-6- KOMA

64 10 0
                                    

Setelah hari dimana Nova tertabrak. Ada seorang warga yang memberitahu kepada pihak sekolah, karena kebetulan Nova saat itu sedang membawa kartu pelajarnya.

Kalian pasti tau bagaimana reaksi The Dark Angel's saat tau Nova. Sahabat mereka tertabrak. Berita itu sangat cepat menyebar, jadi wajar saja dalam waktu belum genap dua hari. Berita itu langsung menyebar.

Ada yang bilang, jika nova itu korban tabrak lari. Dan, tentu saja The Dark Angel's tidak percaya akan hal itu.

Dipikiran mereka hanya ada satu tersangka yang mereka klaim sebagai penyebab tertabraknya Nova.

Mereka meng klaim, Bagas.

Karena, mereka pikir dia mungkin punya dendam kesumat pada The Dark Angel's.  Sebab, kejadian tempo hari lalu.

"Gue yakin, pasti si Andra yang nabrak, Nova."  Ucap Febby.

Mereka berlima mengangguk setuju.

"Mungkin aja sih, tapi, kita harus buktiin dulu. Bener ga kalo si Andra yang ngelakuin ini." Sahut Tiara.

"Yaudahlah, urusan itu biar polisi aja yang kerjain. Mending sekarang kita kerumah sakit dulu, liat perkembangan Nova."

Setelah kecelakaan itu, Nova dirawat dirumah sakit. Sebab, dia sedang menjalani masa masa kritisnya. Koma.

*****

Mereka telah sampai dirumah sakit, dimana Nova dirawat. Disana telah ada kedua orangtua Nova, Kakaknya. Juga Satria yang terduduk lesehan dilantai dingin dengan kepala tertunduk dan lengan yang mengepal.

Sejak kejadian yang menimpa Nova, Satria terus menerus menyalahkan dirinya sendiri, karena tidak becus menjaga kekasihnya sendiri. Tentu saja, The Dark Angel's merasa iba, dan mencoba meyakinkan Satria, jika peristiwa ini bukan karena salahnya. Namun tidak semudah itu, hati Satria tetap menyimpan rasa Khawatir yang sangat dalam.

Mereka berlima menghampiri kedua orang tua dan kakak Nova.

"Siang, om, tante, teteh." Sapa Izmi terlebih dahulu.

Mereka tidak menjawab dengan ucapan, mereka hanya mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Mereka berlima tau, mereka semua pasti masih dalam keadaan khawatir dan hati yang sangat gusar. Jadi mereka tidak mempermasalahkan itu.

Satria yang mendengar suara izmi pun mendongkak dan segera berdiri. Dia menyentuh bahu Izmi, hingga Izmi menoleh. 

"Gue butuh ngomong sama lo." Ucap Satria tanpa berbasa basi. Izmi mengangguk.

"Gue ketaman belakang Rumah Sakit dulu bentar." Kata Izmi kepada teman temannya. Dan mereka menggangguk.

*******

"Gimana? Lo udah ketemu sama pelakunya?"

Izmi menghembuskan nafasnya. "Belum. Lagian pelakunya ga ninggalin apa apa, buat jadi petunjuk. Tapi gue usahain, kita bakal cepet nangkep tuh pelaku."

Satria menyandarkan kepalanya ke senderan kursi taman, dan mendongkak menatap langit. "Gue, Rindu sama Nova. Mi" Adu Satria.

Izmi mengangguk, dia menepuk nepuk bahu Satria. "Gue pun begitu."

Satria memejamkan matanya.

Beberapa saat keadaan tiba tiba hening. Angin masih berderu menyapu wajah Izmi dan Satria.

Hingga Satria pun kembali bersuara. "Ini semua salah gue. Seharusnya gue ga biarin dia pulang sendiri, Seharusnya gue maksa dia aja buat pulang bareng gue. Seharusnya gue ga usah ngajak dia jalan pas malem itu, seharusnya---" Satria tiba tiba terisak. Membuat Izmi kembali merasa sangat sedih.

Izmi mengusap bahu Satria. "Udah, disini ga ada yang harus disalahin. Ini udah takdirnya, dan lo gaboleh nyalahin diri sendiri terus. Nanti Novanya juga ikut sakit hati kalo ngedenger lo makin terpuruk, dan terus terusan nyalahin diri sendiri."

Satria menarik nafasnya, benar apa yang dikatakan Izmi. Dia seharusnya membantu kekasihnya agar mau berjuang, bukan dengan malah semakin terpuruk seperti ini. Satria mengangguk.

Izmi tersenyum kecil, dia sangat bersyukur Nova mempunyai kekasih yang amat pengertian seperti Satria. "Yaudah, gue mau lanjut nyari pelakunya dulu." Kata Izmi sambil berdiri dari duduknya.

Satria ikut berdiri. "Gue ikut."

"Ga, lo harus disini. Temenin dia, ajak dia ngobrol. Nova pasti pengen banget kalo saat dia buka matanya, hal yang pertama dia lihat itu elo."

"Oke, gue balik kekamar Nova dulu." Izmi mengangguk.

*********

"Bil, ketemu ga?"

Mereka berlima saat ini sedang ada di tempat kejadian dimana Nova tertabrak malam itu. mereka berkeliling mencoba untuk mencari petunjuk.

"Ga ada disini." Jawab Shabilla.

Hampir semua penjuru taman ini telah mereka lewati, tapi tetap saja, ta ada petunjuk yang mereka temui.

Febby terus melangkah kearah semak semak. Dan tiba tiba, dia merasa menginjak sesuatu, saat dia lihat kearah sepatunya. Dia menemukan sebuah gelang berwarna biru lusuh dengan gantungan berinisial 'S'.

Dia mengernyitkan dahinya, dan dia baru ingat. Jika mereka masih mempunyai musuh, selain Bagas dkk.

"Woi! Gue nemuin sesuatu nih." Teriak Febby, membuat semua temannya bedecak, karena suaranya yang terlalu menggelegar. Tapi mereka tidak punya waktu buat mempermasalahkan hal itu.

Mereka menghampiri Febby yang sedang berdiri dengan memegang sebuah gelang.

"Apaan tuh?" Tanya Herlina dengan polosnya.

Tiara mendengus kesal. "Ya itu, gelang lah, geblek!"

Shabilla memutar bola matanya malas. "Udah lah, jangan ribut dulu. Ini lagi genting!"

Mereka kembali fokus kearah Febby, yang sedari tadi masih saja diam. "Kayaknya gue tau siapa yang nabrak Nova." Ucap Febby so misterius.

"Siapa, Ca?" Tanya Tiara.

Febby menoleh, kearah teman temannya dan menatap mereka satu persatu. Sebelum satu nama terucap, dan membuat mereka yang mendengar menggeram marah.

*******

A/N

Ketauan ga Menurut kalian?

Maaf ya, gue slow update. Soalnya tugas gue numpuk banget, jan lupa Vomment nya ya.

Maaf kalo ada typo;')

Follow Instagram @Nabillatafu

Mau minta polbek mah, tinggal DM aje;')

Seeyou!

Salam, Billaw or Billdut
🍁

The BadGirl's At SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang