Taruhan

68 28 17
                                    

*Yang Di Mulmed Hanyndia Juliana

Selamat Membaca

"Oh, ternyata kak Revan. Ada apa ya?" kata Keira sambil menggaruk pipinya.

Revan menghampiri Keira yang masih memandangnya dengan tampang cengo wajahnya terlihat seperti kerbau yang mengantuk. Itulah yang ada dipikiran Revan. Tapi Keira nggak beneran seperti itu kok, dia masih terlihat manis. Revan saja yang sangat berlebihan

Revan menyodorkan sebuah tas kecil yang dari tadi terus dibawanya untuk Keira. Dia hanya bisa menanti penjelasan Revan.

"Ini apa?" tanya Keira nggak paham.

"Kacamata. Kebetulan gue sempet lewatin toko kacamata dan tiba-tiba aja keinget lo."

Keira manggut-manggut "Kacamata lama gue ketemu nggak?"

"Ada didalamnya. Baru aja gue temuin udah patah jadi dua. Bukan gue yang salah lho." Keira nyengir.

"Bener nih? Gue ganti deh uangnya ya?" Keira yang masih nggak enak hati sama Revan. Sudah diiminta bantuan, sekarang malah membebaninya. Walaupun dia bukan orang kalangan atas sih... tapi segala hutangnya pada siapapun harus dilunasi. Begitu ajaran dari kedua orangtuanya.

Baru saja Keira akan merogoh tas birunya untuk mencari dompet tapi tangannya dicekal "Nggak perlu. Sebagai gantinya gue cuma minta lo turutin maunya gue."

Kening Keira mengkerut, jangan-jangan ini hukuman karena dia selalu membuat susah Revan. Apakah nanti dia akan disuruh lari di lapangan? Membersihkan toilet? Di hari kedua ia di sekolah ini?
Itu mimpi buruk bagi Keira.

"Gimana? Mau nggak?" tanya Revan memastikan.

"Iya apa?"

"Jadi pacar gue mau?"

"Pacar?" tanya Keira nggak percaya, seolah-olah Revan menawarkan diri untuk menjadi pelayan pribadinya.

Keira seketika terbengong-bengong sendiri. Dia kaget banget, kenapa Revan malah jadi gini sih? Apa bener ini si Revan yang kemarin baru habis putus cinta?

"Hahahaha... lo ngapain sih?" Revan tertawa membuat Keira semakin dongkol.

"Nggak apa-apa."

"Jelas-jelas bengong gitu, masih bilang nggak ada apa-apa!" Revan berucap heboh sambil cekikikan. Sementara Keira mati-matian memikirkan cara untuk menyangkal omongannya.

"Tadi gue bercanda kok, jangan baperan ya," kata Revan. Keira mengangguk sabar. Untung senior, kalau bukan. Pastinya Keira sudah menendangnya sedari tadi.

Keira akhirnya bisa bernafas lega. Tadi rasanya dia sempat nggak bernafas untuk beberapa detik.

"Lo ada-ada aja kak... ya udah terus maunya apa?"

"Ganti kacamata lo pake kacamata yang gue beli tadi. Permintaan gue nggak aneh-aneh kan?" dengan senang hati Keira mengiyakannya.

Keira menggunakan kacamata  pemberian Revan lalu mengerjap-ngerjapkan matanya. Imut banget sih, puji Revan dalam hati.

"Gimana? Sesuai nggak?"

Mata Keira langsung berbinar, "Iya ini udah pas kok. Sekali lagi makasih ya kak."

Terus terang saja, Keira sih lumayan senang bisa kenal sama Revan. Rasanya baru pertama kali dia akrab dengan senior. Apalagi seniornya ini baik banget.

LovableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang