part 3 - Curhat bos!

5.9K 391 12
                                    

Bahkan pas aku ngetik bagian ini, aku rasa, ini kayak masih bagian dari prolog masa😂 tapi lebih ke pengenalan tokoh sih..
But, happy reading yaa!
Nikmatin aja alur yang kubuat~
.....


"Kalian tahu gak sih guys, baru kali ini aku dapat anak didik sepintar ini tapi setelantar dia,"
Curhat Feby kepada teman-temannya sambil mengelus kucing di depannya yang agak kotor.
Setiap hari Minggu Feby pasti akan latihan karate bareng dengan teman-temannya.

Jika di hari sekolah mereka jarang bertemu karena beda kelas dan kepadatan jam kerja Feby.
Mereka akan bertemu disini.
Disekolah juga sih, tapi di lapangan dan di saat hari libur.

"Yaudah, kamu pengen juga punya anak yang sepinter dia? Ya kawin bae sama bapaknya anak itu, selesai kan?"
Saran Sukma, kawan tergesrek yang sepikiran dengan Feby jika otaknya sudah gesrek juga.

Tak lama kemudian Dhea, kawan terlogis mereka pun menempeleng kepala sukma yang suci,
"Eh, kalau ngasih saran tuh yang benar sedikit lah, ini apa.., gak jelas."

Lalu Adela kawan terlurus diantara semuanya, pun menengahi Dea dan Sukma yang sudah saling bertatapan sinis.
"Sudah, sudah. Feby kan lagi curhat, kalian malah kek gini, yang bener sedikit lah,"

Feby menjadi pusing dengan kawan-kawannya,
"Eh, kalau aja si bapaknya anak itu duda, mungkin aku masih mau, tapi ini ada nyonya nya suk, aku ga mau lah yo jadi pelakor,"

Adela dan dea langsung geleng-geleng kepala mendengar jawaban Feby yang tampak menyetujui saran Sukma.
"Kalau memang kau pengen jadi pelakor, kau belajar bae dengan Yuli Feb,"
Dea dan Adela langsung menatap Sukma dengan tatapan membunuh dan yang langsung dijawab dengan tangan berbentuk damai oleh Sukma serta cengiran nakal.

Logat bicara mereka memang bercampur jika bersatu, Feby pun tidak begitu memakai bahasa bataknya, Dea dan Adela tidak begitu memakai bahasa jawanya dan Sukma masih bercampur dengan bahasa sunda dan melayu.
Maka, jadilah percakapan random dengan logat aneh yang jika kalian mendengarnya pun kalian akan mengerutkan dahi kalian masing-masing.

Setelah mereka bosan dengan pembicaraan yang tak ada habisnya itu, mereka pun kembali berlatihan di lapangan sekolah mereka.

...


Matahari bersinar amat terang, panas melekat di kulit Feby, jika tadi pagi dengan teman karate, sekarang teman-teman kelasnya lah yang mengajaknya untuk nongkrong di cafe dengan gratis Wifi sebentar, sambil mengerjai tugas.

Diantara semuanya yang memiliki kulit yang mencolok terang mungkin hanya Feby.
Karena hanya dia yang memiliki keturunan Chinese, tapi putihnya pun sudah tak terlalu putih sekali, tapi jika dibandingkan dengan teman-temannya tetap saja dia yang paling putih.
"Tugas banyak nian, Yaampun,"
Keluh salah satu temannya, sedangkan Feby sudah mulai melirik-lirik ke arah jam tangan sesekali, sudah dua jam ia meninggalkan mamak tercintanya di rumah.
Ditambah jam latihan karate tadi, jadi sudah empat jam.

Ini sudah awal bulan, gaji dan uang bulanan dari kakak sudah dikirim, dompet belum diiisi lagi...
Pikir Feby dalam hati, mungkin setelah ini ia akan pergi ke ATM sebentar.

"Feb, kau sudah ya tugas itu? Coba lah bagi-bagi sikit jawabannyo,"
Dumel temannya yang lain lagi. Menurut Feby teman-teman sekelasnya ini rajin dan ia sendiri yang malas.

Posisi feby saat ini adalah , ia memang malas belajar, tapi terpaksa belajar. Karena memang itu satu-satunya jalan hidup untuknya sekarang.
"Belom, kau tengok lah jawaban aku masih kosong galo, aku be datang kesini buat nyontek kalian kok,"
Jujur Feby, ia memang jarang sekali mengerjakan tugas jauh dari deadline, ia lebih suka mengerjakan saat detik-detik deadline. Atau ia akan mencontek kepada orang yang bisa ia percaya, tapi kebanyakan teman-temannya tentu tidak mau menyonteki Feby, karena mereka akan rugi jika menyonteki si ranking satu sementara mereka sendiri ingin menikung ranking Feby.

"Gimana sih, Feb. Aku tahu kamu ngerti, ujung-ujungnya pas ngumpul kamu dapat 100, tapi pas gini aja, ga mau kasih tau sama sekali,"
Sejujurnya Feby tidak bermaksud seperti itu, tapi bagaimana lagi? Namanya juga sekarang dia sedang malas.

...

Feby kembali lagi ke minimarket yang sampai sekarang ia masih ingat salah memukul orang yang niatnya menolong dirinya.
Aishh! Kalau diingat-ingat, Feby tidak mau lagi berpapasan dengan orang itu.
Selain dia tidak enak hati, ia pun juga takut jatuh hati.

Eh? Ya..pokoknya begitulah.
Hati-hati saja.

Feby bertujuan ke minimarket ini, untuk mengambil uang dari mesin ATM yang ada. Tentunya pakai kartu Feby terlebih dahulu, kalau tidak, mana mau mesinnya keluar uang sendiri.

Setelah mengambil dengan nominal sebesar dua ratus ribu rupiah, dan kertas tanda pengambilan uang, Feby langsung memutar balikkan badannya dan tiba-tiba ia menumbur seseorang.

"Aduh!"
Feby langsung memegang dahinya sendiri.
Lalu menatap sinis orang di hadapannya, tapi sayangnya tatapannya malah menjadi lembut karena, ternyata yang ia tumbur adalah orang yang waktu itu mengambilkan pembalut untuk mamaknya!

Untungnya Feby sudah memakai maskernya lagi karena langsung ingin pulang.
"Kamu tidak apa-apa?"
Tanya pria yang di depannya sambil memegang kedua lengan Feby.

Entah apa lagi yang merasuki Feby, begitu pria itu memegang lengannya ia pun langsung memakai gerakan siap latihan awal sebelum karate yang bisa digunakan jika ada seseorang yang memegang lengan atau tangan.
Atau bagi kalian yang karate pasti kalian tahu jika sudah dibilang aba-aba 'YOI' .

Dan setelah membuat pria itu mundur beberapa langkah Feby langsung meninggalkan pria itu tanpa sepatah kata apapun.

Padahal ini sudah kedua kalinya mereka bertemu.
Pria ini pun bingung. sebenarnya ada apa dengan dirinya hingga dibenci wanita yang bahkan dia tidak kenal, padahal selama ini yang salah adalah perempuan itu.
Bagaimana cara dia tahu bahwa itu adalah perempuan yang sama adalah, ikatan rambut dan masker yang selalu samalah yang menjadikan pria ini tahu bahwa Feby adalah orang yang sama dengan orang yang ia bantu mengambilkan pembalut. Dan sekarang kembali terulang saat ia mencoba membantu perempuan ini tetap seimbang dan tak terjatuh karena berbalik sembarangan.

....

Sampai rumah Feby kebingungan, bagaimana bisa ia bertemu terus dengan pria itu? Apa pria itu mengintai Feby atau bagaimana? Dan lagi kenapa feby menjadi sensitif dan merasakan geranyar aneh di tubuhnya ketika melihat pria itu?

Sepertinya ia harus pindah langgangan minimarket mulai sekarang.


To Be Continued...

-17 November 2018
12.22

Luckily Lazy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang