanya menganggukan kepalanya dan duduk di sofa ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luckily Lazy [END]
RomanceMembaca lengkap di aplikasi 'Dreame'. "Kamu mau tahu kan kenapa saya ga pernah mencari ibu pengganti untuk anak saya? Karena... Saya tahu, untuk mencari seseorang yang bisa mencintai saya itu mudah. Tapi, untuk mencari seseorang yang bisa menyayangi...