*Yang di mulmed Raka Andrean Bhagaskara
"Semua orang punya caranya sendiri untuk mencintai, bukan dia tidak mengerti arti rasa, dia hanya sedang memahaminya."
Raka Andrean Bhagaskara
Selamat Membaca
Keira jadi bingung, "kenapa sih? Ada yang salah ya?" Keira hanya membalasnya dengan tersenyum kikuk.
Sekarang susananya malah menjadi canggung. Keira memilih untuk membaca novelnya yang baru, sementara Raka juga kembali menghanyutkan pikirannya dalam makna kata-kata di dalam buku. Sesekali pula Keira mencuri pandang ke arahnya.
"Keren..." Keira tersenyum.
Waktu terus berjalan, kurang lebih sudah 1 jam atau lebih mereka habiskan untuk membaca. Tak terasa hujan turun, padahal tadi cerah-cerah aja. Tiba-tiba Raka menutup bukunya lalu bangkit.
"Kamu masih mau baca?"
Keira melihat jamnya kemudian ikut bangkit. "Sudah sore, aku pulang aja." Keira menutup bukunya.
"Hujannya lumayan deras," ucap Raka setelah berada diluar toko bersama Keira.
"Padahal tadi cerah, sekarang gimana pulangnya..." gumam Keira, telapak tangannya menampung gemericik air hujan.
"Rumah kamu dimana? Biar aku antar."
"Nggak perlu repot-repot, Kak. Bentar lagi hujannya pasti reda." Keira sedikit ragu dengan ucapannya. "Hujannya tiba-tiba, tapi Kakak udah siaga payung."
"Ah iya, untungnya tadi liat prakiraan cuaca. Lebih baik bawa untuk jaga-jaga. Daripada kehujanan 'kan?"
Keira terdiam mengamati Raka. Keira baru aja tau kalau cowok didepannya ini suka baca buku, karena dari penampilannya, sama sekali nggak mencirikan kalau Raka suka membaca buku apalagi semua buku yang ia beli tadi novel bergenre fantasi dan roman.
"Kalau nunggu terus pasti kelamaan. Biar aku yang antar, rumahmu dimana, Keira?"
"Ah iya, rumahku tinggal beberapa blok dari sini, nggak jauh kok."
"Wah kita satu arah nih, kita jalan aja ya." Keira mengangguk setuju.
Keira dan Raka berjalan beriringan dibawah hujan, sesekali mereka berbincang dan saling mengenal. Keira makin tahu Raka sedikit demi sedikit salah satunya adalah alasannya pindah kemari.
***
Sebuah mobil putih terparkir di depan rumah berlantai dua milik Keira. Diluar mobil terdapat Revan yang bersandar di sisi kanan mobil sambil memainkan ponselnya, niatnya untuk mengajak Keira jalan-jalan sore ini, mungkin ini juga salah Revan karena tidak membicarakan tentang rencananya pada Keira. Alhasil ia harus menunggu Keira yang tengah keluar sekitar 15 menit lamanya.
Berkat desakan dan sindiran pedas yang dilontarkan Rangga, Revan terbakar emosi langsung memberanikan diri datang kerumahnya.
Tapi sekarang Revan niat mengajak Keira lain kali aja, hujan perlahan sudah turun. Revan nekat berdiri hujan-hujanan walau gerimis yang penting maksudnya tersampaikan. Kenapa nggak di hubungi aja ya?
Tak lama Revan memicingkan matanya melihat Keira bersama Raka dibawah payung yang sama saling tertawa lepas dari kejauhan, pikiran Revan mulai terbang kemana-mana. Hatinya mendadak sakit, kenapa? Dia tak tahu.
"Ah bodoh banget gue, sampe nggak mikirin kesana, pasti itu pacarnya lah. Nggak mungkin cewek kayak dia jomblo. Ngarep banget gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovable
Teen Fiction"Gagal jadi remaja sesungguhnya." Begitu sahabatnya bilang. Gadis yang memiliki nama Keira Maharani sudah tak asing lagi mendengar keempat kata itu. Kacamata besarnya itu menghalangi wajah manisnya. Apalagi Keira suka banget sama baca buku yang teba...