Happy reading
.
.
.
09.15
4 Gadis cantik itu sudah mengeluh kepanasan sembari tangan kanannya yang kompak memayungi mata mereka dari terpaan sinar matahari yang mereka benci hari ini. Mulut mungil nan seksi mereka terus saja menyumpah-serapahi OSIS yang menghukumnya. Betapa kesal bukan main mereka harus menjalani hukuman, Itu karena mereka terlambat di hari MOS pertama. Bayangkan?Tak terkecuali Keira Maharani yang juga ikut berjemur bersama sahabat-sahabatnya. Namun cewek itu nggak pernah berpikiran buat nyalahin OSIS, dia malah terus menyesali dirinya sendiri.
"Gimana nih? Kalau aja tadi kita pas berangkat nggak lelet. Pasti nggak kena hukum gini." Keira terus saja mendumel pada sahabatnya, sembari membenarkan letak kacamata besarnya itu.
Sira menoleh, "Sopir gue udah cepet banget tadi nyetirnya Keira... tuh osis yang songong! Mentang-mentang osis, seenaknya giniin siswa baru."
Siraliana Jivani, gadis arogan namun tetap cantik. Terlihat polos aslinya garang, sering juga diberi julukan tomboy berkelas.
"Emang ya osis tuh! Suka bener nyiksa adkel, kulit gue gosong ini gilaa!" Hany ikut memprotes sambil menatap heboh sekujur kulitnya yang masih putih bening itu.
Hanyndia Juliana, gadis yang selalu mengutamakan penampilannya di segala kondisi, dia itu hampir sebelas dua belas miripnya sama artis Korea yang imut dan juga putih. Padahal ayahnya keturunan Padang dan mamanya asli Madura, entah dari gen siapa, ia bisa mirip orang Korea. Kekurangan Hany adalah ia sangat lelet dalam berpikir namun bersemangat jika soal makanan.
Sementara Gita atau lebih tepatnya Gitania Wiryawan yang berada disebelah Hany terus saja menatap keki ke arah Keira yang dengan bodohnya mengutuk dirinya sendiri.
"Pokoknya ini bukan salah kita tau! Gue udah berusaha bangun pagi, bela-belain nggak begadang nontonin drama Korea favorit gue, rela nggak sarapan nasi goreng yang dibuat Vina," cerocos Gita dengan lancarnya.
Gita, gadis itu mampu mengoceh tentang segala hal, dan jangan lupakan, dia juga sama cantiknya dengan mereka. Hanya saja Gita ini cerewetnya minta ampun tapi sekali ngasih nasehat langsung ngena.
Hany membalas, "Heh.. jangan bahas nasi goreng buatan Vina, gue jadi laper nih. Gue belum makan."
"Bukannya lo udah makan roti sama susu tadi? Terus juga mampir ke toko buah langsung ngemil disana," kata Sira.
"Apapun kalau makan ngga pake nasi, bukan makan namanya," ucap Hany "Kurus-kurus gini gue perlu makan."
Keira menggeleng kepalanya heran,
"Dasar! Masalah makan udah gercep aja tuh mulutnya," ujarnya diikuti tawa pecah mereka bersamaan.Mereka sahabat karib sejak awal tahun pelajaran kelas 7 SMP. Mereka bersepakat untuk masuk ke SMA yang sama walaupun mereka bukan kalangan anak pandai yang selalu meraih rangking dan juara kelas, tapi demi kesepakatan itu mereka rela belajar siang malam melewatkan hal-hal lainnya.
Mereka masih tertawa, berdiri di lapangan hanya berempat ditemani terpaan sinar panas itu. Tiba-tiba saja tawa mereka berhenti saat melihat seorang laki-laki tegap berjalan ke arahnya diikuti temannya dibelakang. Dengan mata tajamnya yang menyorot bak lampu taman. Keira menelan salivanya.
"Ini kalian berempat seru banget ketawanya ya? Bahagia dateng telat?"
"Aga..stya Revano Purnama?" Hany mengeja nama yang terpampang dibaju seragam laki-laki itu.
"Ya, gue Revan. Senior kalian sekaligus ketua osis sekolah ini. Sekarang coba kasih tau alasan kalian telat," kata Revan masih dengan nada baiknya.
"Kak! Kalau mau ngasih hukuman yang kira-kira dong, kita udah bangun pagi-pagi, bela-belain nggak sarapan, nggak begadang. Dihukum jemur kaya gini juga ngga ada ena-" protes Sira, dengan takut Keira langsung membekap mulutnya.
"Engga kak, memang kita yang salah kok. Maaf banget kak lain kali nggak diulang lagi."
Mereka menatap tajam ke arah Keira. Gadis itu hanya bisa tersenyum kikuk pada sahabatnya sambil memberi salam dua jari tanda damai.
"Iya, lain kali jangan diulangi. Ini baru masa mos gimana kalau sekolah nanti?" ucap Revan dibalas anggukan Keira. Tapi tidak dengan Hany, Sira dan Gita.
"Kalian cantik-cantik kok suka telat gini sih, hadeh. Yang hukum kalian siapa tadi?" tanya Dio teman Revan yang juga seorang pengurus OSIS.
"Gue nggak tau ya kak! pokoknya dia tuh cewek yang rambutnya dikuncir kuda," cicit Sira emosi.
"Oh ya...," Revan berucap sendu. "Yaudah kalian masuk kelas sana."
Dengan cepat Sira menarik tangan Keira untuk menjauhi Revan dan Dio namun saat hendak meninggalkan lapangan, Dio masih saja menatap ke arah Sira dengan pandangan anehnya, "Dasar cewek barbar," desis Dio.
Sira mendengar itu tepat saat ia akan berjalan. Sira langsung berbalik menatap Dio dengan garangnya
"Maksud lo bar-bar siapa ya kak?" Sira sengaja menekan kata barbar karena emosi.
Dio gelagapan, ternyata Sira dengar itu.
"He-eh, dia denger Van," bisiknya pelan pada Revan."Yaudah derita lo, siapa suruh nyari gara-gara," balas Revan cuek.
Dio balas menatap mata Sira,
"Eee... gue nggak ada ngomong gituan. Cie haha yang ngerasa."Revan masih menikmati adegan itu, namun Keira tidak bisa diam saja. Buru-buru dia menghentikan pertengkaran itu dan meminta maaf, entah kenapa dia harus melakukannya.
"Kak, kita ke kelas dulu. Maafin Sira ya, emang sifatnya suka gitu." Keira tersenyum kikuk.
"Haha ya, lo berdua masuk sana." Keira bersama sahabatnya lantas pergi hingga lapangan itu menyisakan Revan dan Dio.
"Hampir gue pingsan gara-gara tuh cewek. Cantik tapi barbar, nggak kayak yang satunya, alim polos gitu. Mana lo pake ketawa lagi," kata Dio sembari mendorong pelan pucuk kepala Revan.
"Siapa suruh ganggu cewek kaya gitu" Revan terkekeh, "tapi emang sih, yang satunya keliatan alim, nanti juga pasti bakalan jadi cabe-cabean."
"Lha. Btw, lo sama Ayu masih pacaran?" Pertanyaan dari Dio sukses membuat Revan terdiam. Dio jarang sekali melihat Ayu yang bergelayut manja di bahu Revan akhir-akhir ini.
Revan mendengus nafasnya pelan.
"Udah putus, gue yang mutusin dia." Dio langsung menatap horor sahabatnya. Kaget? Tentu. Bagaimana bisa pasangan yang menjadi panutan seluruh siswi di sekolah ini bisa putus dengan semudah itu?"Muka lo biasain aja, yang putus gue bukan lo," sambungnya.
"Tapi sejak kapan? Perasaan adem anyem aja hubungan lo sama dia"
"Gue diselingkuhin. Bodo amat, terserah dia mau ngemis atau apalah sama gue." Revan berbicara seolah semuanya nampak biasa saja, tapi sebenarnya ia menyembunyikan kekecewaannya pada Ayu.
Apalagi kalau pacarnya berselingkuh dengan temannya sendiri? Itu sangat menyakitkan kan?
"Jahat bener. Tapi kan... emang dari dulu Ayu deketin lo kan buat dibanggain aja. Secara lo terkenal di sekolah kita, dan gue juga sih," kata Dio nggak mau kalah. Revan tak mau lagi menghiraukannya, mata tajam Revan mengarah asal ke penjuru arah.
Dan baru saja pandangannya tertuju pada 4 cewek yang dihukum tadi, masih berdiri di ambang pintu kelas. Dilihatnya Ayu juga berdiri didepan mereka sambil berkacak pinggang.
"Tuh ada apaan dah? Rame," tanya Dio yang juga ikut melihat itu. Revan menggerdikan bahunya tak tau. Dengan segera mereka langsung menghampiri untuk melihat apa yang terjadi.
Gimana untuk cerita ini?, Absurd ya? Belum ada bapernya gitu?. Maklum saya masih amatiran nih. Kalau mau ngasih saran atau apapun dm aja ya.
Silahkan kalau suka boleh divote kalau nggak juga nggak apa-apa hehe, ini juga biar saya semangat buat ngetiknya...
Buat yang udah comment atau vote makasih banyakk lho😍💕Salam dari Ndari💕
Next ga nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovable
Teen Fiction"Gagal jadi remaja sesungguhnya." Begitu sahabatnya bilang. Gadis yang memiliki nama Keira Maharani sudah tak asing lagi mendengar keempat kata itu. Kacamata besarnya itu menghalangi wajah manisnya. Apalagi Keira suka banget sama baca buku yang teba...