07.00, 12 Science-10
"Untuk pertemuan pertama ini Mrs akan membagi kalian menjadi 6 kelompok ya" Ucap Mrs Carlee, pengajar chemistry di kelas kami
"Astaga, Mrs. Baru aja hari pertama masuk udah ada tugas aja. Santai dulu ngapa sih, Mrs" Protes Aiden, murid ter-cengil di kelas ini.
"Iya, Mrs. Gimana kalo kita berbagi cerita liburan kita aja. Yang lain pasti setuju" Sahut Jacob, yang notabenenya adalah teman satu geng Aiden yang kemudian di dukung oleh murid yang lain
"Hus! Cerita liburan katanya! Palingan juga kalian selama liburan cuma tiduran aja dirumah. Memang ada yang ngajak kalian jalan? Hii" Goda Mrs Carlee dengan nada mengejek
"Woooo yang udah kepala 3 mah bebasss" Celetuk Clara yang kemudian disusul sorakan yang lainnya
"Sudah². Mrs akan tuliskan anggota masing² kelompok di papan, setelah itu langsung ke lab ya" Kata Mrs Carlee
"Ashiyap momskyy" Seru Aiden yang lalu diikuti gelak tawa seisi kelas
Ya begitulah kelasku. Hanya judulnya saja 12 Science 10, nyatanya juga tidak sekaku dan se-kutu buku seperti apa yang orang² bayangkan pada umumnya.
Tak lama kemudian Mrs Carlee selesai menuliskan pembagian kelompok di papan. Ku picingkan mataku menyadari tak 1 pun di antara kelompokku yang merupakan sahabatku
"Sia, gimana nih. Aku nggak terlalu akrab dengan teman sekelompok-ku" Keluhku pada Sia, teman sebangkuku selama 1 semester lalu
"Coba aku liat...," Sia yang tadinya sibuk dengan ponselnya lalu melihat ke arah papan untuk mengecek nama siapa saja yang menjadi teman kelompok
"Nggak kok, lagian kan kita udah temenan selama 2½, Lys. Helaaw pliss" Kata sia sambil memutar matanya
"Iyasih. Tapi lihat deh, ada Alvino. Aku kan nggak akrab sama dia. Ngajak ngomong aku aja ga pernah" Ucapku seraya menopang dagu
"Alvino baik kok, pinter juga kan. It shouldn't be a problem then" Jawabnya santai. Sia ini, memang pantas dijuluki sebagai si -gadis santai-. Karena tidak ada satupun masalah hidup yang ia sikapi dengan rusuh.
Bahkan saat orang-orang bertanya apa perasaaannya saat kucing kesayangannya meninggal ia hanya berkata "Kalo udah takdir ya gimana lagi."
Ok, Sia. You da best.
"Iyadeh" Akhirnya aku mengalah dan meraih tasku sebelum melangkah menuju lab kimia bersama yang lainnya.
07.30, Lab Kimia
"Peralatannya udah lengkap semua?" Tanyaku pada 5 orang yang berada di sekelilingku kini
"Gelas ukurnya abis, Lys" Jawab Renata
"Duh, gimana dong" Balasku
"Gimana kalo kita tanya ke kelompok lain, siapa tau ada yang ga sengaja ngambil lebih ya, kan?" Usul Tyo menyuarakan pendapatnya
"Boleh tuh" Kataku menyetujui usulan Tyo
"Yaudah, yang nyari biar aku sama Jacob aja" Imbuh Nala
"Gaskeun" Sahut Jacob
Sementara kedua orang tadi menanyai satu persatu kelompok, Renata dan Tania meminta izin untuk pergi ke toilet. Terciptalah suasana canggung antara aku dan Alvino yang belum pernah sekalipun berbincang
Alih-alih memulai pembicaraan, aku lebih memilih untuk melihat feeds² terbaru di instagram. Sampai terdengar suara memecah keheningan diantara kami
"Alyssa.." Panggil lelaki itu
"Ya?" Jawabku spontan
"Sebenarnya aku sudah ambil gelas ukur tadi" Ujarnya seraya menyengir
Aku yang sedari tadi terfokus dengan ponsel genggamku kini secara otomatis mengadahkan kepalaku menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya
Like..
What the fuck, Alvino. Kamu kenapa nggak bilang daritadi, Oh God... Nambahin kerjaan orang aja, Sumpah ya! Batinku menjerit
Aku hanya menatapnya datar dan meraih gelas ukur yang dijulurkannya. Bertepatan dengan itu, Renata dan Tania kembali dari toilet
"Udah dapet ya?" Tanya Tania
"Iya. Baru aja" Jawabku singkat. Tak ingin memperpanjang masalah yang kurang berbobot jika mengatakan bahwa sedari tadi Alvino yang menembunyikan gelas ukurnya
18.30, Alyssa's Room
Betapa hari yang melelahkan. Hari ini pertama kali selama 7 bulan aku berbicara dengan Alvino makhluk astral itu. Makhluk astral?
Ya, aku pikir dia tipe pria yang cuek, serius, dan tidak suka basa-basi. Tetapi hari dia membuat aku tidak habis pikir.
Apa dia sengaja mempersulit pekerjaan? Tapi orang bodoh mana yang akan melakukan itu. Dan jangan lupa, Alvino bukan orang bodohMenurutku juga, Alvino adalah tipe orang yang sulit bergaul dengan orang lain. Contohnya saja, di kelas aku rasa dia hanya dekat dengan Anna. Itupun karena Anna lah yang dapat memahami pola pikir dan sama pintar dengannya, ditambah mereka adalah teman satu kelas selama 2 tahun di sekolah menengah pertama.
Persetan dengan Alvino dan segala ke abstrak-annya. Akhirnya aku memilih untuk meraih handphoneku dan melihat siapa saja yang menghubungiku hari ini
Whatsapp, 19.29
@Whatsapp, Baby<3
Good nite bb❤
Ada cerita apa hari ini?Gdnite too bb ❤
nggak ada nih. Nothing's special, kamu?Ohh, yaudah kalo gitu. Sama, aku juga gaada.
Aku lanjut nugas dulu ya?Okee bb
See u
See u too
*** *** ***
21.00, Alyssa's Room
Ku rebahkan badanku di kasur empuk nan nyaman ini. Usai mengerjakan tugas lelah sekali rasanya, mungkin sesaat lagi aku akan terlelap.
10 detik berlalu
Drrrt drrt
Ponselku bergetar, ada satu pesan masuk oleh nomor tak dikenal
@Whatsapp, 08123*******
Alyssa, ini aku Alvino. Untuk tugas kimia, kamu kerjakan nomer 1-2 ya..
Ok
Btw, Al. Tmn kita tadi ada yg ga bantu eksperimen tadiSiapa?
Jono n Izul, ga mau di lapor ke Mrs?
Jangan, Ssa. Biarin aja, kasian.
Ohh yaudah klo gitu
Iya
*** *** ***
Ternyata, Alvino ini baik juga ya. Kayak, literally everyone's gotta be his friends. But, why?
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love's Consequences
Teen FictionIni cerita pertama aku. Jadi maaf klo tata cara penulisannya masih berantakan dll. Saran dan kritik sangat d butuhkan. Semoga kalian suka ♡'・ᴗ・'♡ • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Pepatah bilang, "Jika kamu menyuka...