01. Call Me Alyssa

45 9 7
                                    

Namaku adalah Alyssa Kailee Ryn. Seorang gadis 17 tahun yang berdarah Indonesia-Inggris dikarenakan mamaku berasal dari Bandung, sedangkan papaku adalah pria berkewarganegaraan Inggris yang bertemu mamaku saat berlibur ke Bali. Singkatnya seperti itu.

Rambutku berwarna coklat pekat dengan mata berwarna biru terang. Kulitku putih langsat khas orang sunda namun tak sepucat eropa. Orang-orang selalu berkata bahwa aku cantik namun sejujurnya aku tidak pernah merasa demikian

Kini aku tengah menempuh pendidikan di International High School of Jakarta, Jakarta Pusat. Lebih detailnya aku adalah satu dari 25 siswa yang berhasil menduduki kelas 12 Science-10, kelas yang diunggulkan dari SMA favorit ini. Tentunya aku bersyukur untuk itu.

Lalu pacarku, Evan Nathaniel namanya. Kami sudah berpacaran sejak awal SMA. Ya, kalau dihitung sudah sekitar 2 ½ tahunan.

Evan adalah lelaki bermata tajam, berkulit pucat, alisnya tebal, dan rahangnya tegas. Bibirnya terlihat sexy saat berbicara. Selain tampan, ia juga cerdas, baik hati, perhatian dan dengan segala kesempurnaan lainnya

Kekurangannya hanya 2, dia terlalu posesif dan cenderung egois. Hanya itu saja.

Evan adalah kakak kelasku yang telah meninggalkan SMA ini 6 bulan lalu. Hari perpisahan itu berlangsung emosional sekali, aku menangis karena berpikir saat ia melanjutkan pendidikannya di jenjang yang lebih tinggi kami akan jarang bertemu dan aku akan merindukannya setiap waktu.

Kenyataannya memang seperti itu. Namun seiring berjalannya waktu, semuanya berjalan baik-baik saja.

Orang-orang bilang, Evan adalah sosok idaman, karena disamping perawakannya yang nyaris 'sempurna', Ia adalah lelaki yang dingin. Hal tersebut memperkuat kesannya sebagai 'The Cool Guy'.

Masalah kecerdasannya jangan diragukan, 4 bulan lalu ia lolos seleksi di Oxford University. Menakjubkan, bukan?

Seperti itulah kira-kira sudut pandang orang-orang terhadapnya.

Bagiku, Evan adalah pria yang baik, penyayang, perhatian, rela berkorban dan taat pada kedua orang tuanya.

Ada lagi yang lainnya, teman-temanku seperti Adrianna, Alessia, Clara, Nathalie, dan Clarissa yang akan membutuhkan lebih dari 20.000 kata jika aku jelaskan semua tentang mereka di part ini. Intinya, mereka sahabatku. Walaupun terkadang terjadi sedikit salah paham, kami tidak pernah saling meninggalkan.

Yang terakhir adalah Alvino De Ryder. Teman lelaki yang akan banyak kuceritakan disini. Alvino merupakan murid pindahan dari Jakarta Selatan kira-kira 10 bulan lalu. Yup, di kelas 11 tepatnya, yang kini menjadi teman sekelas ku. Di semester 5 lalu ia berhasil meraih peringkat 1 dari 25 siswa di kelasku. Yang berarti juga dari 450 siswa se-angkatan kami.

Dari segi penampilannya tak ada yang mencolok, hanya lelaki pandai yang bukan pecinta buku namun juga bukan sosok yang fashionable. Jikalau dibandingkan dengan Evan, kurasa masih belum sepadan. Perbandingan mudahnya seperti ini, jika Evan adalah 'The Cool Guy'. Kata-kata yang pas untuk menggambarkan Alvino adalah 'The Normal Guy

Lalu kira-kira apa yang membuat Alvino menjadi begitu spesial sampai aku menempatkannya di posisi 'The Man of The Story'?

.
.
.
.
.

Pemeran lain dan cerita lebih jauhnya akan aku tuliskan di part² selanjutnya (◍•ᴗ•◍)❤

Kritik dan saran dibutuhkan. Tapi tolong jangan menggunakan bahasa yang kasar ya.. Karena bagaimanapun aku juga manusia, banyak salah. Hehehe. Terimakasih banyak ♥

#SpreadLove

Love's ConsequencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang