08.00, 12 Science-10
Hari ini rasanya tenang. Pelajarannya fisika memang, tapi kabar baiknya guru pengajar kami, Mrs. Hailee tidak mengajar untuk alasan tertentu.
Bersoraklah seisi kelas mengetahui hal tersebut. Walaupun pada nyatanya, Mrs. Hailee masih membagi kami kedalam beberapa kelompok dan memberikan tugas untuk kami kerjakan
Setiap kelompok fokus dengan pekerjaannya masing² sampai terdengar sedikit kericuhan
"Alvino! Buruan kerjain itu tugas!" Seru Nathalie pada lelaki didepannya yang sedang asyik bermain moba
"Satu kelompok kan ada 5, ngapa harus gue? Liat ngapa gue lagi maen, ah. Rusuh mulu." Jawab Alvino sekenanya sembari tetap terfokus terhadap gamenya
"Lo main tau waktu kaga si, Vin? Ini tuh waktunya nugas. Berhenti kaga?" Balas gadis itu dengan nada meninggi
"Elu ber-4 kerjain dulu, ntar gue koreksi."
"Enteng banget sih idup lo. Buruan kerjain atau gue lapor guru!"
"Bodoamat"
"Amit-amit IQ bagus tapi ga guna buat orang lain" Dengus Nathalie lalu pergi meninggalkan Alvino yang tidak peduli sedikitpun mengenai ancamannya.
"Dih, bacot amat."
Aku mengerti kini, mengapa teman Alvino hanya terhitung jari jumlahnya.
Nathalie lalu kembali ke samping kami dengan seribu sumpah serapahnya. Hal itu mengundang pertanyaan dariku dan lainnya yang tidak terlalu menyimak insiden tadi
"Ada apaan, Nat?" Tanya Clara yang sudah siap posisinya untuk mendengarkan cerita panjang lebar yang akan keluar dari bibir Nathalie
"Ituh, Alvino si bocah kampret. Ga mau ngerjain tugas." Tuturnya dengan raut wajah tertekuk
"Ya tinggal kasih tau Mrs kan selesai." Saranku dengan santai ala Sia
"Hooh, ribet amat" Timpal Anna menyetujuiku
"Tinggal kasih tau, ginjalmu! Kalian tuh ga mikir apa? Dia kan KESAYANGAN guru. Lo pada pikir Mrs Hailee bakal langsung percaya gitu aja kalo gue bilang seorang ALVINO ga mau ngerjain tugas?" Kata Nathalie dengan menekankan kata 'kesayangan' dan mengeja kata 'Alvino' ala sinetron sc*v
"Iya juga yah" Sahut Clarissa
"Yaudah lo kerjain aja dulu tugasnya. Kita bakal bantuin kok, santuy"
"Uuu jadi terharu diriku" Seru Nathalie dengan wajah yang imut di paksa-paksakan
"NAJIS, NAT" Sembur kami secara bersamaaan
*** *** ***
2 jam setelahnya, aku tengah termenung. Kemudian sesuatu terlintas di benakku
"Ann, kamu kan deket ya sama si Alvino. Aku perhatiin dia agak aneh sih. Dia pinter kan, kok temennya dikit" Tanyaku penasaran
"Temen akrabnya dia ada di kelas lain, Lys." Terang Anna yang setengah fokus pada ponselnya
"Tapi kan, ga mungkin dari sekian banyak anak cowo disini gaaada yang mau jadi temen dia."
"Hmm, Kamu liat sendiri tadi kan. Alvino itu orangnya rada egois. Prinsipnya dia aja 'call me selfish, coz I got me and nobody else'"
"Hmmm"
"Apalagi disini dia kayak cuman dimanfaatin doang kan?"
"Nah, i think that's too rude, Ann"
"Aint be rude, Alyssa. Im trying to confess the truth"
"Ok, next"
"Coba deh kamu perhatiin, mereka klo ada tugas, pasti pada ke Alvino. Coba aja klo lagi main, ga akan diajak dia"
"Coba aja aku cowok, pasti aku udah main bareng dia"
"Iya, Lys. Itu salah satu alasan sih kenapa aku sering main sama dia"
Obrolan kamipun terhenti akibat masuknya seorang guru ke dalam kelas. Namun tetap saja hal² tadi masih terbayang di benakku
Hari ini, aku memutuskan untuk menjadi temannya. Aku tidak mau dia berpikir semua orang hanya datang padanya saat ada maunya saja. Karena memang nyatanya, tidak semua orang seperti itu.
Aku tertarik untuk mengetahui hal apa saja yang telah ia lewati sehingga terbentuk kepribadian yang langka ini
Langka? Ya. Perumpamaannya seperti ada dua alam, hitam dan putih. Alvino berada tepat di perbatasan alam tersebut.
-Tbc
• • •
Maap ya pendek, part slanjutnya lebih panjang kok, hehe. Makasi banyak yg udah baca+vote. Syu in the next capt (=^•^=)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love's Consequences
أدب المراهقينIni cerita pertama aku. Jadi maaf klo tata cara penulisannya masih berantakan dll. Saran dan kritik sangat d butuhkan. Semoga kalian suka ♡'・ᴗ・'♡ • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Pepatah bilang, "Jika kamu menyuka...